Pendahuluan : Nyeri merupakan keluhan pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi. Efek samping dari pemberian kemoterapi pada pasien kanker payudara dapat menyebabkan kerusakan neuron yang mengakibatkan nyeri neuropatik. Bertambahnya kasus nyeri neuropatik pada pasien kemoterapi sering mengakibatkan gangguan aktivitas pada pasien. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara nyeri neuropatik dan gangguan aktivitas sebelum injeksi pertama dan setelah injeksi ketiga pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi. Material dan Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kohort prospektif. Subyek penelitian adalah pasien kanker payudara pasca operasi yang mendapat kemoterapi di instalansi Kasuari RSUP Dr. Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan mulai September 2019 sampai dengan Februari 2020. Pemeriksaan nyeri neuropatik dan skoring nyeri dilakukan dengan menggunakan kuesioner LANSS dan Brief Pain Inventory (BPI). Analisa data dengan uji korelasi bivariat Spearman’s. Hasil dikatakan bermakna bila nilai p
Latar belakang : Paparan bising yang dihadapi oleh pilot militer merupakan paparan bising yang ekstrem ditinjau dari frekuensi dan durasi paparan, sehingga dapat menyebabkan apoptosis dan atau nekrosis stereocillia yang berada di atas sel rambut sensorik pada telinga bagian dalam sehingga menyebabkan kerusakan yang menetap. Lama paparan, frekuensi bising, umur, kadar gula darah dan kebiasaan merokok ditengarai mempengaruhi drajat noise induced hearing loss. Metode : Desain penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan kohort prospektif. Subyek merupakan instruktur dan siswa penerbang yang melakukan latihan terbang minimal 50 jam terbang. Subyek pengamatan diperiksa audiometric pada awal pendidikan, kemudian subyek melakukan latihan terbang dalam 6 bulan dengan durasi minimal 50 jam terbang. Pada kahir pendidikan dilakukan pemeriksaan audiometric ulang. Data yang diambil meliputi umur, lama jam terbang awal dan akhir, kadar gula darah sewaktu, kebiasaan merokok serta audiometric awal dan akhir. Hasil : Subyek yang diperoleh sebanyak 80 dilakukan random alokasi dalam 4 kelompok pengamatan. Didapatkan hubungan bermakna antara umur dengan selisih derajat NIHL telinga kanan dan kiri (p
Latar belakang: Osteoarthritis genu merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan nyeri kronis dan dapat menghambat aktifitas sehari hari. Pemberian latihan dapat meningkatkan kekuatan otot sekitar lutut dan dapat mengurangi nyeri kronis pada penderita osteoarthritis genu. Tujuan: Membuktikan pengaruh penambahan kinesio taping terhadap intensitas nyeri dan skor fungsional pada pasien osteoarthritis genu grade II dan III yang mendapatkan latihan weight-pulley system. Metode: Penelitian simple randomized controlled pre and post experimental design. 27 subjek penderita osteoarthritis genu grade II dan III (40-65 tahun) dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, kelompok perlakuan mendapatkan intervensi latihan weight-pulley system dan Kinesio Taping sedangkan kelompok kontrol mendapatkan latihan weight-pulley system saja. Latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 3 minggu di Instalasi Murai Gedung Rehabilitasi Medik RSUP dr. Kariadi pada April 2019- Mei 2019. Intensitas nyeri dinilai menggunakan algometer dan skor fungsional dinilai dengan WOMAC Hasil : Terdapat penurunan nilai intensitas nyeri dan peningkatan skor fungsional yang bermakna pada akhir minggu ke-3 intervensi pada masing-masing kelompok dibandingkan dengan sebelum intervensi. Terdapat perbedaan delta nilai intensitas nyeri dan skor fungsional antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada sesudah intervensi. Simpulan: Penambahan kinesio taping berpengaruh terhadap intensitas nyeri dan skor fungsional pada pasien osteoarthritis genu grade II-III yang mendapatkan latihan weight-pulley system. Kata kunci: Osteoarthritis genu; weight-pulley system; Kinesio Taping; Intensitas nyeri, Skor fungsional; algometer, WOMAC.
Latar Belakang. Seiring pertambahan usia, penurunan kekuatan otot menjadi salah satu faktor resiko terjadinya jatuh karena akan berpengaruh pada pola jalan dan keseimbangan. Otot Quadriceps femoris merupakan otot yang membantu gerakan berdiri dan berjalan, sehingga kekuatan otot yang baik penting untuk dapat mencegah jatuh pada individu lanjut usia. American Collage of Sport Medicine (ACSM) merekomendasikan latihan kekuatan pada lansia untuk mengatasi masalah jatuh. Tujuan. mengetahui pengaruh latihan dasar Aikido terhadap muscle strength otot Quadriceps femoris pada individu lanjut usia sehat. Metode. Dilakukan penelitian randomized experimental - pre and post test design pada 30 subjek usia 60-70 tahun di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang, pada April 2018 - Juni 2018. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok perlakuan mendapat senam rutin 1 x/minggu ditambah latihan dasar Aikido 2 x/minggu. Kelompok kontrol mendapat senam rutin paguyuban lansia 1 x/minggu. Muscle strength otot Quadriceps femoris diukur dengan Push-pull Dynamometer, pada saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan terakhir. Hasil. Rerata muscle strength Quadriceps femoris kanan pada kelompok pelakuan (12,70 ± 1,81 kg), lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (9,77 ± 1,36 kg), p < 0,001. Rerata muscle strength Quadriceps femoris kiri pada kelompok perlakuan (13,50 ± 2,11 kg) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (10,03 ± 1,34 kg), p < 0,001. Kelompok perlakuan, selisih muscle strength pre dan post perlakuan otot Quadriceps femoris kanan 3,40 ± 0,69 kg dan berbeda bermakna [p < 0.05 (p < 0.001)]; sedangkan pada Quadriceps femoris kiri selisih 3,30 ± 0,62 kg dan berbeda bermakna [p < 0.05 (p < 0.001]). Kelompok kontrol, selisih muscle strength pre dan post perlakuan otot Quadriceps femoris kanan 0,80 ± 0,25 dan berbeda bermakna [p < 0.05 (p < 0.001)]; sedangkan Quadriceps femoris kiri selisih 0,77 ± 0,32 dan berbeda bermakna [p < 0.05 (p < 0.001)]. Simpulan. Rerata peningkatan skor muscle strength otot Quadriceps femoris kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Intervensi latihan dasar Aikido dapat meningkatkan muscle strength Quadriceps femoris pada individu lanjut usia sehat. Kata kunci: latihan dasar Aikido, lanjut usia, muscle strength, Quadriceps femoris.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek latihan sirkuit terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung kronik Latar belakang: Jumlah pasien gagal jantung kronik semakin banyak karena semakin majunya penanganan farmakologis dan terapi untuk gagal jantung. Namun demikian, pasien gagal jantung kronik tetap mengalami gejala-gejala dan keluhan yang menurunkan kualitas hidup mereka. Latihan sirkuit merupakan latihan fisik yang menggabungkan latihan resistensi dan aerobik dengan durasi yang lebih pendek dan interval istirahat yang cukup, sehingga diharapkan sesuai untuk pasien gagal jantung kronik dan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Metode: Dua puluh enam subyek dialokasikan secara acak ke dalam kelompok kontrol dan perlakuan. Kedua kelompok diprogramkan untuk latihan aerobik di rumah sedikitnya 3 kali seminggu selama 1 bulan. Kelompok perlakuan melakukan latihan sirkuit tersupervisi 3 kali seminggu dalam 1 bulan. Evaluasi kualitas hidup kedua kelompok menggunakan HeartQoL. Hasil: Setelah 4 minggu kelompok perlakuan mendapatkan nilai HeartQoL 37,7 ± 3,68 dibandingkan nilai pada kelompok kontrol 33,22 ± 4,84 (p < 0,05), namun tidak ada peningkatan nilai HeartQoL yang bermakna baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Kesimpulan: Latihan sirkuit tidak meningkatkan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kronik. Kata kunci: latihan sirkuit, gagal jantung kronik, kualitas hidup
Abstrak Spastisitas merupakan masalah yang sering dihadapi dan dapat sangat mengganggu kapasitas fungsional penderita stroke kronik. Metode pengobatan yang paling lazim digunakan untuk mengatasi spastisitas adalah infrared dan latihan peregangan, namun kurang efektif menurunkan spastisitas. Penambahan Radial Shock Wave Therapy diharapkan lebih efektif untuk menurunkan spastisitas pasien stroke kronik. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan penambahan RSWT lebih besar menurunkan spastisitas pasien stroke kronik. Penelitian ini adalah simple randomized controlled pre and post experimental design. Total sampel 30 penderita stroke spastik kronik dengan Modified Asworth Scale 2-3, dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. RSWT 1 kali per minggu pada muscle belly otot fleksor wrist pada ventral lengan bawah, otot intrinsik tangan dan tendon fleksor digitorum, ditambahkan pada terapi infrared dan latihan peregangan pada ekstremitas atas yang diberikan 3 kali per minggu, selama 6 minggu berturut-turut. Tingkat spastisitas diukur dengan menggunakan Tardieu Scale yang mengukur kualitas dan sudut tahanan pada awal dan akhir penelitian. Didapatkan penurunan yang lebih besar secara signifikan (p
Latar belakang. Latihan fisik pada pasien dengan gagal jantung kronik dapat meningkatkan kapasitas fungsional paru dan memperbaiki prognosis pasien. Latihan sirkuit merupakan salah satu model latihan fisik yang lebih menguntungkan karena dapat memperbaiki kebugaran kardiorespirasi dan kekuatan otot. Tujuan. Mengetahui efek latihan sirkuit terhadap kapasitas fungsional paru pasien gagal jantung kronik di RSUP Dr. Kariadi. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di bagian rehabilitasi RSUP Dr. Kariadi, Jawa Tengah. Subjek terdiri dari 26 pasien dengan gagal jantung kronik stabil, berusia 45-65 tahun yang dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberikan latihan sirkuit selama 30 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu. Kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi. Kapasitas fungsional paru dinilai dengan Force Vital Capacity (FVC), dengan CHEST Multi-Functional Spirometer HI-801. Penilaian dilakukan sebelum dan setelah intervensi. Hasil. Sembilan belas subjek menyelesaikan penelitian tanpa efek samping. Pada kelompok perlakuan, terdapat peningkatan yang bermakna nilai FVC pretest-posttest (p=0,002). Pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai FVC pretest-posttest (p=0,912). Terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih pretest-posttest nilai FVC pada kelompok latihan sirkuit dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,021). Simpulan. Latihan sirkuit berpengaruh terhadap kapasitas fungsional paru pada pasien gagal jantung kronik. Kata Kunci : Latihan sirkuit, force vital capacity (FVC), spirometer.
Tujuan : Mengetahui pengaruh latihan dasar Aikido terhadap keseimbangan fungsional pada lanjut usia. Rancangan : Penelitian randomized experimental - pre and post test design. Subjek : Dua puluh empat partisipan usia 60-70 tahun. Tempat : Ruang Gymnasium Gedung Rehabilitasi Medik RSUP Dr Kariadi Semarang. Waktu : April - Mei 2019. Perlakuan : Latihan dasar Aikido diberikan 2 kali seminggu dengan durasi ± 90 menit persesi selama 6 minggu. Pengukuran hasil utama : Keseimbangan fungsional diukur dengan Berg Balance Scale. Dinilai sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan terakhir. Hasil : Terdapat peningkatan yang signifikan pada keseimbangan fungsional individu lanjut usia pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol. Simpulan : Latihan Dasar Aikido selama 6 minggu dapat meningkatkan keseimbangan fungsional individu lanjut usia. Kata kunci : Latihan dasar Aikido, Aiki Taiso, risiko jatuh, keseimbangan fungsional, lanjut usia, Balance Berg Scale. Lampiran C2
Latar belakang. Pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh antara lain otot, tulang, sendi, sistem kardiovaskular dan respirasi. Kondisi tersebut menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sehingga lansia menjadi rentan mengalami gangguan kesehatan. Untuk mempertahankan fungsi kardiorespirasi, direkomendasikan untuk tetap melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari. Banyaknya lansia yang memiliki keterbatasan melakukan aktivitas weight bearing, sehingga dipikirkan alternatif untuk dapat melakukan latihan dalam posisi duduk. Tujuan. Membuktikan tidak ada perbedaan efektivitas Chair – Based Exercise (CBE) dan Senam Lansia (SL) dalam meningkatkan kebugaran kardiorespirasi lanjut usia. Metode. Quasi Experiment Design. 22 subyek lansia dibagi menjadi 2 kelompok, Chair - Based Exercise (CBE) and Senam Lansia (SL). Semua subyek pada kedua kelompok mendapatkan latihan selama 30 menit sehari, 5 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Pengukuran uji jalan 6 menit dilakukan untuk memperoleh nilai kebugaran kardiorespirasi. Hasil. Terdapat peningkatan bermakna skor kebugaran kardiorespirasi di akhir perlakuan pada kelompok CBE dan Senam Lansia. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna delta skor kebugaran kardiorespirasi antara kelompok CBE dan SL setelah diberikan perlakuan. Simpulan. Tidak terdapat perbedaan antara CBE dan SL dalam meningkatkan kebugaran kardiorespirasi lanjut usia. Kata kunci. Chair – Based Exercise, Senam Lansia, lanjut usia, VO2 maks
Latar Belakang: Tumor adrenal merupakan tumor yang sangat jarang dan jumlah sebenarnya yang didiagnosis di Amerika Serikat tidak diketahui dan ditemukan pada satu dari setiap 10 orang yang melakukan sebuah tes pencitraan (seperti CT atau MRI) dari kelenjar adrenal Tujuan : Mengetahui karakteristik dan Manajemen pasien dengan Tumor Adrenal (TA) di RSUP dr. Kariadi dalam rentang tahun 2012 s/d 2017. Metode: Studi retrospektif ini meliputi 10 pasien TA yang dirawat di departemen Bedah sub-bagian Bedah urologi rumah sakit dr. Kariadi Semarang antara Januari 2012 hingga Juli 2017. Jenis kelamin pasien, usia saat kunjungan, ukuran diameter dari benjolan, Hasil PA, rate survival, hipertensi, hiperglikemi dan hipokalemia dianalisis. Manajemen dibagi dalam dua bagian, unresectable dan resectable. Hasil: Karakteristik pasien TA di RSUP kariadi dalam rentang 2012-2017, kami identifikasi sbb : Dari 10 pasien, 7 (70 %) adalah laki-laki, dengan Usia rata-rata adalah 39 tahun (kisaran interkuartil: 4 - 67 tahun). ukuran diameter dari benjolan dengan > 10 cm sebanyak 6 pasien, dan ukuran 4-10 cm sebanyak 4 pasien. Hasil PA terbanyak didapatkan bersifat ganas sebanyak 8 pasien (80%) dengan jenis Adrenal cortical Carcinoma, satu pasien dengan hasil PA jinak ( adrenal cortical adenoma). Rate survival sebesar 40%, dengan 6 pasien yg menjalani terapi meninggal. Pasien dengan hipertensi sebanyak 3 (30 %). Sedangkan pasien dengan kondisi hiperglikemia dan hipokalemia sebanyak 6 (60 %) . Management yang diberikan dibagi dalam 2 bagian besar, unresectable dan resectable. terdapat 3 pasien yang masuk dalam kriteria unresectable, 1 pasien dilakukan biopsi, dan 1 pasien yang dilakukan bulking tumor, dan 1 pasien dilakukan embolisasi. 7 pasien pasien termasuk dalam kelompok resectable, 3 pasien dilanjutkan dengan kemoterapi, 2 pasien dilanjutkan dengan ekstrernal radiasi dan 2 pasien yang meninggal setelah dilakukan operasi. Simpulan: Karakteristik usia usia rata-rata penderita adalah 39 tahun, dengan pria lebih banyak menderita tumor adrenal (70%). pasien advanced case sebanyak 7 pasien. Ukuran diameter dari benjolan dengan > 10 cm sebanyak 6 pasien, dan ukuran 4-10 cm sebanyak 4 pasien. Embolisasi dilakukan berhasil meningkatkan survival rate pada 1 pasien advance, meskipun hasil patologi anatomi adenocorticalcarcinoma. functional case hypercortisol maupun hypocortisol dapat ditangani dengan baik dengan pendekatan multidisiplin. Kata kunci: tumor adrenal, TA, karateristik