Sekaj 2009, Mercy Corps Indonesia telah melaksanakan program Jejaring Ketahanan Kota-kota Asia terhadap perubahan iklim (Asian Climate Change Resilience Network-ACCRN) dengan bantuan pendanaan dari the Rockefeller Foundation. Program yang dilakukan di 10 kota di Vietnam, India, Thailand dan Indonesia ini sudah berkembang menjadi lebih di 50 kota di enam negara. Di Indoensia, Program ACCRN bertujuan untuk membantu kota-kota di Indonesia agar memahami isu perubahan iklim dan mendorong agar perencanaan dan pelaksanaan pembangunan mempertimbangkan dengan baik permasalahan ini. Berangkat dari dua kota yaitu Semarang dan Bandar Lampung, Program ACCCRN membawa pembelajaran yang ada dalam upaya membangun ketahanan terhadap perubahan iklim ke enam kota lain meliputi Cirebon, Blitar, Palembang, Pekalongan, Probolinggo dan Tarakan, ACCCRN juga mendorong sembilan kota lain untuk menyiapkan rencana ketahanan kota terhadap iklim
In the past decades, economic growth has stimulated industrialization and urbanization in Indonesian coastal cities such as Semarang and Demak. Against this backdrop of economic growth, water demand in Semarang and Demak has increased over time. However, clean (piped) water supply has not kept pace with rising demand, and industrial activities largely rely on direct groundwater extraction. Extraction of groundwater is expected to be the key driver of subsidence in the area, particularly in locations situated on unconsolidated sediments like the northern part of Semarang and Demak. In a natural state, subsidence due to consolidation of such sediments rarely exceeds 1 cm/year. However, over-extraction of groundwater can significantly exacerbate subsidence rates: in Semarang and Demak, subsidence exceeds 8 cm/year in the northern part of Semarang, and in Sayung District of Demak. In areas where the groundwater head drops most strongly, subsidence is more severe. This subsiding area hosts the majority of industries and is densely populated. Subsidence can cause immense direct and indirect damage. Direct damage includes damage to infrastructures and buildings. Indirect damage includes increasing flood risk due to lower elevation, over time leading to permanent land loss. Attention for this issue is increasing in the area, and a subsidence roadmap is in the making to help adapt and mitigate the land subsidence
Mahasiswa Perencanan Wilayah dan Kota dengan mata kuliah geologi lingkungan perlu memahami mata kuliah ini sebagai bekal dalam bekerja di bidang perencanaan wilayah untuk bahan evaluasi terhadap dokumen tata ruang yang sudah ada maupun yang akan disusun guna untuk memberi rekomendasi dalam penggunaan lahan ditinjau dari bidang geologi. Materi yang disampaikan meliputi pengenalan geologi lingkungan, mineral dan batuan, geomorfologi, proses-proses geologi dan perubahan bentang alam, geologi struktur dan teori tektonik lempeng, metode pengumpulan data fisik lingkungan serta interpretasi geologi dan geomorfologi, bahaya geologi dan kawasan rawan bencana geologi, air tanah, penataan ruang wilayah berbasis mitigasi bencana geologi, dan pemanfaatan lahan.
Ekosistem mangrove merupakan tipe ekosistem yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang zada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Umunya mangrove tumbuh di daerah neg memiliki jenis tanah berlumpur, lempung atau berpasir. Namun ada juga beberapa jenis mangrove yang mampu hidup di terumbu karang.
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Zat yang menyebabkan pencemaran disebut polutan.
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di perairan laut dangkal yang sebagian besar terbentuk oleh terumbu karang yang menjadi tempat tinggal, bertembang biak, dan tempat mencari makan bagi ikan-ikan dan makhluk laut lainnya Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di perairan laut dangkal yang sebagian besar terbentuk oleh terumbu karang yang menjadi tempat tinggal, bertembang biak, dan tempat mencari makan bagi ikan-ikan dan makhluk laut masif Kalsium Karbonat (CaC03) yang terbentuk dari proses metabolisme biota let yang bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae, sedangkan karang ialah hewan vertebrata laut yang berbentuk seperti ubur-ubur terbalik yang sering disebut sebagai polip. Jadi bisa dikatakan bahwa terumbu karang adalah kumpulan dari hewan karang (polip) yang membentuk terumbu.
Indonesia merupakan negara dengan garis pantai 95.181 Km (8IG, 2012). Posisinya yang berada diantara dua Benua (Benua Asia dan Benua Australia), dua Samudra (Samudera Pasifik dan Samudra Hindia) serta pertemuan antara lempeng Eurasia-Filipina-Pasifik dan lempeng Samudra Hindia-Australia, membuat Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kondisi Geografis Indonesia merupakan wilayah yang ideal untuk hidupnya berbagai macam tumbuhan dan hewan. Terdapat 2.500 spesies of molluska, 2.000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2.500 spesies ikan laut Indonesia (Coremap-LIPI}. Keanekaragaman hayati tersebut memberikan manfaat bagi kesejahteraan bagi masyarakat berupa sumber pangan, obat-obatan dan jasa lingkungan.
Iklim merupakan pola cuaca jangka panjang pada suatu wilayah. lklim diketahui dengan mengukur pola variasi pada suhu, kelembapan, tekanan atmosfir, angin, penguapan, partikel pada atmosfir, dan berbagai fenomena meteorologi lainnya. Fenomena meteorologi adalah segala bentuk aktivitas cuaca yang dapat diamati. Meteorologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari proses fisika dan kimia yang terjadi pada atmosfir. Sedangkan llmu yang mempelajari tentang iklim disebut dengan klimatologi. Bidang ilmu klimatologi mempelajari sifat-sifat iklim, variasi pada iklim, dan hubungan antara iklim dan aktivitas manusia.