Tujuan : Mengetahui pengaruh latihan pilates terhadap endurance otot fleksor dan ekstensor trunkus pada remaja dengan obesitas. Rancangan : Penelitian randomized controlled pre and post experimental. Subyek : 30 orang subyek laki-laki dan perempuan, remaja obesitas, berusia antara 16-18 tahun. Tempat : SMK Negeri 04 Semarang. Waktu : November 2015 sampai dengan Desember 2015. Perlakuan : Subjek dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, kelompok intervensi mendapatkan latihan pilates dan kelompok kontrol hanya aktivitas olahraga sesuai jadwal dan kurikulum sekolah. Subjek pada kelompok perlakuan melakukan latihan 2 kali seminggu selama 6 minggu dengan total latihan sebanyak 12 kali. Hasil pengukuran utama : Endurance otot fleksor trunkus secara umum diukur dengan curl up dan ekstensor trunkus yang diukur dengan prone double straight leg raise test (PDSLRT). Dinilai sebelum perlakuan, akhir minggu ke-3 dan akhir minggu ke-6 setelah perlakuan. Hasil : Pada penilaian karakteristik subjek penelitian tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (P>0,005). Setelah intervensi minggu ke tiga, terdapat perbedaan bermakna pada nilai curl up (P=0,001) maupun pada prone double straight leg raise test (P=0,001) pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Setelah minggu ke enam, juga ditemukan perbedaan yang bermakna nilai curl up (P=0,001) maupun pada prone double straight leg raise test (P=0,001). Simpulan : Latihan pilates terbukti dapat meningkatkan endurance otot fleksor dan ekstensor trunkus pada remaja dengan obesitas. Kata kunci : obesitas, endurance otot fleksor dan ekstensor trunkus, pilates, curl up, prone double straight leg raise test (PDSKRT).
Pendahuluan : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan efek latihan antara kelompok ball hand exercise dan kelompok putty hand exercise terhadap peningkatan fungsi tangan lansia. Metode penelitian : Desain penelitian menggunakan randomized controlled trial pre and post test design. Subjek penelitian adalah 40 lansia usia diatas 60 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Lempongsari Semarang. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok ball (n=20) mendapatkan program latihan ball hand exercise 3 kali seminggu selama 6 minggu dan kelompok putty (n=20) mendapatkan program latihan putty hand exercise 3 kali seminggu selama 6 minggu. Pengukuran fungsi tangan dinilai menggunakan Jebsen Hand Function Test dilakukan pada tangan dominan sebelum perlakuan, dan akhir minggu ke-6 perlakuan. HAsil : Terdapat peningkatan bermakna terhadap skor fungsi tangan lansia pada akhir minggu ke-6 perlakuan pada masing-masing kelompok (p0,05). Kesimpulan : Tidak didapatkan perbedaan efek latihan antara ball hand exercise dan putty hand exercise dalam meningkatkan fungsi tangan lansia. Kata kunci : ball hand exercise, putty hand exercise, fungsi tangan, Jebsen Hand Function Test, lansia
Tujuan : Menganalisa perbedaan pengaruh antara latihan Virtual Reality GAme (Wii) dan latihan tangan konvensional (bola) dalam meningkatkan grip strenght. Rancangan : Penelitian randomized controlled trial pre and post test design. Subyek : 30 lansia usia diatas 60 tahun. Tempat : Kelurahan Lempongsari Semarang Waktu : Oktober 2015-Desember 2015 Perlakuan : Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok Wii (n=15) mendapatkan program latihan Virtual Reality Game (Wii) 3 kali seminggu selama 6 minggu dan kelompok Bola (n=20) mendapatkan program latihan ball hand exercise 3 kali seminggu selama 6 minggu. Hasil pengukuran utama : Menggunakan Jamar Hand Dynamometer. Penilaian dalam bentuk skala numerik dengan satuan kilogram force. Pengukuran mengambil tangan dominan. Penilaian dilakukan sebelum perlakuan, dan akhir minggu ke-6 perlakuan. Hasil : Terdapat peningkatan bermakna kekuatan menggenggam pada akhir minggu ke-6 perlakuan dibandingkan sebelum perlakuan pada masing-masing kelompok (p=0,06 dan p=0,01). Peningkatan dkekuatan menggenggam pada akhir minggu ke-6 pada latihan Virtual Reality GAme lebih tinggi dibandingkan ball hand exercise meskipun secara statistik tidak signifikan (p=0,100). Simpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada nilai grip strenght setelah perlakuan antara latihan Virtual Reality GAme (Wii) dan ball hand exercise selama 6 minggu latihan pada lansia. Kata kunci : Virtual Reality Game, Wii, Ball hand exercise, grip strenght, Jamar Hand Dynamometer, lansia
Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan efektifitas antara pengaruh ball hand exercise dan putty hand exercise terhadap peningkatan kekuatan pinch grip (tip, palmar dan key pinch) pada lanjut usia. Metode penelitian : Desain penelitian menggunakan randomized controlled trial pre and post test design. Subjek penelitian adalah 40 lansia usia diatas 60 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Lempongsari Semarang. Subyek diabgi menjadi 2 kelompok, kelompok ball (n=20) mendapatkan program latihan ball hand exercise 3 kali seminggu selama 6 minggu dan kelompok putty (n=20) mendapatkan program latihan putty hand exercise 3 kali seminggu selama 6 minggu. Pengukuran kekuatan pinch grip (tip pinch, palmar pinch dan key pinch) dinilai menggunakan B&L pinch gauge dilakukan pada tangan dominan sebelum perlakuan, dan akhir minggu ke-6 perlakuan. Hasil : Terdapat peningkatan bermakna terhadap tip pinch dan key pinch pada akhir minggu ke-6 pada hand exercise dengan bola (p
Latar belakang : Stroke hemoragik menjadi salah satu masalah kesehatan utama dan merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negara-negara maju. Modified Rankin Scale (mRS) merupakan penilaian secara umum yang paling sering digunakan untuk menilai hasil akhir yang ditimbulkan paska stroke. Besar kecilnya volume hematoma, volume edema perihematoma (absolut dan relatif) dapat memprediksi outcome pasien paska stroke hemoragik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara outcome pasien paska stroke dengan besarnya volume hematoma, volume edema perihematoma (absolut dan relatif) pada pasien stroke hemoragik. Metode : Desain penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan belah lintang yang diambil dari catatan medik. Jumlah sampel 50 penderita stroke hemoragik yang memnuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RS dr. Kariadi Semarang. Hasil : Uji korelasi dengan rank spearman's didapatkan nilai koefisiensi korelasi (0,283) dan p-value 0,046 menunjukkan korelasi antara dua variabel lemah, sedangkan arah hubungannya positif, yang berarti bahwa semakin tinggi nilai volume edema perihepatoma relatif maka semakin tinggi nilai mRS pada pasien stroke hemoragik, serta tidak ada korelasi yang bermakna antara mRS dengan volume hematoma dan volume edema perihematoma absolut maupun variabel lainnya, didapatkan p>0,05. Simpulan : Terdapat korelasi lemah antara mRS dengan volume edema perihematoma relatif pada pasien stroke hemoragik. Kata kunci : stroke hemoragik, mRS, volume hematoma, volume edema perihematoma
Latar belakang : Keganasan kepala leher (KKL) merupakan keganasan yang paling sering dijumpai di negara berkembang. Penatalaksanaan KKL meliputi pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi maupun kombinasi diantara ketiga metode tersebut. PAsca terapi radiasi timbul efek samping antara lain periodontitis dan radiation caries. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran radiation caries dan periodontitis berdasarkan foto panoramik pada pasien keganasan kepala leher pasca terapi inhalasi. Metode : Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah sampel 26 penderita KKL yang memenuhi kriteria inklusi di RSUP dr. Kariadi Semarang. HAsil : Jumlah sampel 26 orang, terdiri dari laki-laki 19 orang dan perempuan 7 orang dengan rentang usia antara 23-64 tahun dan total dosis radiasi antara 40 Gy-80Gy. keganasan yang paling banyak dijumpai adalah karsinoma nasofaring (KNF) sebanyak 24 orang. Pada 5 sampel tidak dijumpai karies, 3 orang dengan karies anterior, 11 orang dengan karies posterior serta 7 orang dengan karies anterior dan posterior. Periodontitis didapatkan pada 26 sampel (100%). Simpulan : Terdapat gambaran radiation caries berupa karies anterior pada 9 sampel (34,6%) yang terdiri dari 3 orang dengan karies anterior saja dan 6 orang dengan karies anterior-posterior dan terdapat gambaran periodontitis pada 26 sampel (100%) dengan gambaran berupan crestal irregularities 2 orang (7,7%), pelebaran ligamentum periodontal space 20 orang (76,9%), bone sclerosis 9 orang (42,3%) dan bone loss pada 26 orang (100%) sedangkan gambaran interseptal bone changes tidak ditemukan pada keseluruhan sampel. Kata kunci : keganasan kepala leher, periodontitis, radiation caries