Latar Belakang: . Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa kondisi patologis, dan ini terjadi karena hormon prostaglandin meningkat (PGF2 alpha), yang merangsang iskemia dan nyeri perut. Berdasarkan pengumpulan data kesehatan reproduksi telah ditemukan 54,89% remaja perempuan mengalami dismenore primer. Berdasarkan penelitian sebelunya, remaja yang mengalami dismenore primer menggunakan anti nyeri seperti ibuprofen, sedangkan obat tersebut dijual bebas tanpa perlu resep dokter dan diketahui memiliki efek samping yang tidak baik jika sering dikonsumsi. Vitamin E merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri disemore karna diketahui dapat mengurangi sintesa hormon prostaglandin. Metode: Metode penelitian ini adalah Quasi eksperimental.Sample dalam penelitian ini ialah remaja yang mengalami disemnore dalam 3 bulan terakhir, memiliki siklus teratur, berusia 14-18 tahun, tidak sedang minum obat obatan. Data dikumpulkan dengan mengukur intensitas dan kualitasnyeri untuk mendapatkan klasifikasi dismenore berdasarkan diagram VAS dan APPT, responden juga mengisi logbook dan kuesioner untuk mengumpulkan FFQ dan pedoman gizi seimbang. Data variabel dan kuesioner, dianalisis dengan crosstab, dan disajikan dalam frekuensi distribusi dan analisis bivariat dengan uji t test, Wilcoxon dan Mann Whitney Hasil: Hasil yang diperoleh, perbedaan rata-rata intensitas nyeri antara pretest dan post test pada kelompok intervensi adalah 2,55 (SD ± 1,46), dan kelompok kontrol adalah -0,0992 (SD ± 1,42) dengan nilai p 0,0001, Kualitas nyeri antara pretest dan post tes pada kelompok intervensi adalah 4,8 (SD 5,5), dan kelompok kontrol adalah 1,02 (SD 3,4) dengan nilai p 0,001. Dan untuk variabel Pedoman pretest gizi seimbang dalam kelompok intervensi adalah 64,6 (SD ± 8,5) dengan nilai p 0,024, dan post test 68,0 (SD ± 7,83) dengan nilai p 0,0001. Kesimpulan: Vitamin E secara efektif dapat mengurangi intensitas nyeri dan nyeri berkualitas, dan Pedoman gizi seimbang tidak dapat menurunkan intensitas nyeri dan kualitas nyeri Kata kunci: Dismenore Primer, Vitamin E, Pedoman Gizi Seimbang
Latar belakang: Pemerintah Indonesia dalampemberantasan perkembangbiakan nyamuk Culexquinquefasciatus say sebagai vektor penyakit filariasis menggunakan larvasida sands granul mengandung bahan kimia temefos yang dapat menimbulkan resistensi terhadap perkembangbiakan nyamuk dan berdampak buruk bagi makhluk hidup serta lingkungan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi sediaan granul dari ekstrak terstandar buah Makasar (Brucea Javanica L Merr) sebagai biolarvasida pada Culex quinquefasciatus say. Metode: Jenis penelitian eksperimen murni dengan desain post test only control group design. Sampel penelitian inisebanyak 600 ekor larva Culex quinquefasciatus sayter bagi dalam enam kelompok. Kelompok I adalah 15 ppm, Kelompok II adalah 22,5 ppm, kelompok III adalah 30 ppm, Kelompok IV adalah 37,5 ppm, kelompok kontrol positif adalah 4 gram Abate 1 GR dan kelompok negatif. Masing-masing berat granul buah makasar yaitu 4 gram dengan wadah tempayan yang berisi air 50 liter diamati selama 24 jam dan 48 jam. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa granuldengan konsentrasi 30 ppm sudah dapat membunuh 95% larva Culex quinquefasciatus say. Secara morfologi terlihat adanya kerusakan pada bagian thorax, shipon, saluran pencernaan dan pernafasan pada larva Culex quinquefasciatus say serta terdapat nekrosis, sel atrofi memendek pada jaringan saraf dan usus pada larva Culex quinquefasciatus say. Di waktu pengamatan 24 jam mendapatkan nilai LC5025.6 ppm dan LC90 30.9 ppm, sedangkan waktu 48 jam nilai LC5025.2 ppm dan LC9029 ppm per 50 liter air dalam tempayan. uji mann whitney pada setiap konsentrasi granul rata-rata p 0,001 (p=
Latar Belakang : Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi kronis pada jaringan penyangga gigi karena bakteri periodontopatogen. Faktor risiko penyakit periodontal yang dapat dimodifikasi adalah faktor perilaku host. Wanita pekerja seks merupakan host yang mempunyai perilaku kesehatan yang melibatkan rongga mulut, yaitu perilaku oral seks, merokok,dan minum alkohol. Belum diketaui faktor perilaku wanita pekerja seks yang menjadi faktor risiko penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor kebiasaan oral seks dan minum alkohol merupakan faktor risiko kejadian penyakit periodontal pada wanita pekerja seks Metode : Desain penelitian ini merupakan penelitian observational dengan pendekatan cross sectional. Analisis statistik menggunakan chi-square Hasil Penelitian : Variabel receptive oral seks (p=0,001;PR 5,6; 1,965-15,928); Variabel minum alkohol (p=0,013;PR=4,7; 95%CI 1,467-14,943) Simpulan : Kebiasaan oral seks dan minum alkohol terbukti menjadi faktor risiko penyakit periodontal pada wanita pekerja seks Kata kunci : Wanita pekerja seks; Penyakit periodontal; Faktor risiko
Latar Belakang: Timbal merupakan logam beracun yang berada dilingkungan dan sifat toksiknya mengganggu metabolisme tubuh yang dapat merusak kesehatan neonatal dan anak-anak. Ibu menyusui merupakan kelompok yang rentan terpapar oleh timbal. Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar Pb darah dan profil darah pada ibu menyusui di daerah pegunungan dan pesisir pantai. Metode: Penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 33 responden di pegunungan dan 22 responden dipesisir pantai. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan laboratorium. Analisis data menggunakan uji Indpendent T-test. Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada beda kadar Pb darah, trombosit, MCV, MCH, dan MCHC (p0,05) pada ibu menyusui antara pegunungan dan pesisir pantai. Saran: Bagi ibu menyusui perlu mempelajari asupan makanan yang aman dari logam berat sehingga dapat meminimalisir dampak buruk bagi anak-anak dan bagi petugas kesehatan sebaiknya melakukan penyuluhan secara rutin. Kata kunci : Kadar Pb darah, Profil darah, Ibu menyusui
Latar Belakang:Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai wilayah dengan pengidap HIV/AIDS terbanyak di seluruh dunia dengan total penderita sebanyak 5,2 juta jiwa. Indonesia menyumbang angka 620.000 dari total 5,2 juta jiwa di Asia Pasifik yang terjangkit HIV/AIDS. Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan perilaku berisiko dengan kejadian HIV pada LSL (Lelaki Seks Lelaki) di Kota Tegal tahun 2019. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode Mix Method Explanatory denganjumlah responden kuantitatif 100 orang danwawancaramendalamterhadap 10 orang LSL HIV positif agar mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang perilaku berisiko. Hasil : Hasil dari analisis bivariat membuktikan 3 variabel tidak ada hubungan signifikan dalam penularan HIV, antara lain anal seks menggunakan kondom dan pelicin dengan nilai-p = 1,000.Napza suntikdengankejadian HIV dengan nilai-p = 0,478, Napza suntik dengan anal seks menggunakan kondom dan pelicindengan nilai –p = 1,000 meski demikian jumlah kasus HIV LSL makin meningkat, hal ini karena adanyatransaksiseksual LSL, komunikasi yang semakin mudah, adanya rasa hutang budi, image tidakgaul, self defence yang rendah, godaansehingga menyebabkan perilaku berisiko LSL semakin meningkat. Kesimpulan :LSLHIV positif lebih banyak dibawahusia 27 tahun memiliki pendidikan rendah dan status tidak menikah, selain itu lebih banyak yang melakukan anal seks berisiko dan napza suntik. Tidak ada hubungan antara umur pendidikan, pekerjaan, dan status menikah dengan kejadian HIV.Secara Kualitatif pada LSL yang HIV positif masih memiliki kebiasaan seks bebas multipartner dan melakukan seks berisiko haltersebutdapatmeningkatkan penularan HIV di kalangan LSL. Kata kunci: Perilaku berisiko, LSL, HIV
Latar Belakang: Demak adalah salah satu daerah endemis Filariasis dan telah melaksanakan program eliminasi yang dimulai pada tahun 2016 dengan cakupan yang terus menurun (87%, 85,64% and 84,88%) dengan tingkat kepatuhan sebesar 57,69%. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat massal filariasis. Metode: Desain penelitian ini adalah mixed method dengan pendekatan kuantitatif menggunakan case control dan pendekatan kualitatif yaitu indepth interview dengan populasi seluruh penduduk yang berusia 15-70 tahun yang mengikuti POPM di wilayah kerja Puskesmas Bonang I. Jumlah sampel sebanyak 68 sampel yaitu 34 kelompok patuh dan 34 tidak patuh, yang kemudian 10 informan utama dan 3 informan pendukung dilakukan indepth interview. Analisis data pata tahap kuantitatif terdiri dari analisis univarat, bivariat dan multivariat. Analisis data kualitatif terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil: Faktor-faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan yang baik (p=0,042), keberadaan penderita filariasis(p=0,049), peran kader yang baik(p=0,024) dan sumber informasi yang berasal dari petugas kesehatan (p=0,010). Indepth interview yang dilakukan mendukung hasil metode kuantitatif yang telah dilakukan sebelumnya. Masyarakat yang patuh memiliki pengetahuan yang baik dan terdapat penderita filariasis dilingkungan tempat tinggalnya, peran kader filariasis yang baik dalam pelaksanaan POPM dan sumber informasi yang diterima masyarakat yang patuh sebagian besar berasal dari petugas kesehatan. Simpulan: Faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan, keberadaan penderita filariasis, peran kader dan sumber informasi. Kata Kunci: Filariasis, Demak, Pemberian Obat Pencegahan Massal, POPM
Latar belakang: Penyebab kematian neonatal di Kota Semarang yaitu karena BBLR (38%), asfiksia (23%), kelainan kongenital (8%) dan infeksi sepsis (3%), ikterus (3%) dan lain-lain (25%). Penyebab kematian tersebut dapat dicegah dengan melakukan kunjungan neonatal yang berkualitas melalui pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda dengan memberikan perawatan esensial, pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir, penatalaksanaan BBLR dan infeksi pada bayi baru lahir. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik Manajemen Terpadu Bayi Muda oleh Gasurkes KIA di Kota Semarang. Metode: Penelitian menggunakan kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan, masa kerja, sikap, beban kerja, ketersediaan fasilitas/alat, sistem pencatatan pelaporan, supervisi, dan penghargaan, sedangkan variabel terikatnya adalah praktik MTBM. Menggunakan sampel sebanyak 84 orang petugas Gasurkes KIA kelurahan dan sampel uji coba 20 orang bidan praktik mandiri (PMB). Pengumpulan data menggunakan kusioner, sedangkan analisis data menggunakan uji chi square, uji fisher exact dan uji regresi logistik. Hasil: Penelitian ini ditemukan praktik MTBM baik (63,1%) lebih banyak dibandingkan dengan praktik kurang (36,9%). Ada hubungan antara pengetahuan, masa kerja, sikap, beban kerja, sistem pencatatan dan supervisi dengan praktik MTBM Gasurkes KIA di Kota Semarang. Tidak ada hubungan antara ketersediaan alat dan penghargaan dengan praktik MTBM. Masa kerja merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan praktik MTBM. Pengetahuan, masa kerja, sikap, beban kerja, sistem pencatatan dan supervisi berperan penting dalam meningkatkan praktik MTBM Gasurkes KIA di Kota Semarang. Kata kunci: Praktik MTBM, Gasurkes KIA, Kunjungan Neonatal.
Stunting masih menjadi salah satu permasalahan pada anak-anak di Indonesia. Stunting merupakan indikasi buruknya status gizi yang digunakan sebagai indikatorjangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak, sehingga hal ini akan berkaitan dengan perkembangan motorik anak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh permainan origami terhadap perkembangan motorik halus anak stunting (3-5 tahun) di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah. Desain penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan Non Randomized Kontrol Group Pretest Posttest Design. Subjek penelitian adalah anak stunting usia 3 – 5 tahun, yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, masing–masing kelompok terdiri dari 30 responden. Variabel bebas yaitu permainan origami, sedangkan variabel terikatnya adalah skor motorik halus (meremas, melipat, menggunting, menggaris). Data penelitian diperoleh melalui kuisioner yang di isi pada saat pretest dan post test. Data penelitian dilakukan uji normalitas dan diuji menggunakan Mann Whitney. Halis penelitian menunjukan rerata usia responden adalah 3,53 tahun dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Terdapat pengaruh permainan origami dengan kemampuan meremas (p=0,016), menggunting (p=0,018), menggaris (p=0,034), namun tidak terdapat pengaruh permainan origami dengan kemampuan melipat (p=0,074). Pada penelitian ini dapat disimpulkan permainan origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak stunting. Kata kunci : motorik halus, origami, stunting.
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah di 436 Kabupaten/Kota khususnya di Kota Semarang. Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan selama ini belum memberikan hasil untuk menekan populasi vektor hingga nilai ambang batas penularan. Diperlukan upaya alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yakni dengan membudayakan 3M plus di masyarakat atau sering disebut Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (GSRSJ). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pelaksanaan gerakan satu rumah satu jumantik di Kota Semarang. Metode: Penelitian kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam pada pemegang program demam berdarah dengue dan gerakan satu rumah satu jumantik Puskesmas. Variabel penelitian ini merupakan komponen input, proses dan output pada gerakan gerakan satu rumah satu jumantik di Kota Semarang. Penelitian dilakukan di Kota Semarang, pada Puskesmas di 3 Kecamatan dengan kasus Demam berdarah dengue tertinggi yakni Kecamatan Tembalang, Kecamatan Candisari dan Kecamatan Banyumanik. Hasil: Komponen input pada pelaksanaan gerakan satu rumah satu jumantik telah terpenuhi namun dalam proses pelaksanaannya didapati hasil bahwa masih belum berfungsinya peran supervisor di tingkat Rukun Warga /Kelurahan yang berakibat terhadap bertambahnya beban kerja pada koordinator Rukun Tetangga dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat kesenjangan output dari pelaksanaan gerakan stu rumah satu jumantik yakni cakupan partisipasi jumantik dan cakupan kunjungan coordinator serta capaian Angka Bebas Jentik oleh jumantik rumah, koordinator Rukun Tetangga dan hasil pemantauan fasilitator. Kesimpulan: Dalam pelaksanaan kegiatan gerakan satu rumah satu jumantik perlu dilakukan pendampingan terus menerus serta monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan gerakan satu rumah satu jumantik hingga pada kondisi masyarakat dapat benar-benar mandiri dalam melakukan pemantauan dan pemberantasan sarang nyamuk di rumah. Kata kunci : GSRSJ, SRSJ, Jumantik, DBD, Semarang
Latar belakang: Penyakit Demam Berdarah masih menjadi salah satu masalah kesehatan hingga saat ini. Banyak cara dilakukan untuk menurunkan atau memberantas penyebab penyakit ini, salah satunya dengan pengendalian vektor. Penggunaan insektisida berbahan kimia dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan resistensi terhadap vektor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi nanopartikel perak ekstrak daun pepaya(C. papaya L) sebagai insektisida elektrik cair terhadap nyamuk Aedes aegypti. Metode: Jenis penelitian eksperimen dengan desain post test only control group design. Sampel penelitian inisebanyak 450 ekor nyamuk Aedes aegypti terbagi dalam enam kelompok. Kelompok I adalah kontrol negatif, Kelompok II adalah kontrol positif, Kelompok III adalah 10 ppm, Kelompok IV adalah 20 ppm, kelompok V adalah 30 ppm, Kelompok VI adalah 40 ppm. Masing-masing diaplikasikan menggunakan elektrik listrik cair diamati selama 3 jam dan 24 jam. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi 40 ppm sudah dapat membunuh 89,33% nyamuk Aedes aegypti. Di waktu pengamatan 24 jam mendapatkan nilai LC50 26,974 ppm dan LC90 45,112 ppm uji mann whitney pada setiap konsentrasi rata-rata p 0,037 (p=