INTEGRATED LIBRARY

Universitas Diponegoro

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Masuk
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Ditapis dengan

  • Tahun Penerbitan
    1 99819 931 9941 99819 931 9941 998 — 19 931 9941 9984 984 4979 966 99614 949 49519 931 994
  • Lokasi
    Lihat Lebih Banyak
Ditemukan 10000 dari pencarian Anda melalui kata kunci: subject="Aspek lingkungan-stud...
Hal. Awal Sebelumnya 316 317 318 319 320 Berikutnya Hal. Akhir
cover
Pengaruh ekstrak daun serai (Cymbopogon citratus) pada berbagai konsentrasi terhadap viabilitas bakteri Streptococcus mutans
By Prananda Adiguna
-- Semarang : FK Undip, 2017

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Perbedaan gambaran histopatologi hepar tikus wistar akibat paparan metanol dosis bertingkat sebelum dan sesudah injeksi ranitidin
By Elisa Rompas ; Gatot Suharto ; Saebani
-- Semarang : FK Undip, 2017

Pendahuluan : Metanol merupakan produk denaturasi alkohol (etanol) sangat berbahaya bila diminum dan dapat menyebabkan kematian .Ranitidine memiliki kemampuan untuk menginhibisi enzim alkohol dehydrogenase yang sehingga secara tidak langsung mempunyai efek antidotum pada toksisitas metanol. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh pemberian ranitidin terhadap histopatologi hati tikus Wistar dengan pemberian metanol dosis bertingkat. Material dan Metode : Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Semarang dan Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP dr. Kariadi Semarang sebagai tempat pemeliharaan dan tempat perlakuan penelitian terhadap hewan coba, Laboratorium Patologi Anatomi RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen sebagai tempat pembuatan preparat dan pemeriksaan mikroskopis dengan 35 sampel Tikus Wistar. Tikus Wistar 7 kelompok, yaitu 6 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol. Organ hati diperiksa tingkat kerusakan selnya dan diklasifikasikan berdasarkan system skor Manja Roenigk. Untuk mencari perbedaan tiap kelompok, klasifikasi tersebut dianalisa dengan uji Chi-Square untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil Penelitian : kelompok kontrol signifikan terhadap kelompok ¼ LD 100 Metanol, kelompok ½ LD 100 Metanol, kelompok LD 100 Metanol, kelompok ½ LD 100 Metanol + Ranitidin dan kelompok LD 100 Metanol + Ranitidin dengan nilai p 0,005. Pada kelompok ¼ LD 100 Metanol dengan ranitidin terdapat perbaikan signifkan dibandingan dengan kelompok ¼ LD 100 Metanol tanpa pemberian Ranitidin. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ranitidin memberikan efek antidotum pada metanol dengan dosis tertentu. Kesimpulan : ranitidin dapat mengurangi tingkat kerusakan jaringan ogan hati karena mempunyai efek antidotum pada keracunan metanol, tapi tidak sebagai antidotum. Kata Kunci : Ranitidin, Keracunan Metanol, Organ Hati, Histopatologi

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Pengaruh pemberian ranitidin terhadap histopatologi usus halus tikus wistar dengan intoksikasi metanol
By Stephanus Rumancay ; Saebani ; Gatot Suharto
-- Semarang : FK Undip, 2017

Pendahuluan : Keracunan minuman keras oplosan sering terjadi akhir- akhir ini, dimana bahan dasar pembuatan minuman keras yang seharusnya memakai etanol diganti dengan metanol yang mempunyai efek buruk sampai dengan menyebabkan kematian. Penggunaan Ranitidin sebagai antagonis Reseptor H2 dapat menghambat metabolisme metanol yang secara tidak langsung mempunyai efek antidotum pada keracunan metanol. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian ranitidin terhadap histopatologi usus halus tikus wistar dengan pemberian metanol dosis bertingkat. Material dan Metode : Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan desain yang dipakai adalah post test only with kontrol group design. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Semarang, RSUP Dr. Kariadi Semarang dan Laboratorium Patologi Anatomi RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen sebagai tempat pembuatan preparat dan pemeriksaan mikroskopis dengan 35 sampel. Tikus Wistar dibagi menjadi 7 kelompok yaitu 6 kelompok perlakuan, dan 1 kelompok kontrol. Organ usus halus diperiksa tingkat kerusakan selnya dan diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan sistem skor Barthel Manja. Untuk mencari perbedaan dari tiap kelompok, klasifikasi tersebut dianalisis dengan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan P1 dengan nilai p 0,005; kelompok kontrol dengan P2 dengan nilai p 0,004; kelompok kontrol dengan P3 dengan nilai p 0,005; kelompok P1 dengan P4 dengan nilai p 0,005, kelompok P2 dengan P5 dengan nilai p 0,015 dan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok P3 dengan dengan nilai p 0,134. Dari Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ranitidin mempunyai efek antidotum pada metanol dengan dosis tertentu. Kesimpulan : Ranitidin dapat mengurangi tingkat kerusakan jaringan karena mempunyai efek antidotum, namun tidak sebagai antidotum melainkan etanol dan fomepizol yang direkomendasikan. Kata Kunci : Ranitidin, Histopatologi, Usus Halus, Metanol

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan pola sidik bibir berdasarkan klasifikasi suzuki dan tsuchihashi terhadap suku Jawa, Batak dan Melayu
By Wian Pisia Anggreliana ; Sigit Kirana Lintang Bhima ; Ratna Relawati
-- Semarang : FK Undip, 2017

Pendahuluan : Identifikasi adalah penentuan identitas orang hidup maupun mati berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut, dengan meningkatnya kejadian bencana massal baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia ataupun meningkatnya kasus tindak pidana menjadikan identifikasi menjadi penting. Identifikasi dibagi menjadi dua, yaitu identifikasi primer dan sekunder, dimana pemeriksaan sidik bibir merupakan identifikasi sekunder. Cheiloscopy adalah teknik investigasi forensik yang melakukan identifikasi berdasarkan pola sidik bibir yang unik untuk setiap individu. Tujuan : Untuk membuktikan hubungan pola sidik bibir berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi terhadap suku Jawa, Batak dan Melayu. Material dan Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Dilakukan di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Kariadi Semarang, dengan 509 sampel dokter muda yang merupakan keturunan asli 3 generasi dari Suku Jawa, Batak dan Melayu. Lipstik diaplikasikan pada bibir responden. Sidik bibir dicetak pada kertas putih. Area studi adalah 5 mm di kanan dan kiri bibir atas dan bawah dari garis tengah tubuh, yang terbagi dalam 4 kuadran. Cetakan bibir yang diperoleh, dievaluasi berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi, dimana pola sidik bibir dibagi menjadi 6 tipe, yaitu tipe I, tipe I’, tipe II, tipe III, tipe IV, tipe V. Hasil : Pada Suku Jawa di kuadran I masing-masing tipe sidik bibir diuji dengan Fisher’s Exact Test didapatkan nilai P yang tidak signifikan, kuadran II didapatkan nilai pada tipe I (P< 0,010) dan tipe IV (P< 0,038), kuadran III didapatkan tipe I’ (P

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan antara sumbatan hidung dengan disfungsi tuba eustachius pada penderita rinosinusitis kronik
By Shinta Devi Agusla ; Riece Heriyati
-- Semarang : FK Undip, 2017

Latar Belakang: Rinosinusitis kronik (RSK) merupakan inflamasi hidung dan sinus paranasal ≥ 12 minggu dengan keluhan hidung tersumbat. Sumbatan hidung dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius. Tujuan: Mengetahui hubungan antara sumbatan hidung dengan disfungsi tuba eustachius pada penderita RSK. Metode: Penelitian observasional analitik dengan belah lintang di RSUD Dr. Soeselo Slawi Tegal pada bulan September sampai Oktober 2016. Subyek adalah penderita RSK. Penilaian sumbatan hidung dengan Nose scale dan PNIF. Penilaian disfungsi tuba eustachius menggunakan kurva timpanogram dan/ ETF. Analisis statistik dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil: Didapatkan 63 penderita RSK, usia terbanyak 41-55 tahun (30,2%), perempuan (66,7%), laki-laki (33,3%). Keluhan utama terbanyak hidung tersumbat (44,4%). Lama keluhan terbanyak ≤ 12 bulan (84,1%). Terdapat hubungan antara sumbatan hidung dengan disfungsi tuba eustachius (p=0,004). Konka hipertrofi (p=0,014) dan Rinitis alergi (p=0,001) berpengaruh terhadap kejadian disfungsi tuba eustachius. Uji regresi logistik didapatkan rinitis alergi lebih berpengaruh terhadap kejadian disfungsi tuba eustachius (p= 0,037 RP 7,626) Simpulan: Terdapat hubungan antara sumbatan hidung dengan disfungsi tuba eustachius pada penderita RSK. Konka hipertrofi dan rinitis alergi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian disfungsi tuba eustachius pada penderita RSK. Rinitis alergi lebih berpengaruh terhadap kejadian disfungsi tuba eustachius. Kata kunci: Rinosinusitis kronik, Sumbatan hidung, Disfungsi tuba eustachius

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Perbandingan nyeri pasca tonsilektomi diseksi antara thermal welding dan diseksi konvensional
By Legawati Siringo-Ringo ; Farokah ; Rery Budiarti
-- Semarang : FK Undip, 2017

Latar Belakang: Tonsilektomi merupakan prosedur pembedahan paling sering dilakukan di bidang THT-KL dengan komplikasi pembedahan yaitu nyeri. Berbagai tehnik dikembangkan untuk menyempurnakan prosedur ini untuk mendapatkan komplikasi nyeri pasca pembedahan yang minimal.Tujuan: Membuktikan bahwa TTW memiliki tingkat nyeri pasca operasi yang lebih rendah dibanding TDK. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental randomized controlled trial post test design. Dilakukan perbandingan skor nyeri VAS/WBFRS dan kadar PGE2 pasca tonsilektomi antara kelompokTTW dan TDK pada pasien tonsilitis kronik.. Hasil Penelitian: Jumlah sampel sebanyak 34 dengan jumlah wanita lebih banyak dibanding lelaki (52,94 : 47,05) dan usia terendah adalah 5 tahun dan tertinggi adalah 29 tahun. Didapatkan perbedaan skor VAS/ WBFRS yang signifikan lebih rendah pada TTW dibanding TDK pada H4 jam pasca op ( p0,05), namun secara klinis skor VAS/ WBFRS pada TTW lebih rendah dibanding TDK. Hubungan antara skor nyeri VAS/ WBFRS dan PGE2 tidak didapatkan hubungan yang signifikan (p=0,146, koefisien korelasi= 0,255). Simpulan: TTW memiliki efektifitas yang lebih tinggi terhadap nyeri pasca tonsilektomi yang minimal sehingga dapat menjadi pilihan metode tonsilektomi. Kata Kunci: Tonsilitis kronik, tonsilektomi, thermal welding, diseksi, nyeri.

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Korelasi nilai rasio CD4 : CD8 dengan stadium klinis pasien HIV setelah 6 bulan terapi ARV (Studi kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)
By Des Riyadi Anas ; Muchlis Achsan Udji Sofro
-- Semarang : FK Undip, 2017

Latar Belakang: Kombinasi terapi ARV telah berhasil secara efektif menghambat tahapan – tahapan kunci dalam replikasi virus, dengan respon dramatis dalam meningkatkan rasio CD4:CD8. Hasil klinis HAART pada individu terinfeksi HIV sangat bervariasi. Studi tentang perbedaan respon terapi dan ketidaksesuaian respon imunologis telah banyak diteliti namun hasilnya tidak konsisten. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana perubahan rasio CD4:CD8 pada awal terapi dan bulan ke-6 setelah ART pada pasien baru terdiagnosis HIV dihubungkan dengan stadium klinis pasien saat memulai pengobatan. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan rasio CD4:CD8 dengan stadium klinis pasien baru yang terdiagnosis HIV pada awal terapi dan bulan ke-6 setelah terapi ARV. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan observational analitik dalam 2 kali pengamatan. Subjek penelitian adalah pasien terinfeksi HIV dewasa naive dari poliklinik RSUP dr.Kariadi Semarang dan RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. Hasil: Sejumlah 48 subjek penelitian dapat menyelesaikan ART selama 6 bulan. Berdasarkan klasifikasi WHO, 23 (47,91%) dan 17 (35,42%) subjek berada dalam stadium klinis 1 dan 2; 8 (16,67%) subjek dalam stadium 3. Median CD4 sebelum ART adalah 278,5 sel/mm3. Median rasio CD4:CD8 sebelum memulai terapi adalah 0,33 dan setelah 6 bulan terapi ART adalah 0,53. Hanya 1 subjek yang mengalami perburukan klinis. Kesimpulan: Semakin rendah rasio CD4:CD8 pada saat penderita terdiagnosis HIV, semakin berat stadium klinis HIV (p=0,001). Terdapat peningkatan rasio CD4:CD8 yang bermakna setelah 6 bulan ART (p=0,001). Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio CD4:CD8 dengan stadium klinis setelah mendapatkan terapi ART selama 6 bulan (p=0,001) Kata Kunci: Rasio CD4:CD8, stadium klinis, ART = terapi anti retroviral (ARV)

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan skor khorana dan kadar P-selectin dengan kejadian trombosis vena dalam pada pasien kanker di RSUP Dr. Kariadi Semarang
By C. Suharti ; Eko Adhi Pangarsa ; Baringin De Samakto
-- Semarang : FK Undip, 2017

Latar Belakang: Pasien-pasien kanker mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian trombosis vena dalam (TVD). Parameter klinis dan laboratoris berperan penting menentukan resiko TVD, dimana sebuah studi (CATS) telah menyusun stratifikasi resiko TVD pada pasien kanker yaitu skor khorana. Suatu biomarker baru, P Selectin, mulai banyak diteliti sebagai prediktor TVD. Tujuan : Untuk mencari peranan skor khorana dengan biomarker P selectin sebagai prediktor kejadian TVD pada pasien kanker baik sebelum dan sesudah kemoterapi pertama. Metode : Studi kohort prospektif ini dilakukan selama 3 bulan pada 40 pasien kanker yang baru terdiagnosis, dan akan menjalani kemoterapi pertama. Dilakukan penilaian skor khorana saat awal, dan pengambilan darah sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil : Didapatkan kejadian TVD pada 5 sampel (12.5%) dari keseluruhan sampel.Jenis tumor terbanyak: kanker rekti (25%), kolon (20%), serviks (15%). Dari analisis statistik kadar P selectin signifikan sebagai prediktor TVD dengan Cut Off Point post kemoterapi (111.7 ng/ml) dengan Odds Ratio 8.7. Gabungan skor khorana dan P selectin didapatkan hasil yang bermakna pre (p=0.004) dan post (p=0.021). Kesimpulan : Gabungan skor khorana dan P selectin berperan sebagai prediktor TVD pada pasien kanker. Kata kunci : trombosis vena dalam, kanker, kemoterapi, skor khorana, P Selectin

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan resistensi insulin dengan kadar insulin like growth factor-1 (IGF-1) plasma pada kanker payudara (Pasien rawat inap RSUP Dr. Kariadi)
By Yessy Kusumawardhani ; Tjokorda GDP ; Eko Adhi Pangarsa
-- Semarang : FK Undip, 2017

Latar Belakang : IGF-1 berperan dalam karsinogenesis yang berhubungan dalam menjembatani ambilan energi yang tinggi, peningkatan proliferasi sel, dan supresi apoptosis hingga risiko kanker, dimana telah menjadi kunci mekanisme yang menjembatani antara resistensi insulin dan kanker. Kadar IGF-1 terkait dengan kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti obesitas (BMI dan waist circumference) dan aktivitas fisik yang rendah. Obesitas dan kurangnya aktivitas fisik merupakan penentu dari hiperinsulinema dan resistensi insulin. Hiperinsulinemia dapat menjadi faktor suatu kondisi kronis seperti diabetes melitus tipe 2, obesitas, dan bentuk tertentu dari kanker, termasuk kanker payudara.Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi pada wanita.Hubungan resistensi insulin dalam mempengaruhi kadar IGF-1 plasma kanker payudara belum sepenuhnya jelas. Tujuan : Mengetahui hubungan resistensi insulin dengan kadar IGF-1 plasma pada kanker payudara. Metode : Penelitian secara belah lintang melibatkan 34 orang yang menderita kanker payudara. Diagnosis kanker payudara berdasarkan gambaran histopatologi. Semua responden belum menjalani kemoterapi. Variabel terikat adalah kadar IGF-1 plasma dan variabel bebas resistensi insulin yang diukur dengan IMT, lingkar pinggang dan HOMA-IR. Pemeriksaan IGF-1 plasma dilakukan dengan metode ELISA. Hubungan antar variabel dilakukan dengan analisa bivariat dan multivariat. Hasil : Pada analisis bivariat, tidak terdapat hubungan antar IMT dengan dengan kadar IGF-1 plasma (p=0,355). Pada analisis bivariat, tidak terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar IGF-1 plasma (p = 0,125). Pada analisis bivariat, tidak terdapat hubungan antara HOMA-IR dengan kadar IGF-1 plasma (p=0,458). Simpulan : Pada penelitian ini menunjukkan bahwa resistensi insulin tidak memiliki hubungan terhadap IGF-1 pada penderita kanker payudara. Kata Kunci : IGF-1, Resistensi Insulin, Kanker payudara, Semarang

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien koinfeksi HV-TB (Studi kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan BKPM Semarang)
By Rino Arianto Marswita ; Muchlis Achsan Udji Sofro
-- Semarang : FK Undip, 2017

Latar Belakang: HIV mendorong epidemi TB dan menyebabkan tingginya mortalitas pada pasien koinfeksi HIV-TB terutama di negara-negara berkembang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas pada pasien koinfeksi HIV-TB. Metode: Studi case control dilakukan pada bulan Agustus 2015 - Juli 2016. Subjek penelitian adalah pasien HIV berusia > 18 tahun yang terinfeksi TB paru kasus baru dan mendapat terapi obat anti tuberkulosa kategori I dari klinik Dr.Kariadi Semarang dan BKPM Semarang. Uji chi-square digunakan untuk membandingkan variabel kategori antara kedua kelompok, regresi logistik digunakan untuk membandingkan mortalitas keseluruhan antara kedua kelompok. Hasil: Sejumlah 80 pasien masuk ke dalam kriteria inklusi terdiri dari 50% pasien HIV-TB dan 50% pasien HIV non TB dengan perbandingan jenis kelamin laki-laki HIV-TB : HIV non TB (65% : 55%). Pasien koinfeksi HIV-TB meninggal lebih banyak 12 (30%) dibandingkan dengan HIV non TB 4 (10%). Faktor-faktor yang berpengaruh terhdap mortalitas pada pasien koinfeksi HIV-TB meliputi: tidak mendapat ARV (p = 0,0001), tidak memulai terapi profilaksis kotrimoksazol (p = 0,0001), jumlah CD4 ≤ 100 sel / mm3 (p = 0,0001), anemia dengan hemoglobin ≤ 10 mg/dL (p = 0,0001), adanya lebih dari dua infeksi oportunistik (p = 0,0001), dan underweight (p = 0,0001). Kesimpulan: Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien koinfeksi HIV-TB adalah tidak mendapat ARV, tidak memulai terapi profilaksis kotrimoksazol, jumlah CD4 ≤ 100 sel / mm3, anemia dengan hemoglobin ≤ 10 mg/dL, adanya lebih dari dua infeksi oportunistik, dan underweight. Kata Kunci: Mortalitas, koinfeksi HIV-TB

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
Hal. Awal Sebelumnya 316 317 318 319 320 Berikutnya Hal. Akhir
INTEGRATED LIBRARY
Universitas Diponegoro
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

As a complete Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System) has many features that will help libraries and librarians to do their job easily and quickly. Follow this link to show some features provided by SLiMS.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?