Laporan ini mencakup kegiatan yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Indonesia Climate change Trust Fund (ICCTF) di bawah program "Prepatory Arrangements for the Indonesia Climate Change Trust Fund (PREP-ICCTF)", kerjasama anata badan perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan UNDP. ICCTF bertugas mengkoordinir dan menyalurkan dana untuk kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklum dengan memastikan bantuan pembangunan yang efektif terkait inisitatif perubahan iklum serta untuk mengarahkan indoensia menuju ekonomi rendah karbon. Untuk mendukung pembaentukan Indonesia Cliamte Change Trust Fund (ICCTF) yang dikelola secara nasional dan dapat beroperasi secara penuh, kegiatan PREP-ICCTF berfokus pada (i) memberikan dukungan terhadap inisiatif prioritas pada penanganan perubahan iklim; (ii) koordinasi dialog kebijakan dan meningkatkan kesadaran terkait perubahan iklum; (iii) mendukung kebutuhan pengembangan kapasitas dan upaya efisieni serta efektifitas kegiatan ICCTF.
Laporan The State of World Population menyatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di daerah perkotaan. Angka ini diprediksi akan meningkat sebesar 70% di tahun 2050 atau sejumlah 6,4 milyar penduduk. Angka pertumbuhan tertinggi diprediksi akan terjadi di kota sekunder yang berada di negara-negara berkembang; kota-kota yang saat ini memiliki populasi di bawah 500.000 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia. Tingkat pertumbuhan tahunan skla nasional di Indonesia adalah sebesar 1,1% sementara tingkat pertumbuhan penduduk perkotaannya mencapai 3,3%. Lebih dari 114 juta orang, kurang lebih setengah jumlah penduduk, tinggal di wilayah perkotaan. Tingginya tingkat urbanisasi menjadi suatu tantangan lain bagi kota yang ingin mengadopsi strategi ketahanan perubahan iklim, dimana tingginya tingkat migrasi mengakibatkan peningkatan tekanan pada kondisi eksisting pelayanan kota yang memang tidak memadai. Sebagai contoh satu dampak utama perubahan iklim yang diprediksi akan dialami oleh Indonesia adalah menurunnya ketersediaan air bersih, infrastruktur untk penyediaan air dan sanitasi perkotaan yang tersedia saat ini tidak mamlu untuk melayani sebagian besar penduduk perkotaan, dan pembangunannya ditengarai belum berada pada jalur yang tepat untuk dapat mencapai target MDGs di sektor air bersih dan sanitasi
Kondisi wilayah yang landai, alih fungsi lahan dan infrastruktur yang kurang menyebabkan berbagai kota di Indonesia rentah berdampak banjir. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tahun 2016 mengungkap 315 Kabupatan/Kota di Indonesia termasuk daerah dengan bahaya terdampak banjir. Jumlah penduduk di berbagai wilayah Indonesia yang renta terdampak banjir sebanyak 63,7 juta jiwa dan sebanyak 6.102 banjir terjadi dalam kurun waktu 10 tahun yang telah menelan hingga 2.700 jiwa. Di tahun 2012-2014, Mercy Corps Indonesia melalui Program Jejaring Ketahan Kota-kota Asia terhddap Perubahan Iklim (Asian Cities Climate Change Resilience Network-ACCRN) menggabungkan unsur teknologi dan partisipasi masyarakat daam program kesiapsiagaan banjir di Kota Semarang. Program prediksi dan sistem peringatan dini banjir di Kota Semarang menjadi pembelajaran program kesiapsiagaan banjir yang tidak hanya mengandalkan teknologi, namun juga partisipasi masyarakat. Sinergi teknologi dan peran masyarakat menjadi kunci efektivitas program mitigasi banjir di Kota Semarang.
Climate change is no longer something that may happen in the distant future. Form higher temperatures and rising sea levels to changin rainfall patterns and more frequent extreme weather events. Climate change is already imnpacting on the regions rapidly growing cities and their populations. The urban poor are affected disproportionately by these changes due to a combination of factors, such as vulnerable physical location, poor quality housing and an often limited capacity to prepare for, cope with and recover from extreme weather events and slow-onset impacts of climate change. In fact, climate variability and change threatens to interfere with, and eve reverse, hard won poverty reduction and development gains
Lingkungan tempat tinggal masyarakat perdesaan di Indonesia didesain oleh nenek moyang kita tanpa arsitek, tanpa planner (perencana), tanpa masterbuilder. Namun, lingkungan binaan tersebut terbukti lebih tangguh dalam menghadapi segala tekanan, baik tekanan fisik dalam bentuk bencana alam maupun dalam bentuk sebaran penyakit atau pandemi. Resiliensi arsitektur lingkungan binaan ciptaan nenek moyang kita terhadap bencana sudah tidak diragukan lagi, sehingga banyak sekali ide desain bangunan-bangunan arsitektur lokal di setiap daerah di Indonesia yang dijadikan inspirasi oleh para arsitek dalam dan luar negeri sebagai acuan. Tetapi, karya-karya arsitektur lokal yang lahir dari 'tangan dingin' nenek moyang dan dapat mengakomodir kebutuhan masyarakatnya sambil tetap melenggang anggun dalam melakukan daily-activities di tengah pandemi, tentu tidak banyak ditemukan. Penulis berharap, buku ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan baru yang berbasis kearifan lokal terutama dalam upaya mitigasi, pencegahan dan pengendalian penyebaran virus Covid-19. Tradisi baik yang berseninambungan dan terbukti tangguh dalam menghadapi pandemi tentu harus dijadikan arahan dalam pengembangan model tata ruang yang responsif.
Buku Lingkungan Perumahan Vernakular rnernaparkan secara urnurn tiga aspek arsitektur wmnakular yaitu produk, proses dan pengetahuan yang dihasilkan oleh yarakat Mandailing. Tiga aspek tersebut selanjutnya membentuk karya a itektur tanpa arsitek di skala lingkungan perumahan yang mampu bertahan hingga saat ini dan adaptif pandemi Covid-19
Mandailing merupakan salah satu daerah di Sumatra Utara yang memiliki keeksotisan tersendiri. Terlebih pada fenomena arsitektur yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan pegunungan. Semua hal yang terkait dengan Mandailing menjadi sesuatu hal yang sangat eksotis bagi penulis. Oleh sebab itu, pemilihan judul Model Desain Rumah Tumbuh Masyarakat Perdesaan Pegunungan diharapkan dapat menunjukkan keeksotisan Mandailing bagi para pembaca, khususnya tentang model desain rum ah tinggal masyarakatnya yang sangat kaya akan nilai-nilai lokal. Buku Model Desain Rumah Tumbuh Masyarakat Perdesaan Pegunungan ini akan membahas lebih dalam tentang Mandailing, mulai dari sejarah namanya hingga karakter sosial, adat, budaya, dan arsitekturnya. Diharapkan dengan adanya buku ini dapat memperkenalkan semua hal tentang Mandailing serta potensi Mandailing yang dieksplor ke masyarakat luas tidak hanya di Indonesia, tetapijuga di negara lain.
Analisis variabilitas dan perubahan iklim di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dilakukan dalam studi ini. Studi ini dilaksanakan dibawah arahan dari Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementrian Lingkungan Hidup dan Kchutanan serta Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan bagian dari kegiatan proyek Strategic Planning and Action to Strengthen Climate Resilience of Rural Communities in Nusa Tenggara Timur (SPARC) yang difasilitasi oleh United Nations Development Programme (UNDP) dengan dukungan pendanaan dari Global Environment Facility (GEF). Studi bertujuan untuk memberikan analisis tentang kondisi iklim historis dan proyeksi perubahan iklim di wilayah NTT dengan analisis tambahan yang difokuskan pada tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Manggarai, Sabu Raijua dan Sumba Timur. Analisis ditekankan pada tingkat lokal dan didukung oleh data iklim historis dari berbagai sumber dan data proyeksi iklim menggunakan pendekatan analisis downscaling dinamik dan statistik dari luaran model iklim global atau Global Climate Model (GCM).