Latar belakang : Infertilitas merupakan suatu masalah yang mempengaruhi sekitar 1 dari 15 pasangan dan infertalitas tuba merupakan penyebab tersering. Salah satu penyebab infertalitas tuba adalah adanya infeksi Chlamydia trachomatis yang berperan dalam timbulnya penyakit radang panggul. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi chlamydia trachomatis dan infertilitas tuba yang dinilai melalui pemeriksaan antibodi chlamydia trachomatis. Metode : Subjek penelitian adalah wanita usia reproduski dengan infertilitas primer maupun sekunder yang telah dilakukan pemeriksaan histerosalfingografi sebelumnya. Selanjutnya subjek akan diperiksa IgG dab IgM chlamydia trachomatis. Penelitian dilakukan di Bagian / SMF Obstetri dab Ginekologi FK Undip - RSUP Dr. Kariadi Semarang bertempat di Poliklinik Fertilitas dan Keluarga Berencana sejak Desember 2014 hingga JAnuari 2015. Tujuan : Mengetahui apakah terdapat hubungan antara infeksi chlamydia trachomatis dengan oklusi tuba yang dideteksi dengan histerosalfingografi pada wanita infertilitas di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil : Sebanyak 42 subjek ikut serta dalam penelitian ini, dengan masing-masing 21 pasien dengan infertilitas tuba paten sebagai kelompok studi dan 21 pasien infertilitas tuba non paten sebagai kelompok kontrol. Didapatkan hubungan yang bermakna antara infertilitas tuba non paten sebagai kelompok kontrol. Didapatkan hubungan yang bermakna antara infertilitas tuba paten dengan serologi IgG chlamydia trachomatis (p=0.006, PR = 8,6 OR>1) dan serologi IgM chlamydia trachomatis (p=0.001, PR=64). Sedangkan hubungan antara kedua serologi IgG dan IgM chlamydia trachomatis juga didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara kejadian infertilitas tuba (p=0.009, PR=2,5). Simpulan : Chlamydia trachomatis terbukti merupakan penyebab infertilitas dengan tuba paten dan tuba non paten pada penelitian ini berdasar proporsi kejadian serologi chlamydia trachomatis, baik itu IgG maupun IgM, taupun keduanya pada kelompok infertilitas tuba dan infertilitas non tuba. Kata kunci : chlamydia trachomatis, serologi IgG, serologi IgM, infertilitas dengan tuba paten, infertilitas dengan tuba non paten.
Latar belakang : Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan tahun 2012. Sedangkan AKB berdasar Survey Demografi Kesehatan Indonesia sebsar 40/1000 kelahiran hidup. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu namun berdasarkan hasil investigasi kualitas secara cepat yang dilakukan pada bulan Juli 1997 di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, terungkap bahwa hampir sebagian besar (80%) penolong persalinan yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan tidak mampu melakukan asuhan persalinan sesuai dengan standar yang diinginkan. Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. 44 orang tenaga kesehatan di RS jejaring akan diambil sebagai subjek penelitian secara acak menggunakan metode cluster random sampling. Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner dari hasil wawancara dan observasi langsung dilapangan. Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan standar Asuhan Persalinan Normal (APN) oleh tenaga kesehatan penolong persalinan di RS Jejaring. Hasil : Rata-rata usia responden yaitu 30 tahun dengan usia termuda 21 tahun dan paling tua berusia 43 tahun. Semua responden adalah perempuan mayoritas bidan (97,4%) dan 2,6% lainnya dokter umum. Masa kerja paling sedikit setengah tahun dan paling lama 30 tahun. Mayoritas 89,5% pernah ikut pelatihan APN sebelumnya. Dari 10 RS jejaring sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan terhadap APN yang baik (65,8%), kepatuhan terhadap prosedur resusitasi neonatus sebagian besar baik (60,5%) dan sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan APN yang tinggi (63,2%). Bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan tingkat kepatuhan terhadap standar APN, dimana mereka dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kecenderungan tingkat kepatuhan lebih baik, lebih besar 6 kali bila dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya sedang (OR 5,9, Interval kepercayaan 95% 2,04 - 17,11). Dan mereka dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki kecenderungan kepatuhannya buruk 5 kali lebih besar dibandingkan mereka dengan tingkat pengetahuan tinggi (OR 0,19 interval kepercayaan 95% 0,10 - 0,34). Simpulan : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan APN dengan kepatuhan terhadap penerapan standar APN dengan semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin tinggi pula kepatuhannya terhadap penerapan standar APN. Pelatihan APN sebagi upaya penyegaran kembali perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan. Kata kunci : kepatuhan, APN, tenaga kesehatan