Mahasiswa Perencanan Wilayah dan Kota dengan mata kuliah geologi lingkungan perlu memahami mata kuliah ini sebagai bekal dalam bekerja di bidang perencanaan wilayah untuk bahan evaluasi terhadap dokumen tata ruang yang sudah ada maupun yang akan disusun guna untuk memberi rekomendasi dalam penggunaan lahan ditinjau dari bidang geologi. Materi yang disampaikan meliputi pengenalan geologi lingkungan, mineral dan batuan, geomorfologi, proses-proses geologi dan perubahan bentang alam, geologi struktur dan teori tektonik lempeng, metode pengumpulan data fisik lingkungan serta interpretasi geologi dan geomorfologi, bahaya geologi dan kawasan rawan bencana geologi, air tanah, penataan ruang wilayah berbasis mitigasi bencana geologi, dan pemanfaatan lahan.
Ekosistem mangrove merupakan tipe ekosistem yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang zada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Umunya mangrove tumbuh di daerah neg memiliki jenis tanah berlumpur, lempung atau berpasir. Namun ada juga beberapa jenis mangrove yang mampu hidup di terumbu karang.
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Zat yang menyebabkan pencemaran disebut polutan.
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di perairan laut dangkal yang sebagian besar terbentuk oleh terumbu karang yang menjadi tempat tinggal, bertembang biak, dan tempat mencari makan bagi ikan-ikan dan makhluk laut lainnya Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di perairan laut dangkal yang sebagian besar terbentuk oleh terumbu karang yang menjadi tempat tinggal, bertembang biak, dan tempat mencari makan bagi ikan-ikan dan makhluk laut masif Kalsium Karbonat (CaC03) yang terbentuk dari proses metabolisme biota let yang bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae, sedangkan karang ialah hewan vertebrata laut yang berbentuk seperti ubur-ubur terbalik yang sering disebut sebagai polip. Jadi bisa dikatakan bahwa terumbu karang adalah kumpulan dari hewan karang (polip) yang membentuk terumbu.
Indonesia merupakan negara dengan garis pantai 95.181 Km (8IG, 2012). Posisinya yang berada diantara dua Benua (Benua Asia dan Benua Australia), dua Samudra (Samudera Pasifik dan Samudra Hindia) serta pertemuan antara lempeng Eurasia-Filipina-Pasifik dan lempeng Samudra Hindia-Australia, membuat Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kondisi Geografis Indonesia merupakan wilayah yang ideal untuk hidupnya berbagai macam tumbuhan dan hewan. Terdapat 2.500 spesies of molluska, 2.000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2.500 spesies ikan laut Indonesia (Coremap-LIPI}. Keanekaragaman hayati tersebut memberikan manfaat bagi kesejahteraan bagi masyarakat berupa sumber pangan, obat-obatan dan jasa lingkungan.
Iklim merupakan pola cuaca jangka panjang pada suatu wilayah. lklim diketahui dengan mengukur pola variasi pada suhu, kelembapan, tekanan atmosfir, angin, penguapan, partikel pada atmosfir, dan berbagai fenomena meteorologi lainnya. Fenomena meteorologi adalah segala bentuk aktivitas cuaca yang dapat diamati. Meteorologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari proses fisika dan kimia yang terjadi pada atmosfir. Sedangkan llmu yang mempelajari tentang iklim disebut dengan klimatologi. Bidang ilmu klimatologi mempelajari sifat-sifat iklim, variasi pada iklim, dan hubungan antara iklim dan aktivitas manusia.
Land management and geospatial science arc closely related. Land management deals with pubĀ lic policy interventions in use and disposal rights of private land. This has huge implications for the effectiveness, allocative efficiency, democratic legitimacy, and justice of the use of the scarce resource of land. This in turn requires reliable geospatial information to enable land management to make informed decisions about the allocation and distribution of land uses. So. ultimately, land management needs geospatial science, and without geospatial science a smart land management (whatever this entails) is very difficult. The relation between land management and geospatial analysis is thereby by no means static. Both fields are highly dynamic. In land management, urbanization, climate change, demographic change, geopolitical aspects. or increasing diversification of society, land reforms, or economic growth imply adjustments and dynamics in land management. Many of such aspects are accelerated in Asian countries-especially in emerging economies in the Pacific rim. This makes a volume on land management in Asia interesting in itself. Geospatial science has also been developing quickly over the past decades. Foremost, the rapid digitalization. big data, improved possibilities of remote sensing; progressing artificial intelligence; or increasing possibilities and integration of applications in practice create new possibilities but also challenges. Many of the challenges are addressed in the chapters or this book. This makes the book relevant for geospatial science.
Sejak keputusan COP-13 tentang REDD+ pada 2007 yang mengamanatkan negara pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan demontrasi sebagai sarana pembelajaran untuk pelaksanaan REED+, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan luas kawasan hutan yang signifikan telah banyak melaksanakan kegiatan demontrasi baik dengan sumber daya sendiri maupun bantuan dari pihak-pihak terkait. Penyiapan kerangka kerja (framework) readiness yang mencakup aspek Reference Emission Level/Referemce Level (REL/RL), Intervensi kebijakan untuk penanganan penyebab deforestasi dan degradasi hutan, Measurement, Reporting and Verification (MRV), Pendanaan dan distribusi manfaat telah dicanangkan sejak tahun 2009.
Buku ini bisa dijadikan pedoman dasar khususnya untuk meningkatkan pemahaman petani tentang dinamika iklim, cara pengamatan dan pemanfaatan data iklim dalam mendukung kegiatan usaha tani. Panduan ini bersifat umum dan dapat digunakan sebagai pengantar awal dalam pelaksanaan SLI (Sekolah Lapangan Iklim) di berbagai daerah.
This report highlights set of major issues related to Urbanisation in Pakistan which include; rise in informal settlements in urban centres, increasing urban poverty, poor water and sanitation management in urbanizing areas and related prevalence of health problemsms, lack of rights for urban women particularly those who are informally employed, rising urban and food security and lack of policy and action on urban disaster preparedness