Pendahuluan : Robekan ACL dapat memberikan implikasi klinis jangka pendek dan jangka panjang. Faktor risiko anatomis terhadap robekan ACL yaitu morfometrik sendi femorotibia. Penelitian ini bertujuan menganalisis besarnya rasio prevalen (RP) morfometrik femur distal dan tibia proksimal terhadap derajat robekan ACL secara MRI. Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan belah lintang. Secara retrospektif dilakukan evaluasi derajat robekan dan pengukuran BCW, NW, NWI, TPS, TPD, EW, EMI pada MRI genu 48 pasien dengan robekan ACL baru akibat taruma. Analisis statistik menggunakan uji Chi-square dan dinilai rasio prevalennya. HAsil : Terdapat 16 subyek dengan robekan ACL grade I-II dan 32 subyek dengan grade III. Nilai RP LTPS terhadap derajat robekan ACL lebih sari satu dengan 95% IK bawah lebih dari satu dan secara statistik bermakna. Nilai RP BCW, NW, NWI, MTPS juga lebih dari satu namun 95% IK bawah kurang dari satu dan secara statistik tidak bermakna. Nilai RP TPD, EW, EWI tidak dapat dinilai pada penelitian ini. Kesimpulan : KTPS merupakan faktor risiko terhadap derajat robekan ACL. BCW, NW, NWI, MTPS bukan merupakan faktor risiko terhadap deajat robekan ACL. Kata kunci : morfometrik femur distal, tibia proksimal, derajat robekan ACL
Pendahuluan : Stroke merupakan penyebab kematian kedua di dunia, sedangkan di Amerika Serikat dan Inggris penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Pada tahun 2011 dilakukan evaluasi di Inggris menggunakan variasi jendela pengaturan tingkat yaitu sekitar 40 HU W dan 40 HU L, yang kemudian disebut juga sebagai stroke window. Evaluasi ini memberikan kesimpulan yaitu "stroke window" sebaiknya digunakan secara rutin pada semua pemeriksaan ct kepala. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi ct scan stroke window dengan ct scan standar dalam mendeteksi tanda infark pada pasien stroke non hemoragik. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian obseravsional analitik dengan rancangan belah lintang yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai September 2015 sampai Maret 2016. Subyek penelitian adalah pasien dengan klinis stroke non hemoragik yang dilakukan pemeriksaan CT scan kepala. Analisis statistik menggunakan uji Rank Spearman. Hasil : Terdapat 46 subyek penelitian yang terdiri dari 23 laki-laki dan 23 perempuan. Kelompok usia terbanyak adalah > 50 tahun (78,3%). Lokasi infark terbanyak pada ct scan adalah corona radiata, crus posterior capsula interna dan crus anterior capsula interna. Lokasi infark terbanyak pada ct scan stroke window adalah corona radiata, thalamus dan crus posterior capsula interna. Terdapat korelasi yang bermakna antara ct scan stroke window dan ct scan standar dalam menentukan tanda infark pada pasien stroke non hemoragik. Diskusi : Karakteristik lokasi infark pada ct scan stroke window dan ct scan standar yang terbanyak adalah corona radiata, karena tempat tersebut merupakan deep penetrating and arteries. Kata kunci : ct scan, stroke hemoragik, stroke window
Latar belakang : Stroke hemoragik menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negara-negara maju. Trombosit merupakan salah satu faktor koagulasi yang dianggap berperan dalam proses hemostasis yang berpengaruh pada proses pembentukan hematoma dan edema perihematoma. Perkembangan volume edema ini telah diketahui berkontribusi terhadap outcome yang jelak pada pasien stroke hemoragik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jumlah trombosit dengan besarnya volume hematoma, volume edema perihematoma absolut, serta volume edema perihematoma relatif pada pasien stroke hemoragik. Metode : Desain penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional yang diambil dari catatan medik. Jumlah sampel 40 penderita stroke hemoragik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RS Dr. Kariadi Semarang. Hasil : Uji korelasi dengan Rank Spearman's tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit dengan volume hematoma, volume edema perihematoma absolut maupun edema perihematoma relatif (didapatkan p>0,05). Simpulan : Tidak terdapat korelasi antara jumlah trombosit dengan volume hematoma volume edema perihematoma absolut maupun edema perihematoma relatif pada pasien stroke hemoragik. Kata kunci : stroke hemoragik, jumlah trombosit, volume hematoma, volume edema perihematoma absolut, volume edema perihematoma relatif