Latar Belakang : Stroke adalah penyebab kematian nomer tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Respon inflamasi berperan penting terhadap outcome stroke infark, dan sering dikaitkan dengan kerusakan otak yang lebih berat. Volume infark pada parenkim menimbulkan gangguan fungsi penderita stroke infark yang tercermin pada disabilitas yang timbul akibat kematian neuron irreversibel. Tujuan : Mengetahui adanya hubungan antara respon inflamasi dengan ukuran volume infark pada pasien stroke iskemik akut pertama kali Metode : Penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Sampel darah diambil di bangsal sedangkan pemeriksaan ct scan dilakukan saat pasien masuk IGD. Volume infark diukur dengan manual tracing perimeter infarct. Analisa korelasi menggunakan berbagai uji statistik dan uji multivariat dengan regresi logistik. Hasil Penelitian : Didapatkan subyek sebanyak 43 sampel. Rerata volume infark 3,04 cm3, rerata jumlah leukosit 10.120,5/mm3 dan rerata hsCRP 2,49 mg/dL. Analisa korelasi dengan uji korelasi pearson menunjukkan hubungan positif antara jumlah leukosit dengan volume infark tetapi hubungannya tidak bermakna, sedangkan kadar CRP dengan volume infark menunjukkan hubungan positif dan bermakna. Uji multivariat regresi logistik terhadap faktor resiko menghasilkan hubungan kadar CRP dan BMI dengan volume infark tetapi yang bermakna adalah kadar CRP (p = 0,022). Kesimpulan : Terdapat hubungan positif jumlah leukosit dengan volume infark pasien stroke iskemik akut tetapi hubungannya lemah. Terdapat hubungan bermakna antara antar kadar CRP dengan volume infark. Kata kunci : jumlah leukosit, kadar CRP, volume infark
Latar Belakang: Kadar Arginin berkaitan dengan outcome pada stroke iskemik akut (SIA). Arginin merupakan protein yang diperlukan untuk sintesis NO yang memiliki potensi sebagai vasodilator dan antioksidan.Ikan gabus sebagai sumber protein mempunyai aktivitas antioksidan karena kandungan mineral,vitamin dan asam amino. Salah satu asam amino yang dijumpai cukup tinggi pada ekstrak ikan gabus adalah arginin. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh ekstrak ikan gabus(EIG) terhadap peningkatan kadar arginin serum dan perbaikan keluaran klinis pasien SIA. Metode: Penelitian dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group Design dengan double blind. Pasien SIA dibagi dua kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan EIG 15 gr selama 7 hari. Kadar Arginin serum dan skor NIHSS diukur sebelum dan sesudah perlakuan.Faktor-faktor lain yang berpengaruh pada keluaran klinis juga dianalisa secara multivariat. Hasil: Sebanyak 42 subyek dilakukan random alokasi sebagai kelompok perlakuan atau kontrol. Tidak ada perbedaan karakteristik subyek di antara kedua kelompok.Terdapat korelasi Kadar Arginin serum dan EIG (p
Latar Belakang : Neuropati diabetik merupakan kelainan pada saraf yang berhubungan dengan diabetes melitus, yang terjadi pada hampir 25-50% pasien DM baik tipe 1 maupun tipe 2. Metformin, obat golongan biguanid yang direkomendasikan sebagai terapi inisial DM tipe 2, kerap dilaporkan sebagai penyebab farmakologis dari defisiensi vitamin B12. Demikian pula dengan proton pump inhibitor (PPI). Defisiensi vitamin B12 dapat memperberat neuropati diabetik yang sudah lebih dulu terjadi, maupun dapat mempercepat terjadinya neuropati diabetik. Tujuan : Membuktikan adanya pengaruh penggunaan obat-obatan (biguanid dan PPI) terhadap neuropati diabetik. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dilakukan wawancara dan pengambilan data dari rekam medis untuk memperoleh data dosis dan durasi terapi metformin dan PPI. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar vitamin B12 serum, HbA1C dan Trigliserida. Neuropati diabetik diperiksa menggunakan Toronto Clinical Scoring System (TCSS). Dilakukan analisa statistik menggunakan uji Chi-Square dan uji korelasi Pearson. Hasil Penelitian : Didapatkan subyek sebanyak 40 orang responden, 37 subyek (92,5%) neuropati dan 3 subyek (7,5%) tidak neuropati. Analisis dengan chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara dosis dan durasi metformin serta penggunaan PPI dengan neuropati diabetik maupun dengan kadar vitamin B12 serum. Analisis korelasi antara kadar vitamin B12 serum dengan neuropati diabetik juga tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, namun menunjukkan korelasi yang positif. Analisis pada faktor perancu, didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara faktor perancu (umur, tinggi badan, HbA1C dan trigliserida) dengan neuropati diabetik. Didapatkan korelasi positif antara umur, HbA1C dan trigliserida dengan neuropati diabetik, sementara tinggi badan menunjukkan korelasi negatif terhadap neuropati diabetik Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan obat-obatan (biguanid dan PPI) terhadap kadar vitamin B12 serum dan neuropati diabetik, serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar vitamin B12 serum dan neuropati diabetik. Kata kunci : metformin, PPI, vitamin B12, neuropati diabetik