Tujuan: Membuktikan pengaruh Tari Modifikasi Dolanan Bocah terhadap fleksibilitas pada anak obesitas usia 7-10 tahun. Rancangan: Penelitian randomized controlled pre and post experimental. Subjek: Tiga puluh anak obesitas usia 7-10 tahun yang memenuhi kriteria penelitian. Tempat: SDN Bendungan Semarang. Waktu: Februari-Maret 2017. Perlakuan: Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberikan intervensi Tari Modifikasi Dolanan Bocah 3 kali seminggu selama 6 minggu, sedangkan kelompok kontrol melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Hasil Pengukuran Utama: Keseimbangan yang diukur dengan Modified Back and Saver Sit and Reach Test (MBSR). Dinilai sebelum perlakuan, minggu ke-3 dan minggu ke-6. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan rerata skor MBSR antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Simpulan: Tari Modifikasi Dolanan Bocah meningkatkan fleksibilitas pada anak obesitas. Kata kunci: Tari Modifikasi Dolanan Bocah , fleksibilitas, anak obesitas.
Pendahuluan Peningkatan indeks masa tubuh pada remaja berpengaruh terhadap kemampuan kognitif, terutama fungsi eksekutif yang lebih buruk. Latihan exergame merupakan salah satu alternatif pilihan untuk meningkatkan fungsi eksekutif. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh exergame terhadap fungsi eksekutif remaja overweight. Material dan Metode Penelitian klinis eksperimental dengan randomized controlled trial (pretest posttest controlled group design). Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Semarang pada bulan Februari – Maret 2016 dengan subyek 30 remaja overweight yang berusia 12-14 tahun. Subyek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan intervensi latihan exergame 3 kali seminggu selama 6 minggu, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi. Fungsi eksekutif dinilai dengan design fluency test, dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil Penelitian Terdapat peningkatan signifikan skor design fluency dari rerata 22,3±4,37 menjadi 27,7±3,06 pada kelompok perlakuan (p=0,000), dan 22,3±4,82 menjadi 23,9±3,33 pada kelompok kontrol (p=0,010). Rerata perubahan skor design fluency lebih besar pada kelompok perlakuan (5,5±1,85) dibandingkan kelompok kontrol (1,6±2,10) (p=0,000). Kesimpulan Latihan exergame dapat meningkatkan fungsi eksekutif yang diukur dengan design fluency pada remaja overweight. Kata kunci : Exergame, fungsi eksekutif, design fluency, remaja overweight.
Pendahuluan. Meningioma diperkenalkan oleh Harvey Cushing (1922). Berasal dari sel-sel selaput arachnoid pada meninges, menyumbang sekitar 30% dari semua tumor primer di otak. WHO 2016 membagi menjadi 3 grade : Grade I (jinak), Grade II (atipik) dan Grade III (anaplastik), sistem derajat histopatologi tersebut belum mampu memprediksi prognosis dan rekurensi meningioma. Sehingga dibutuhkan suatu penanda protein dan hormonal yang bertanggung jawab pada proses tumorigenesis. Diantaranya dengan menggunakan protein 53 (p53) dan resptor progesterone (PR). Tujuan. Untuk mengetahui perbedaan antara ekspresi p53 dan PR pada meningioma grade I, II, III di Rumah Sakit dr. Kariadi periode antara tahun 2011 sampai 2014. Material dan Metode. Sample diambil dengan metode consecutive sampling, Sebanyak 30 sampel meningioma yang telah diklasifikasikan kemudian diberi pewarnaan khusus imunohistokimia p53 dan PR, ekspresinya dinilai dengan menggunakan allred score. Hasil Penelitian. Dari 30 sampel didapatkan 14 grade I, 10 grade II dan 6 grade III. Jumlah wanita 23(76,67%) dan laki-laki 7(23,33%), kejadian meningioma terbanyak pada usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 19 orang (63,33%), dan paling sedikit usia 5-11 tahun tahun, yaitu sebanyak 1 orang (3,33%). Dari hasil uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p hasil pemeriksaan ekspresi p53 pada tiap derajat meningioma adalah 0,163 sedangkan nilai p hasil pemeriksaan ekspresi PR pada tiap derajat meningioma adalah 0,045. Karena p > 0,05. Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna hasil pemeriksaan ekspresi p53 antara ketiga derajat meningioma dan terdapat perbedaan ekspresi PR antar ketiga derajat meningioma. Kata kunci: Meningioma, p53, PR
Pendahuluan : Limfoma maligna menempati 3,37% dari seluruh keganasan di seluruh dunia. Insiden Limfoma maligna di dunia mengalami peningkatan dengan rata-rata 3-4% dalam 4 dekade terakhir. Kenaikan insiden Limfoma Non Hodgkin pada pria 6% dan wanita 4,1%. Limfoma Hodgkin 1,1% pada pria dan 0,7% pada wanita. Data dari Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2013, angka kejadian Limfoma di Indonesia sebesar 0,06% dengan estimasi 14.905 pasien. VEB memiliki peran pada perkembangan Neoplasma Limforetikuler sel B. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ekspresi gen-gen laten VEB menyumbangkan perubahan fenotipe ganas, terutama LMP-1. Gen laten VEB ditemukan dapat merubah perkembangan sel, merubah fenotip dari sel, menginduksi proliferasi dan mencegah apoptosis. Tujuan : Untuk mengetahui adanya ekspresi gen laten LMP-1 dari VEB pada Limfoma Maligna. Material dan Metode : Populasi dan sampel penelitian diambil dari blok parafin Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Kariadi, Semarang, Indonesia pada Januari 2015 sampai Mei 2017. Dua puluh (20) blok parafin yang telah didiagnosis dan dire-evaluasi sebagai Limfoma Non Hodgkin sel B dan Limfoma Hodgkin, dilakukan pemeriksaan imunohistokimia LMP-1. Data ekspresi LMP-1 dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact. Hasil Penelitian : Terdapat ekspresi LMP-1 positif pada 5 sampel (25%) sediaan Limfoma Non Hodgkin sel B dan 3 sampel (15%) pada sediaan Limfoma Hodgkin, dengan Uji Fisher’s Exact memberikan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0,325) dari ekspresi LMP-1 pada Limfoma Non Hodgkin sel B dan Limfoma Hodgkin. Kesimpulan : Tidak didapatkan perbedaan bermakna dari ekspresi LMP-1 pada Limfoma Non Hodgkin sel B dan Limfoma Hodgkin. Kata kunci : VEB, LMP-1, Limfoma Maligna, Limfoma Non Hodgkin sel B, Limfoma Hodgkin.
Latar Belakang : Kanker prostat merupakan keganasan paling umum dan tertinggi urutan enam penyebab kematian akibat kanker pada pria di seluruh dunia. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada prognosis adalah grade histopatologi tumor saat diagnosis. Skor Gleason merupakan sistem yang saat ini paling sering digunakan untuk menentukan grade adenokarsinoma prostat. CD44 merupakan protein trans-membran, berhubungan dengan interaksi antar sel dan interaksi sel-matriks serta dengan pertumbuhan dan metastasis tumor. Ekspresi CD44 berimplikasi pada progresi tumor dan metastasis pada banyak tumor, termasuk adenokarsinoma prostat, ini berkaitan juga dengan grade skor Gleason yang tinggi. Tujuan : Untuk membuktikan perbedaan ekspresi CD44 pada adenokarsinoma prostat diferensiasi baik, sedang dan buruk. Metode : Penelitian analitik dengan desain belah lintang. Sampel sebanyak 30 blok parafin yang telah didiagnosis dan dilihat ulang sebagai adenokarsinoma prostat diferensiasi baik (Kelompok A), sedang (Kelompok B) dan buruk (Kelompok C) dan dilakukan pemeriksaan imunohistokimia CD44. Data ekspresi CD44 dianalisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji One Way ANOVA. Hasil Penelitian : Sebaran data normal dan homogen. Uji One Way ANOVA kelompok A, B dan C, p = 0,048, menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara ketiga kelompok. Kesimpulan : Didapatkan perbedaan yang bermakna ekspresi CD44 antara adenokarsinoma prostat diferensiasi baik, sedang dan buruk. Hal ini sesuai dengan sebagian besar penelitian yang telah ada sebelumnya. Kata kunci : CD44, adenokarsinoma, prostat, Gleason score
Pendahuluan: Kanker paru merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk di Indonesia. Efusi pleura merupakan salah satu manifestasi klinis yang perlu diwaspadai, namun dapat membantu penentuan subtipe kanker paru untuk mengarahkan pemberian terapi. Penentuan subtipe pada diagnosis sitologi efusi pleura dengan gambaran yang membingungkan dapat disokong oleh pemeriksaan imunositokimia seperti ekspresi p40 dan cytokeratin 5/6 (CK5/6). Tujuan: Menggambarkan ekspresi p40 dan CK5/6 pada diagnosis sitologi efusi pleura dengan gambaran sitomorfologi curiga adenokarsinoma (ADC), karsinoma adenoskuamosa dan karsinoma sel skuamosa (SCC). Metode: Penelitian observasional dengan pendekatan belah lintang terhadap blok sitologi efusi pleura curiga ganas pada periode Januari 2012-Januari 2013. Gambaran sitomorfologi dinilai dari pewarnaan hematoksilin-eosin dan Papanicolaou. Pemeriksaan imunositokimia menggunakan antibodi monoklonal p40 dan CK5/6. Perbedaan dinilai menggunakan uji one-way ANOVA. Hasil: Gambaran sitomorfologi dari 20 sampel didominasi oleh ADC (55%), diikuti SCC (30%) dan karsinoma adenoskuamosa (15%). Ekspresi p40 dan CK5/6 positif pada 6/11 sampel (54,5%) untuk ADC, 3/3 sampel (100%) untuk karsinoma adenoskuamosa, 6/6 (100%) untuk SCC; dengan rerata ekspresi p40 dan CK5/6 secara berurutan sebesar 2,1 ± 1,64 dan 2,55 ± 1,52 pada ADC; 5 ± 0,5 dan 5,17 ± 0,29 pada karsinoma adenoskuamosa; 6,25 ± 0,61 dan 6,58 ± 0,74 pada SCC (p < 0,001); tingkat kesesuaian antar pengamat memuaskan. Simpulan: Ekspresi p40 dan CK5/6 menunjukkan perbedaan antara diagnosis sitologi efusi pleura dengan gambaran sitomorfologi curiga ADC, SCC dan karsinoma adenoskuamosa. Kata kunci: p40, CK5/6, imunositokimia, efusi pleura, ADC, SCC.