Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dan progresif yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah dan membutuhkan perawatan yang berkelanjutan. Penyakit DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikontrol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status glikemik buruk pasien DM tipe 2 peserta JKN. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain case control yang dilakukan di RS Panti Wilasa Citarum Kota Semarang. Sampel diambil dari pasien DM tipe 2 rawat jalan dengan 43 kasus dan 43 kontrol menggunakan teknik pengambilan sampel yakni simple random sampling. Variabel bebas meliputi tingkat pendidikan, status bekerja, obesitas, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, lama menderita DM, frekuensi olahraga, aktivitas fisik, tingkat kecukupan kalori, kontrol berobat, dan kepatuhan minum obat. Hasil: Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa faktor yang terbukti merupakan faktor yang berpengaruh terhadap status glikemik buruk adalah riwayat hipertensi (OR = 5,587; 95%CI = 1,848-16,886; p-value = 0,002), lama menderita DM > 5 tahun (OR = 4,245; 95%CI = 1,535-11,741; p-value = 0,005), dan ketidakpatuhan minum obat (OR = 2,960; 95%CI = 1,094-8,007; p-value = 0,033) . Simpulan: Faktor yang terbukti sebagai faktor yang berpengaruh terhadap status glikemik buruk pada pasien DM tipe 2 adalah riwayat hipertensi, lama menderita DM, dan kepatuhan minum obat. Kata Kunci: status glikemik buruk, DM tipe 2, faktor berpengaruh Kepustakaan: 109 (2001-2019)
Latar Belakang: Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Lyssavirus yang ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies seperti anjing, kucing, monyet, dan kelelawar. Namun belum diketahui jalur penularan rabies di Kabupaten Dompu. Tujuan: Melakukanpenilaian risiko masuk dan menyebarnya rabies di Kabupaten Dompu. Metode: Penilaian risiko pelepasan rabies di Kabupaten Dompu menggunakan standar analisis risiko Office International des Epizooties (OIE). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Data yang dikumpulkan dibuat dalam pohon skenario. untuk mengetahui risiko perhitungan yang digunakan yang merujuk pada Biosecurity Australia. Hasil:Lalu lintas anjing melalui kapal – kapal yang keluar dan masuk menunjukan penilaian pelepasan: rendah, penilain paparan: tinggi, penilaian dampak sangat tinggi dan estimasi risiko: tinggi. Sedangkan penilaian melalui jalur darat menunjukan bahwa; penilaian pelepasan: tinggi, penilain paparan: tinggi, penilaian dampak sangat tinggi dan estimasi risiko sangat tinggi. Kesimpulan: Peluang penyebaran rabies di Kabupaten Dompu menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan pelabuhan dan pergerakan transmiter rabies ilegal melalui jalur darat merupakan faktor risiko masuknya rabies. Estimasi risiko memiliki nilai sangat tinggi. Kata Kunci: rabies, lyssavirus, penilaian risiko, Biosecurity Australia,pohon skenario
Latar Belakang : Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium.Provinsi Papua (insiden 9,8 % dan Prevalensi 28,6 %) tertinggi tertinggi di Indonesia.Belum ada Kajianperilaku manusia dan lingkungan dalam program perencanaan penangananan malaria di Pos Lintas Batas Darat Negara Indonesiadi Skouw. Metodologi: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional Study, sampel diambil dengan teknik Purposive sampling, Total Sampel 140 responden. Instrumen yang digunakan adalah Rapid Diagnostic Test malaria dan kuisioner. Tujuan : Membuktikan faktor determinan karakteristik manusia dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di Pos Lintas Batas Darat Negara Indonesia di Skouw Hasil : Faktor yang terbukti berpengaruh terhadap malaria jenis pekerjaan(p-value 0,028),Penghasilan Perbulan (p-value 0,003),Tingkat Pengetahuan (p-value 0,027), Kebiasaan keluar malam hari (p-value 0,035), Keberadaan genangan air (p-value 0,000) dan Keberadaan kandang ternak (p-value 0,000). Faktor yang tidak terbukti berpengaruh adalah Tingkat Pendidikan, Sikap, kebiasaan menggunakan kelambu dan Kebiasaan menggunakan lotion anti nyamuk. Simpulan :Faktor yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah Jenis pekerjaan, Penghasilan perbulan, Tingkat pengetahuan, Kebiasaan keluar malam hari, keberadaan genangan air dan keberadaan kandang ternak. Kata Kunci : Malaria,Lingkungan,Faktor Pengaruh
Latarbelakang: Sampai saat ini Demam Berdarah Dengue muncul sebagai Kejadian Luar Biasa. Kejadian DBD di 2 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2018 IR 14,01/100.000 penduduk ke tahun 2019 IR 70,03/100.000 penduduk. Kemampuan Virus Dengue bertahan hidup di alam oleh dua mekanisme yaitu horizontal dan transovarial. Tujuan: Bertujuan mengetahui hubungan kepadatan larva dan infeksi transovarial pada nyamuk Aedes aegypti kejadian DBD dengan pendekatan analisis spasial. Metode: Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan observasional analitik yang dilakukan pada bulan Agustus – Oktober dengan total sampel 363 rumah yang dilaksanakan 11 RW di wilayah Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang. Pemeriksaan survei jentik dan pemasangan ovitrap, setelah hasil ovitrap terkumpul dilakukan rearing dan pemeriksaan imunohistokimia pada Aedes aegypti betina umur ≥5 hari. Hasil: Penularan transovarial virus Dengue pada nyamuk Aedes aegypti betina ditemukan di 8 RW dengan index transmisisi transovarial (ITT) berkisar 5-20%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan kepadatan larva dengan kejadian DBD namun ada hubungan infeksi transovarial pada kejadian DBD (p Value 0,04). Kesimpulan: Ada hubungan infeksi transovarial pada kejadian DBD dan analisis spasial pada sebaran kasus DBD memiliki berkaitan secara spasial dengan infeksi transovarial. Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, DBD, Infeksi transovarial, Analisis spasial, Aedes aegypti
Latar Belakang: Kasus baru filariasis selalu ditemukan setiap tahun, sedangkan POPM di Kabupaten Demak telah dilaksanakan sejak tahun 2016, hal ini menunjukkan 2 tahun pertama setelah minum obat masih terjadi penularan filariasis, sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut. Tujuan : Untuk membuktikan berbagai faktor apakah yang berpengaruh terhadap kejadian filariasis pasca bulan eliminasi kaki gajah. Metode : Penelitian ini menggunakan kuantitatif dan kualitatif (mix method), dengan pendekatan case control design dan indepth interview dengan tehnik pengambilan sampel secara non probability sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bonang I yang diperiksa darahnya dengan metode survey darah jari. Sampel dalam penelitian ini 26 kasus dan 26 kontrol . Data kuantitatif dianalisis dengan chi-square dan regresi logistic sedangkan data kualitatif dianalisis dengan analisis content. Hasil : Variabel yang terbukti berpengaruh yaitu tidak menggunakan kelambu saat tidur malam hari (OR= 4,43) 95%CI =1,119-17,545 , dan tidak meminum obat saat POPM (OR= 4,20) 95%CI =1,109-15,938. Variabel yang tidak terbukti berpengaruh yaitu keberadaan breeding place, penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah, adanya nakes pengawas minum obat saat POPM, adanya sosialisasi/ atau penyuluhan oleh TPE sebelum pengobatan massal, kebiasaan penggunakan obat anti nyamuk/repellent, kebiasaan menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah malam hari, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan dan riwayat tinggal di dekmah penderita. Simpulan : Berbagai faktor yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian filariasis pasca bulan eliminasi kaki gajah adalah keberadaan kelambu, dan praktik minum obat. Kata Kunci : Filariasis, Bulan Eliminasi Kaki Gajah, Mix Method
Kematian maternal merupakan masalah yang penting karena dari tahun 2014-2016 AKI di Kabupaten Grobogan masih di atas target nasional meskipun upaya penurunan AKI juga sudah dilakukan. Penelitian tentang kematian maternal sudah pernah dilakukan sebelumnya, tetapi studi mengenai faktor-faktor risiko kematian maternal dengan dilengkapi kajian kualitatif belum pernah dilakukan di Kabupaten Grobogan. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kematian maternal di Kabupaten Grobogan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kematian maternal. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik, dengan rancangan atau desain studi kasus kontrol (case control study). Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol, yang selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 kasus dengan perbandingan kasus kontrol adalah 1 : 1 sehingga total keseluruhan sampel adalah 98. Variabel terikat adalah kematian ibu dan variable bebas adalah komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, komplikasi nifas, riwayat penyakit ibu, status gizi ibu saat hamil, status anemia, pemeriksaan antenatal, pelaksanaan rujukan saat terjadi komplikasi, dan keterlambatan rujukan. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder dikumpulkan dari catatan kematian maternal, KMS ibu hamil, register kohort ibu hamil, catatan persalinan, dan dokumen otopsi verbal. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik dengan CI= 95 % atau α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, komplikasi nifas, riwayat penyakit ibu, status gizi ibu saat hamil, status anemia, pemeriksaan antenatal, pelaksanaan rujukan saat terjadi komplikasi, dan keterlambatan rujukan terhadap kematian maternal di Kabupaten Grobogan dengan masing-masing nilai propbabilitas (p=0,003, OR=5,455), (p= 0,014, OR=6,026), (p=0,000 OR=17,763), (p=0,000 OR=8,903), (p=0,000 OR=17,333), (p=0,000 OR=13,473), (p=0,049 OR=3,257), (p=0,000 OR=7,125), (p=0,000 OR=10,800). Faktor resiko yang paling dominan yang menjadi prediktor terjadinya kematian maternal adalah komplikasi nifas, riwayat penyakit dan komplikasi kehamilan. Disarankan bagi dinas Kesehatan agar melakukan analisis situasi mengenai sistem rujukan baik di tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit serta prosedur penyediaan bank darah di tingkat pelayanan kesehatan rujukan. Kata kunci : kematian ibu, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, komplikasi nifas, riwayat penyakit ibu, status gizi ibu saat hamil, status anemia, pemeriksaan antenatal, pelaksanaan rujukan saat terjadi komplikasi, dan keterlambatan rujukan.
Latar belakang: Pada beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan indikasi larva Aedes aegypti Linnaeus telah toleran terhadap temepos. Zodia (Evodia suaveolens Blume) merupakan salah satu tanaman memiliki potensi sebagai insektisida dan larvasida. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ekstrak daun zodia memiliki kemampuan sebagai larvasida Aedes aegypti Linnaeus pada eksperimen laboratorium dan penerapan pada semi aplikasi lapangan. Metode: Desain posttest only control design digunakan untuk uji larvasida tahap eksperimen lapangan dan semi aplikasi lapangan, sedangkan desain posttest only nonequivalent control group design digunakan untuk uji lethal ovitrap tahap semi aplikasi lapangan. Sampel pada uji larvasida adalah Aedes aegypti Linnaeus instar III strain rentan, sedangkan pada uji lethal ovitrap tahap semi aplikasi lapangan adalah rumah yang terdapat RT 1 RW 3 Kelurahan Meteseh. Uji beda rerata mortalitas larva antarkelompok menggunakan Kruskall Wallis saat uji larvasida tahap eksperimen laboratorium dan tahap semi aplikasi lapangan. Uji beda keberadaan larva antarkelompok menggunakan Fisher’s exact saat uji lethal ovitrap tahap semi aplikasi lapangan. Hasil: Terdapat perbedaan mortalitas larva Aedes aegypti Linnaeus instar III antarkelompok saat uji larvasida tahap eksperimen laboratorium dan tahap semi aplikasi lapangan (p: 0,001), namun tidak terdapat perbedaan keberadaan larva pada antarkelompok saat uji lethal ovitrap tahap semi aplikasi lapangan (p: 0,235). Kesimpulan: Ekstrak daun zodia memiliki kemampuan sebagai larvasida pada tahap eksperimen laboratorium dan semi aplikasi lapangan, namun belum memiliki kemampuan sebagai lethal ovitrap pada tahap semi aplikasi lapangan. Kata kunci: Evodia suaveolens, ekstrak daun zodia, larvasida, Aedes aegypti, Meteseh
Latar Belakang: Penggunaan antibiotik untuk mengobati penyakit infeksi bakteri banyak menimbulkan efek samping dari yang ringan sampai yang berat. Selain efek samping yang berat seperti syok , antibiotik bisa menyebabkan resistensi. Oleh karena itu diperlukan obat alternatif yang berfungsi sebagai antimikroba berasal dari tanaman salah satu diantaranya adalah bawang putih dengan efek samping minimal dan dapat dikonsumsi tiap hari sebagai bahan makanan. Tujuan: Mengetahui kandungan fitokimia dan efektivitas antibacterial pada bawang putih segar, ekstrak dan serbuk bawang putih dalam pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Metode : Penelitian menggunakan desain Eksperimen murni dengan Randomized post test with control group design yaitu pemberian bawang putih segar, ekstrak bawang putih dan serbuk bawang putih pada media kultur bakteri melalui metode dilusi. Sedangkan untuk kandungan fitokimia pada 3 jenis sediaan menggunakan Uji Flavonoid, Uji GCMS, Uji FTIR dan Uji HPLC. Analisa data menggunakan uji Kruskalis Wallis dan uji kebermaknaan konsentrasi dengan analisis Post Hoc Mann Whitney. Hasil: Dari 3 jenis Sediaan yang memiliki kandungan fitokimia lebih banyak jumlahnya melalui uji GCMS adalah bawang putih segar sebanyak 18 zat aktif dibandingkan ekstrak dan serbuk. Sedangkan untuk aktivitas antibakterial dari 3 jenis sediaan adalah bawang putih segar dengan konsentrasi 50% memiliki aktivitas antibakterial sedang dibandingkan ekstrak dan serbuk memiliki aktivitas antibakterial lemah. Jika dibandingkan dengan kontrol positif (amoksilin), bawang putih segar belum bisa memberikan hasil yang efektif dalam menghambat Staphylococcus aureus Kesimpulan: Kandungan fitokimia pada bawang putih segar lebih banyak dan bawang putih segar 50% belum bisa memberikan hasil yang efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus. Kata Kunci: Bawang putih segar, Ekstrak bawang putih, Serbuk bawang putih, Allium sativum, Fitokimia, Daya hambat bakteri,Staphylococcus aureus
Latar belakang: Ekstrak kulit batang mimba memiliki senyawa yang berperan penting dalam pengobatan tukak lambung. Efek gastroprotektif ekstrak kulit batang mimba sudah diteliti namun belum ada penelitian ekstrak kulit batang mimba dalam sediaan fast disintegrating tablet sebagai gastroprotektor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan mekanisme aksi Fast Disintegrating Tablet dari ekstrak kulit batang mimba sebagai gastroprotektor Metode: jenis penelitina yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan post-test only with control group design dengan kontrol tukak induksi ibuprofen 400 mg/kg bb, kontrol tanpa perlakuan, kontrol obat ranitidine dan 2 perlakuan. Semua kelompok perlakuan diberikan setiap hari dan dibedah pada hari ke-1, 3, dan 8. Pengamatan secara histopatologi dengan pengecatan Hematoksilin dan Eosin (HE) dan imunohistokimia (IHC) untuk pengamatan ekspresi COX-2, serta pemeriksaan kadar asam lambung. Hasil: Hasil uji one way anova menunjukkan signifikan antara kelompok Indeks tukak (p=0,000), kelompok pH cairan lambung (p=0,002), dan ekpresi COX-2 (0,026). Uji pos hoc tukey menunjukkan FDT EKBM lebih efektif menurunkan Indeks tukak lambung, kadar asam lambung, dan ekspresi COX-2 daripada ranitidin dan sediaan tablet biasa. Simpulan: Ekstrak kulit batang mimba, sediaan FDT, dan tablet biasa dapat menurunkan indeks tukak, kadar asam lambung, dan mengekspresikan COX-2. Namun FDT EKBM memiliki efektifitas paling baik dengan rasio proteksi 90,08% dibandingkan raniditine 48,51%, ekstrak kulit batang mimba (58,1%) dan sediaan tabletnya 85,13%, sehingga FDT potensial sebagai elternatif pengganti raniditin. Kata Kunci: Tukak lambung, ekstrak kulit batang mimba, Fast Disintegrating Tablet, gastroprotektor
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menyumbang tingginya angka kesakitan dan kematian secara global. Hipertensi di Indonesia telah mencapai 34,1% tahun 2018. Penanganan hipertensi secara farmakologi dengan pemberian obat antihipertensi pada penderita hipertensi primer telah dilakukan namun kurang optimal dalam menurunkan angka penyakit hipertensi primer. Pemberian musik sebagai terapi adjuvant yang penting agar dapat menurunkan tekanan darah lebih optimal sehingga terjadi peningkatan angka kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik tradisional degung sunda dan musik instrumental koi kitaro terhadap penurunan tekanan darah. Metode penelitian ini pre exsperiment dengan pendekatan One Group Pre and Post Test Design. Populasi penelitian ini seluruh pasien hipertensi primer yang berobat di Puskesmas Gayamsari. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Pengukuran besar sampel dengan rumus Federer dan didapatkan sampel penelitian 16 orang diberi musik tradisional degung sunda dan 16 orang diberi musik instrumental koi kitaro selama 30 menit. Pengolahan data menggunakan uji t berpasangan dan mann whitney. Hasil penelitian ini signifikan terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian musik tradisionalmaupun musik instrumental (p=0,0001), pada kelompok musik tradisional penurunan tekanan sistole14,06 mmHg (9,6%) dan penurunan diastole 4,56 mmHg (4,6%) sedangkan pada kelompok musik instrumental penurunan sistole 10,13 mmHg (6,9%) dan penurunan diastole 3,06 mmHg (3,3%) sertaterdapat pengaruh yang signifikan pemberian musik berbagai jenis musik (musik tradisonal dan instrumental) terhadap penurunan tekanan darah (sistole p=0,0001, diastole p=0,002). Kesimpulannya musik tradisional degung sunda dan instrumental koi kitaro dapat menurunkan tekanan darah dan direkomendasikan pasien hipertensi setiap hari melakukan minum obat antihipertensi diikuti dengan mendengarkan dua jenis musik tersebut terutama mendengarkan musik tradisional degung sunda.selama 30 menit agar penurunan tekanan darah lebih optimal dan berlangsung lama. Kata Kunci : Musik Degung Sunda dan Koi Kitaro, Penurunan, Tekanan Darah