Latar belakang: Penelitian terbaru menganggap obesitas sebagai penyakit tidak menular yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit diabetes melitus (DM) tipe 2. Resistensi insulin yang ditunjukkan dengan HOMA IR merupakan dasar etiologi DM tipe 2 pada obesitas. Pada penelitian orang dewasa obes, Zinc berperan menurunkan resistensi insulin, konsentrasi insulin, dan kadar gula darah puasa. Tujuan penelitian: Mengetahui dampak suplementasi zinc terhadap kadar gula darah puasa (GDP), insulin dan HOMA-IR pada anak obesitas. Desain penelitian: Penelitian double blind randomized clinical trial. Dilakukan selama 12 minggu pada 2018 di Semarang dengan subyek merupakan 39 anak obes usia 6-13 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menilai GDP, insulin dan HOMA-IR sebelum dan setelah suplementasi zinc. Subyek terbagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan, kelompok kontrol mendapatkan suplementasi zinc 5mg/hari, sedangkan kelompok perlakuan 20mg/hari, suplementasi diberikan selama 12 minggu. Analisis statistik karakteristik umum menggunakan uji t berpasangan dan Wilcoxon. Uji t tak berpasangan dan Mann whitney dilakukan untuk mengetahui selisih kadar insulin dan HOMA-IR pada masing-masing kelompok. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar insulin serum antara kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan (p=0,048), sedangkan untuk kadar GDP (p=0,615) dan HOMA-IR (p=0,067) tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Kesimpulan: Suplementasi zinc pada anak dengan obseitas memberikan dampak terhadap penurunan kadar insulin, namun tidak demikian terhadap GDP dan HOMA IR. Kata kunci: obesitas, zinc, insulin, HOMA-IR.
Latar belakang: Penelitian terbaru menganggap obesitas sebagai penyakit tidak menular yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit diabetes melitus (DM) tipe 2. Resistensi insulin yang ditunjukkan dengan HOMA IR merupakan dasar etiologi DM tipe 2 pada obesitas. Pada penelitian orang dewasa obes, Zinc berperan menurunkan resistensi insulin, konsentrasi insulin, dan kadar gula darah puasa. Tujuan penelitian: Mengetahui dampak suplementasi zinc terhadap kadar gula darah puasa (GDP), insulin dan HOMA-IR pada anak obesitas. Desain penelitian: Penelitian double blind randomized clinical trial. Dilakukan selama 12 minggu pada 2018 di Semarang dengan subyek merupakan 39 anak obes usia 6-13 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menilai GDP, insulin dan HOMA-IR sebelum dan setelah suplementasi zinc. Subyek terbagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan, kelompok kontrol mendapatkan suplementasi zinc 5mg/hari, sedangkan kelompok perlakuan 20mg/hari, suplementasi diberikan selama 12 minggu. Analisis statistik karakteristik umum menggunakan uji t berpasangan dan Wilcoxon. Uji t tak berpasangan dan Mann whitney dilakukan untuk mengetahui selisih kadar insulin dan HOMA-IR pada masing-masing kelompok. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar insulin serum antara kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan (p=0,048), sedangkan untuk kadar GDP (p=0,615) dan HOMA-IR (p=0,067) tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Kesimpulan: Suplementasi zinc pada anak dengan obseitas memberikan dampak terhadap penurunan kadar insulin, namun tidak demikian terhadap GDP dan HOMA IR. Kata kunci: obesitas, zinc, insulin, HOMA-IR.
Background : Pediatric nephrotic syndrome (NS) are universally treated according to defined protocols. Adherence to medication is a crucial part of patient care and indispensable for reaching clinical goals. The aim of the study was to identify whether the medication book intervention may improve outcome in patients with Nephrotic syndrome. Method: A randomized study was conducted with 47 pediatric patients with NS in a pediatric nephrology outpatient clinic or ward. However, 3 subjects were not included in the analysis. Both intervention and control groups received a parental education program and medication as indicated by the attending doctors. The intervention group received a medication diary-book to remind parents and families to medication. The treatment outcome, proteinuria and MMAS-8 were assessed after 4 weeks. Result : The remission status between intervention (n=22) and control group (n=20) were not different (p=0.346). In term of medication adherence (MMAS-8) showed average of 7.04+0.15 and 7.25+1.6 (p=0.353). There were 22 subjects who were included in the intervention group, the average compliance filling was 83.22+0.80% in the remission group while in the proteinuric (unresponsive) was 80+2.04%. Conclusion: There was no significant difference on the use of medication diary-book in for parents of NS. However, the average compliance filling is slightly higher in remission status patients in intervention group. Keyword: Nephrotic syndrome, medication diary-book book, remission status
Latar belakang: Respon sepsis merupakan rantai kejadian yang kompleks, terdiri dari proses inflamasi dan anti inflamasi, reaksi humoral dan selular, dan abnormalitas hemodinamik. Komplikasi sepsis dapat terjadi di semua organ dengan manifestasi berupa kegagalan fungsi multiorgan, salah satunya adalah susunan saraf pusat. Biomarker S100B merupakan suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan neurologi dan prognosis pasien anak/bayi dengan kondisi kritis salah satunya adalah sepsis. Tujuan: Membuktikan bahwa kadar S100B dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya defisit neurologi pada anak dengan sepsis. Metode: Penelitian kohort prospektif pada 52 pasien anak dengan sepsis yang dirawat di Bangsal Anak, HCU, PICU dan IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2019 sampai Juni 2019. Pasien dengan sepsis diambil sampel darah S100B untuk dinilai kemudian dilihat dalam waktu 3 hari ada atau tidaknya defisit neurologi. Perbedaan S100B antara kedua kelompok dianalisis dengan uji Independent T Test. Cut-off point serum S100B sebagai prediktor defisit neurologi ditentukan dengan menggunakan kurva ROC. Hasil: Sejumlah 52 anak sepsis diikutkan dalam penelitian. Terdapat 20 anak dengan defisit neurologi dan 32 anak tanpa defisit neurologi. Mean S100B dengan defisit neurologi adalah 0,44±0,24 μg/L dan tanpa defisit neurologi adalah 0,14±0,06 μg/L (95% CI 0,21-0,39, p
Latar belakang : Berbagai penelitian menunjukkan elastisitas aorta dan fungsi ventrikel kiri dipengaruhi oleh kejadian penyakit ginjal kronik. Beberapa juga menemukan bahwa left ventricle mass dan tipe geometri ventrikel kiri menjadi faktor risiko dan penentu prognostik terhadap PGK. Tujuan penelitian : Menilai pengaruh antara lamanya sakit dan tingkat keparahan terhadap elastisitas aorta dan fungsi ventrikel kiri pada anak PGK. Desain penelitian : Penelitian observasional dengan menggunakan desain potong lintang. Sebanyak 21 anak-anak dengan PGK yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dilakukan sejak januari - april 2019 di RSUP dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini mengambil data dasar, mengukur lama sakit dan tingkat keparahan, elastisitas aorta dan pemeriksaan fungsi ventrikel kiri melalui ekokardiografi. Analisis statistik menggunakan uji beda T-test tidak berpasangan, Mann Whitney dan Kolmogorov-smirnov. Hasil : Ditemukan perbedaan tidak bermakna antara lama sakit pasien PGK dengan peningkatan distensibilitas aorta (p = 0,409) serta penurunan indeks kekakuan aorta (p =0,184). Fungsi sistol ventrikel kiri ditemukan memberat pada pasien dengan lama sakit >1 tahun (p = 0,690). Tidak ditemukan perbedaan antara tingkat keparahan pasien penyakit ginjal kronik dengan elatisitas aorta serta fungsi sistol dan diastol ventrikel kiri, dan tidak ada perbedaan antara lama sakit dengan fungsi sistol dan diastol ventrikel kiri. Kesimpulan : Lama sakit dan tingkat keparahan penyakit ginjal kronik tidak memiliki pengaruh pada elastisitas aorta dan fungsi ventrikel kiri. Kata kunci: Penyakit ginjal kronik, elastisitas aorta, fungsi ventrikel