Kotoran ternak sapi, ayam dan sampah organik adalah termasuk limbah padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi melalui digester biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi biogas dari limbah tersebut melalui digester drum plastic volume 220 L dengan system batch. Penelitian ini menggunakan tiga digester yaitu digester 1 berisi kotoran ayam dan air (50 : 50) , digester 2 berupa campuran kotoran ayam, sapi dan air (30:20:50) dan digester 3 berisi kotoran sapi, sampah organik dan air (30:20:50). Digester tersebut kemudian ditutup rapat sampai 130 Hari dan diukur suhu serta tekanan biogas. Hasil penelitian menunjukkan temperatur harian berkisar antara 260 -310 C, tingkat keasaman (pH) 7 – 7,62. Produksi biogas masing masing digester diukur dengan manometer jarum dan persamaan gas ideal. Produksi biogas yang berada di ban penampung kemudian dilakukan uji nyala dengan kompor biogas dan uji mesin penggerak. Produksi biogas digester 2 lebih baik daripada digester lainnya dengan total volume kumulatif gas 1059,84 L, waktu nyala api kumulatif 4302 detik dan dapat menyalakan mesin penggerak dengan cara dicampur gas elpiji 3 kg. Digester 1 menghasilkan produksi biogas dengan volume kumulatif 1010,70 L dan waktu nyala api 4034 detik. Produksi biogas digester 3 paling rendah dengan volume kumulati gas 790,33 L dan waktu nyala api kumulati sebanyak 2370 detik. Kata kunci: Kotoran sapi, kotoran ayam, sampah organik, digester tipe batch
Sebagai pengguna energi primer yang dominan hingga tahun 2050 di Indonesia, upaya konservasi energi PLTU batubara perlu ditingkatkan melalui audit energi secara rinci. Indikator kinerja energi pembangkit listrik dinyatakan dengan Net Plant Heat Rate (NPHR) sebagai energi yang dibutuhkan pembangkit untuk menghasilkan satu kWh listrik neto. Audit energi dilakukan dengan membandingkan nilai NPHR antara kondisi aktual dengan komisioning pada beban 61 MW gros melalui prosedur performance test berdasarkan standar ASME PTC. NPHR aktual meningkat karena beberapa faktor yang telah diidentifikasi dengan membandingkan parameter operasi dan kinerja peralatan utama antara nilai aktual dengan nilai komisioning. Selanjutnya deviasi dari masing-masing parameter dengan satuan yang berbeda diubah menjadi satuan heat rate dengan menggunakan referensi dari faktor koreksi NPHR manufaktur dan Southern Company Heat Rate Handbook. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPHR aktual meningkat sebesar 511,91 kkal/kWh dibandingkan nilai komisioning dan berpotensi meningkatkan biaya bahan bakar hingga Rp 17.841.280.000 per tahun. Faktor signifikan yang menyebabkan peningkatan NPHR adalah peningkatan tekanan kondensor, penurunan efisiensi turbin isentropik, dua LPH tidak beroperasi, penurunan efektivitas primary dan secondary air heater, peningkatan kebocoran primary dan secondary air heater. Studi ini menyarankan beberapa rekomendasi untuk mengurangi kerugian tersebut melalui pengendalian operasi dan perbaikan peralatan. Kata kunci: audit energi, NPHR, efisiensi boiler, turbine heat rate
Latar belakang : Rabies adalah penyakit zoonosis yang dapat menyebabkan kematian. Sesuai dengan perkembangan sejarah kota Ambon menjadi daerah bebas rabies, pada tahun 2014-2018 di Kota Ambon populasi anjing sebanyak 62.613 dan ditemukan 3.444 kasus gigitan dan spesimen positif sebanyak 747 spesimen otak anjing.Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui peran petugas dan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan rabies. Metode:Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional study. Terdapat dua kelompok responden yaitu populasi pemilik anjing dan populasi petugas kesehatan. Populasi pemilik anjing sebanyak 4.509 dan sampel pemilik anjing sebanyak 113. Populasi dan sampel petugas kesehatan sebanyak 22. Alur penelitian dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penulisan. Sumber data penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer data yang didapat pada saat penelitian dan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Ambon, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon, dan Puskesmas se-Kota Ambon. Hasil : Hasil analsis statistik bivariat menunjukan bahwa vaksinasi mempunyai hubungan dengan tidakan pencegahan dengan nilai p = 0,009 ; perilaku pemeriksaan kesehatan mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan dengan nilai p = 0,001; partisispasi pemilik anjing mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan dengan nilai p = 0,000; pengetahuan tentang penyakit rabies mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan dengan nilai p = 0,000; dan pengetahuan tentang regulasi rabies mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan dengan nilai p = 0,000. Hasil Analisis statistik regresi logistik menunjukan bahwa variabel yang lebih dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies adalah partisipasi masyarakat dengan nilai p = 0,002 dan pengetahuan tentang penyakit rabies dengan nilai p = 0,000. Kesimpulan : berdasarkan hasil uji statistik bivariat variabel yang mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan adalah vaksinasi, pemeriksaan kesehatan anjing peliharaan, partisipasi pemilik anjing, pengetahuan tentang penyakit rabies dan pengetahuan tentang regulasi rabies. Sedangkan, berdasarkan hasil uji statistik bivariat variabel yang tidak mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan adalah perilaku menjaga kebersihan anjing peliharaan, pemberian pakan, manfaat pemeliharaan anjing, dan kebiasaan konsumsi daging anjing. Bedsarkan uji regresi logistik variabel yang lebih dominan mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan adalah partisipasi masyarakat dan pengetahuan mengenai penyakit rabies. Kata Kunci : Kota Ambon, perilaku, partisipasi, pengetahuan, rabies
Latar Belakang:Stunting merupakan indikator adanya masalah kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu yang lama. Angka prevalensi stunting di Kecamatan Woha Kabupaten Bima (39,6%) lebih tinggi dari angka prevalensi nasional (30,8%). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di Puskesmas Woha Kabupaten Bima Metode Penelitian: Penelitian menggunakan rancangan kasus kontrol dengan pendekatan retrospektif pada 96 sampel di wilayah kerja Puskesmas Woha. Penentuan sampel dengan teknik simplerandomsampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengukuran tinggi badan atau panjang badan anak per umur dan tingi badan orang tua menggunakan alat ukur stadiometer. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik dengan metode enter. Hasil Penelitian:Hasil analisis bivariatterdapat 9 variabel yang terbukti signifikan secara statistik terhadap kejadian stunting antara lain berat badan lahir rendah (p=0,018), panjang badan lahir (p=0,011), tingkat asupan energi (p=0,011), tingkat asupan protein (p=0,005), riwayat penyakit infeksi (0,002), tinggi badan ayah (p=0,012), tinggi badan ibu (0,002), riwayat paparan pestisida (0,004), tingkat pendidikan ibu (0,025). Hasil analisis multivariat yang terbukti signifikan diantaranya asupan energi OR= 3,81 (95% CI= 1,28-11,30), penyakit infeksi OR= 4,837 (95% CI= 1,64-14,27), paparan pestisida OR= 3,47 (95% CI= 1,214-9,95), Tinggi badan ayah OR= 2,484 (95% CI= 1,02-7,95), tinggi badan ibu OR= 5,03 (95% CI= 1,75-14,40). ASI tidak eksklusif, riwayat imunisasi, akses pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga dan pemberian makanan papahan tidak terbukti sebagai faktor risiko kejadian stunting. Kesimpulan:Tinggi badan orang tua (genetik) merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian stunting Kata Kunci: Kejadian stunting, paparan pestisida, pemberian makanan papahan
Latar Belakang: Parameter penyebab aterosklerosis adalah stres oksidatif. Salah satu cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian aterosklerosis adalah mengoptimalkan bahan makanan yang mengandung antioksidan. Ekstrak buah mengkudu diharapkan mampu menghambat stres oksidatif pada kejadian aterosklerosis. Tujuan Penelitian: Membuktikan pengaruh ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap stres oksidatif pada tikus Rattus Norvegicus Strain Wistar yang diberi kuning telur (diet aterogenik). Metode Penelitian:Randomized post test with control group design dilakukan pada hewan coba sebanyak 25 tikus Rattus Norvegicus Strain Wistar yang dibagi menjadi lima kelompok. Satu kelompok hanya diberi aquades (P1), Satu kelompok hanya diberi kuning telur (P2), tiga kelompok diberi kuning telur dan ekstrak buah mengkudu 26 mg/KgBB/Hari (P3), 52 mg/KgBB/hari, dan 104 mg/KgBB/hari selama 28 hari. Stres oksidatif diukur dengan parameter MDA dan status aterosklerosis dengan penebalan tunika intima dan jumlah sel busa. Pemeriksaan variabel dilakukan dengan metode thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) dan pewarnaan HE. Analisis data menggunakan Kruskal Wallis dan oneway Anova dilanjutkan Uji ManWhitneydanPost Hoc. Hasil Penelitian:Kadar MDA pada akhir penelitian berbeda bermakna pada setiap kelompok. Perbedaan kadar MDA pada akhir penelitian antar kelompok (p=0,000)dengan kadar terendah pada kelompok perlakuan P3 (104 mg/KgBB/hari). Jumlah sel busa dan ketebalan tunika intima mulai berkurang pada kelompok perlakuan 3 (104 mg/KgBB/hari). Simpulan: status stres oksidatif dapat diturunkan atau dihambat dengan pemberian ekstrak buah mengkudu sebesar 104 mg/KgBB/hari. Kata kunci: aterosklerosis, ekstrak, mengkudu, stres oksidatif
Latar Belakang:Laki-laki dengan menderita Diabetes Melitus (DM) yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko untuk mengalami komplikasi Ulkus Diabetikum. Penelitian tentang factor risiko Ulkus Diabetikum dengan variable berbagai karakteristik kebiasaan merokok masih jarang dilakukan terutama variable jenis rokok yang dihisap dan jumlah batang rokok yang dihisap per hari. Tujuan:Membuktikan beberapa karakteristik kebiasaan merokok sebagai faktor risiko terhadap kejadian ulkus diabetikum di RSUD dr. Loekmono Hadi Kab.Kudus dan RSI Sunan Kudus Metode:Penelitian observasional analitik menggunakan desain case control dengan jumlah sampel 70 sampel terdiri dari 35 kasus dan 35 kontrol yang diambil secara simple random sampling. Variabel bebas adalah riwayat merokok, lama merokok, jenis rokok yang dihisap, jumlah batang rokok yang dihisap per hari, lama menderita DM, status IMT (Indeks Massa Tubuh), tingkat aktivitas fisik, riwayat hipertensi, dan control gula darah. Variabel terikat adalah kejadian ulkus diabetikum. Analisa data menggunakan uji chi square dengan metode regresilogistik Hasil:Faktor risiko yang berpengaruh yakni jumlah batang rokok yang dihisap ≥ 10 batang per hari(p=0,010;OR=9,377; 95% CI=1,716-51,247), jenis rokok yang dihisap berjenis kretek (p=0,084; OR=0,141; 95% CI=0,015-1,297), tingkat aktivitas fisik ≤600 MET (p=0,008; OR=4,072; 95% CI=1,432-11,575) dan control gula darah tidak terkendali (p=0,066; OR=2,899; 95% CI=0,933-9,008). Faktor risiko yang tidak berpengaruh riwayat merokok, lama merokok, status IMT, dan riwayat hipertensi. Kesimpulan:faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Ulkus Diabetikum pada laki-laki penderita DM adalah jumlah batang rokok yang dihisap ≥ 10 batang per hari, jenis rokok yang dihisap berjenis kretek, tingkat aktivitas fisik ≤600 MET dan control gula darah tidak terkendali. Kata Kunci:Ulkus Diabetikum, Diabetes Melitus, Laki-laki, Merokok Kepustakaan: 92 (1994-2018)