RINGKASANrnMUHAMMAD TAUFIQ AKBAR. 23010110130169. 2014. Fermentabilitasrnsecara In Vitro Ampas Aren yang Difermentasi dengan Bakteri Selulolitikrnsebagai Pakan Ruminansia (Pembimbing: MARRY CHRISTIYANTO danrnAGUNG SUBRATA).rnPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji lama fermentasi dan penambahanrnNPK sebagai pakan ruminansia dilihat dari produksi volatile fatty acid (VFA),rnamaonia (NH3) dan protein total. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikanrninformasi tentang fermentabilitas ampas aren sebagai salah satu pakan alternatifrnyang potesial bagi ruminansia. Penelitian telah dilaksanakan pada bulanrnNovember 2013 hingga Februari 2014 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan,rndan Laboratorium Teknologi Pakan Fakultas Peternakan dan PertanianrnUniversitas Diponegoro Semarang.rnMateri yang digunakan adalah ampas aren, mikroba starter (MA11), NPK,rncairan rumen sapi, vaselin dan reagensia yang digunakan selenium, NaOH 45%,rnH2SO4 95%, indikator metyl red (MR) + metyl blue (MB), H3BO4 4%, aquades,rnH2SO4 0,0055 N, Na2CO3 jenuh, H2SO4 15%, Indikator PP 1%, TCA 20%, SSArn2%, HCl 0,1 N, HCl 0,5 N, NaOH 0,5%, supernatan, indikator metil merah danrnbromkresol hijau, gas CO2. Alat yang digunakan meliputi, timbangan analitis,rnoven, eksikator, crucible porcelain, beaker glass, pendingin tegak, water bath,rnlabu destruksi, erlenmeyer, gelas ukur 25 ml dan 50 ml, plastik, cawan conway,rnsentrifuce, tabung fermentor, pipet 1 ml, pipet 5ml. Rancangan penelitianrnpercobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 (penambahanrnNPK dan tanpa NPK) x 4 (lama pemeraman 3, 7, 14, 21 hari) dengan 3 kalirnulangan. Data hasil penelitian diolah dengan uji F berdasarkan prosedur sidikrnragam dan apabila terdapat pengaruh perlakuan yang nyata (p < 0,05) dilanjutkanrndengan uji Wilayah Ganda Duncan pada taraf 5%.rnHasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penambahan NPK 1,2% danrnlama pemeraman terdapat interaksi nyata (p0,05). Rerata produksi VFA 150-270rnmM. Rerata produksi NH3 perlakuan tanpa penambahan NPK dan PenambahanrnNPK yaitu 2,64 dan 2,45 mM, produksi NH3 lama peram 3, 7, 14 dan 21 yaiturn2,64, 2,63, 2,49 dan 2,42 mM. Rerata produksi protein total 93,82-160,40 mg/g.rnSimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat interaksi nyata penambahan 1,2% NPKrndan lama pemeraman terhadap VFA dan protein total tetapi tidak nyata padarnproduksi NH3. Puncak fementabilitas pada ampas aren yang difermentasi beradarnpada minggu pertama.
TRIYANTO. 23010110120028. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Daun Beluntasrn(Pluchea indica less) sebagai Pengganti Klorin terhadap Kecernaan BahanrnOrganik, Retensi Nitrogen dan Utilitas Protein Ayam Broiler. (The Effect ofrnPluchea indica less Leaves Extract as Clorine Subtitution on the Digestion ofrnOrganik Matter, Nitrogen Retention and Protein Utilitation by Broilers).rnPembimbing : BAMBANG SUKAMTO dan VITUS DWI YUNIANTO B.I.)rnLatar belakang penelitian ini adalah kebutuhan konsumsi protein hewanirntiap tahun mengalami peningkatan, kebutuhan protein hewani bisa terpenuhi olehrnunggas (ayam broiler), namun pelaksanaan usaha unggas tersebut seringrndihadapkan kendala seperti faktor penyakit akibat infeksi cacing, bakteri patogenrnnamun dicegah dengan pencegahan menggunakan zat antibiotik alami atau kimia,rnnamun zat antibiotik kimia menyebabkan residu dari zat antibiotik yangrnberbahaya sehingga perlu adanya sumber zat antibiotik alami, lebih murah, amanrndan mudah ditemukan salah satu tanaman beluntas (Pluchea indica less). Beluntasrn(Pluchea indica less) mengadung alkaloid (0,316%), flavonoid (4,18%), taninrn(2,351%), minyak atsiri 4,47%, phenolik, asam khlorogenik, natrium, kalsium,rnmagnesium, fosfor, protein sebesar 17.78-19.02%, vitamin C sebesar 98.25rnmg/100 g, dan karoten sebesar 2.55 g/100 g sehingga bisa digunakan untukrnmenghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan,rnmeningkatkan pencernaan nutrien dan penyerapan nutrien keseluruh tubuh padarnayam broiler yang akan berpengaruh pada meningkatnya nafsu makan dan bobotrnbadan.rnTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaanrnekstrak daun beluntas sebagai pengganti klorin terhadap kecernaan bahan organik,rnretensi nitrogen dan ultilisasi protein. Penelitian ini dilaksanakan pada bulanrnSeptember–Oktober 2013 di kandang Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan,rnFakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.rnMateri yang digunakan dalam penelitian ini adalah 140 day old chickrn(DOC) broiler dengan bobot badan ±45,58 g dengan standar defisiasi 0,89 g,rnransum, daun beluntas (Pluchea indica less), klorin tablet, formalin, air, gula,rnvaksin, obat-obatan dan sekam. Alat yang digunakan adalah kandang broiler,rnsekat, lampu, tempat pakan, tempat minum, sprayer, sekop, sapu, alat vaksin,rnember, timbangan, penumbuk, alat tulis, dan gunting. Penelitian menggunakanrnrancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan dengan tiaprnulangan 7 ekor. Perlakuan yang digunakan T0 = ransum basal tanpa penambahanrnekstrak beluntas dan klorin; T1 = ransum basal + (ekstrak daun beluntas 2% +rnklorin 30 ppm); T2 = ransum basal + (ekstrak daun beluntas 4 % + klorin 20rnppm); T3 = ransum basal + (ekstrak daun beluntas 6% + klorin 10 ppm); T4 =rnransum basal + (ekstrak daun beluntas 8% + klorin 0 ppm). Parameter kecernaanrnbahan organik, retensi nitrogen dan utilitas protein ayam broiler. Data yangrndiperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjut dengan ujirnwilayah ganda duncan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan.rnHasil penelitian menunjukan perlakuan kombinasi ransum basal denganrncampuran ekstrak daun beluntas dan klorin memberikan pengaruh yang nyatarn(P
RINGKASANrnRODLIYYA YUDHA MURTI. 23010110130172. 2014. Hubungan antara Ukuran-Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Kambing Kacang Jantan di Kabupaten Karanganyar (Correlation between Body Measurements with Body Weight of Male Kacang Goat in Karanganyar Regency). (Pembimbing : Christina Maria Sri Lestari dan Agung Purnomoadi).rnPenelitian yang bertujuan untuk mengkaji keeratan hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan pada kambing Kacang jantan, sehingga diketahui-ukuran tubuh bagian mana yang memiliki korelasi tertinggi dengan bobot badan kambing Kacang dilakukan di kecamatan Karanganyar, Jatipuro dan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar dari tanggal 19 September 2013 sampai dengan 26 Oktober tahun 2013. Materi yang digunakan adalah 128 kambing Kacang yang terdiri dari 5 kelompok umur yaitu 0-3 bulan, >3-6 bulan, >6-12 bulan, >12-24 bulan, dan >24-36 bulan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan dengan kapasitas 40 kg dan ketelitian 0,5 kg, tongkat ukur dengan panjang 110 cm dan ketelitian 1 cm, serta pita ukur merk “Butterfly” dengan panjang 1,5 m dan ketelitian 0,1 mm. Penelitian ini menggunakan metode survey. Penentuan lokasi dan sampel ternak dilakukan denganpurposive sampling. Variabel yang diamati adalah bobot badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul. Data hasil penelitian dianalisis dengan korelasi dan regresi linear berganda antara ukuran-ukuran tubuh terhadap bobot badan.rnBedasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kambing Kacang jantan seluruh parameter pengukuran tumbuh dengan cepat pada umur 0-12 bulan, dan pada umur 12-36 bulan pertumbuhan cenderung melambat. Variabel ukuran tubuh yang memiliki nilai korelasi yang paling erat terhadap bobot badan adalah lingkar dada. Parameter lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak secara bersama-sama memiliki nilai korelasi 0,96 terhadap bobot badan pada kelompok umur 0-3 bulan dan >3-6 bulan, pada kelompok umur >6-12 bulan memiliki nilai korelasi 0,88, sedangkan pada kelompok umur >12-24 bulan dan >24-36 bulan secara berurutan memiliki nilai korelasi 0,87 dan 0,85.rnKesimpulan dari penelitian ini adalah korelasi ukuran tubuh terhadap bobot badan kambing Kacang jantan pada kelompok umur muda memiliki keeratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur dewasa.Ukuran tubuh yang memiliki korelasi sangat erat terhadap bobot badan adalah lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dibandingkan dengan ukuran tubuh yang lainnya.Perhitungan bobot badan menggunakan persamaan regresi berganda dari variabel lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak menunjukkan tingkat kesalahan yang rendah dibandingkan dengan bobot badan sebenarnya.
RINGKASANrnERZA SYABRINA. 23010110110020. 2014. Pengaruh Level Protein dan LevelrnLisin Ransum terhadap Pemanfaatan Energi untuk Pertumbuhan pada AyamrnKampung Umur 12 Minggu (The Effect Level of Protein and Level of Lysine Dietrnto Metabolizable Energy for Growth on Native Chicken 12 Week). (Pembimbing :rnUMIYATI ATMOMARSONO dan HANNY INDRAT WAHYUNI)rnDaging ayam kampung lebih disukai konsumen karena rasanya dan jugarnlebih rendah lemak dibandingkan dengan ayam non lokal. Ayam kampungrnmemiliki kekurangan yaitu laju pertumbuhannya lambat. Salah satu cara untukrnmeningkatkan produktivitas ayam kampung dilakukan dengan memperhatikanrnkandungan nutrisi ransumnya. Nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan danrnproduktivitas ayam kampung diantaranya adalah protein. Sumber protein ransumrnyang baik adalah yang mengandung asam amino sesuai dengan kebutuhan tubuhrnterutama asam amino esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ayam. Salahrnsatu asam amino esensial yang jumlahnya kurang di dalam ransum adalah lisin.rnPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh level protein dan level lisinrndalam ransum terhadap pemanfaatan energi metabolisme (EM), untukrnmeningkatkan pertumbuhan ayam kampung, dengan mengamati nilai aktivitasrnfosfatase alkalis (AFA) dan bobot badan. Penelitian dan analisis energy masingmasingrndilaksanakan di Kandang Laboratorium Produksi Ternak Unggas danrnLaboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan PertanianrnUniversitas Diponegoro sedangkan analisis darah di Balai LaboratoriumrnKesehatan Jawa Tengah.rnMateri yang digunakan adalah 240 ekor Day Old Chick (DOC) ayamrnkampung unsex. Kandang pemeliharaan terdiri dari 24 unit, bertipe koloni diisirnmasing-masing 10 ekor ayam. Ransum percobaan terdiri atas jagung, bekatul,rntepung ikan, bungkil kedelai, minyak nabati, CaCO3, L-lisin HCl, DL-metioninrndan premiks. Rancangan yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL) polarnfaktorial (2 x 3) dan 4 ulangan. Faktor pertama yaitu level protein, masingmasingrn17 dan 14% sedangkan faktor kedua adalah level penambahan lisin L1, L2rndan L3 masing-masing sebesar 0,6; 0,7 dan 0,8%, dengan kandungan EM ransumrnsama 2.800 kkal/kg. Parameter yang diamati meliputi EM, AFA dan bobot badan.rnData dianalisis dengan analisis ragam dan jika terdapat pengaruh yang nyata makarndilanjutkan dengan uji Duncan.rnHasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi dari pengaruh perlakuanrnlevel protein dan level lisin dalam ransum terhadap semua parameter yang diukur.rnRerata EM ransum perlakuan pada ayam kampung dengan kombinasi perlakuanrnP1L1, P1L2, P1L3, P2L1,P2L2 dan P2L3 masing-masing sebesar 2.957,3;rn2.836,9; 2.692,9; 3.068,5; 3.020,4 dan 2.998,2 kkal/kg, sementara rerata AFArnmasing-masing adalah 3.918,50; 2.940,50; 5.085,75; 1.984,50; 3.175,25 dan 2.231,50rnvirnU/l, dan rerata bobot badan berturut-turut yaitu 551,14; 500,03; 573,64; 554,63;rn530,42 dan 546,17 g.rnKesimpulan yang diperoleh bahwa level protein 14-17% dan level lisin 1,1-rn1,6% pada ransum ayam kampung yang diberikan sampai umur 12 minggu belumrndapat meningkatkan bobot badan yang ditunjukkan dengan nilai EM dan AFArnyang sama.
RINGKASANrnARIFAH HARSILOWATI. 23010110141014. 2014. Hubungan HormonrnTestosteron Tubuh dengan Panjang Cabang Utama, Diameter Tengah CabangrnUtama dan Berat Ranggah Velvet Rusa Timor (Rusa Timorensis). (Pembimbing:rnDAUD SAMSUDEWA dan YON SOEPRI ONDHO).rnTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan levelrntestosteron dengan panjang cabang utama, diameter tengah cabang utama danrnberat ranggah velvet rusa Timor serta untuk mengetahui efek pemotongan ranggahrnterhadap fruktuasi level testosteron. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21rnDesember 2013-10 Februari 2014 di Penangkaran Rusa Timor milik Bapak H.rnYusuf Wartono, Kudus.rnMateri yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 ekor rusa Timor jantanrnfase ranggah velvet dengan umur pemotongan 50 hari pasca casting. Penelitian inirndilakukan dengan cara pembiusan, pengambilan serum darah, pemotongan velvet,rndan dilanjutkan pengukuran morfometri meliputi panjang cabang utama, diameterrntengah cabang utama dan berat ranggah. Pembiusan tahap dua dilakukan 14 harirnkemudian untuk pengambilan darah setelah pemotongan ranggah. Analisisrnhormon testosteron dilakukan dengan menggunakan metode ELISA. Parameterrnyang diamati adalah panjang cabang utama, diameter tengah cabang utama, danrnberat ranggah yang dihubungkan dengan level testosteron darah. Data levelrntestoteron dihubungkan dengan morfometri ranggah menggunakan analisarnstatistika korelasi regresi dan diuji taraf signifikasi menggunakan bantuanrnStatistical Package For Social Science (SPSS) 16,0.rnHasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang berbanding terbalikrnantara level testosteron dengan panjang cabang utama (r = -0,476)dan beratrnranggah (-0,458), dan berbanding lurus dengan diameter tengah cabang utama (rrn= 0,386). Level testosteron mengalami peningkatan setelah pemotongan.rnKesimpulan penelitian ini adalah tidak adanya efek negatif pemotongan denganrnlevel testosteron. Hubungan testosteron dengan morfometri adalah tidak langsung,rnhal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas IGF-I, PTH,rnprolaktin, osteoklas dan osteoblas.
RINGKASANrnGARINI PUSPITASARI. 23010110120119. 2014. Uji Forensik Feses UntukrnMengetahui Kualitas Pakan yang Mengandung Urea pada Kambing PeranakanrnEtawa.Pembimbing: (AGUNG PURNOMOADI dan SRI AGUS BAMBANGrnSANTOSO)rnPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pakan yangrnmengandung urea dengan karakteristik fisik feses pada kambing perah PeranakanrnEtawa (PE). Manfaat penelitian ini adalah memperoleh metode penentuan kualitasrnpakan secara sederhana dengan melihat karakteristik atau sifat fisik.rnMateri yang digunakan adalah16 ekor kambing PE laktasi ke-2,bulan laktasirn4-5 dengan produksi susu kurang dari 100 g/ekor/hari sampai dengan sekitarrn300g/ekor/hari. Digunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 4rnkelompok produksi susu sebagai ulangan. Ransum yang diberikan mengandungrnprotein 16% dan Total Digestible Nutrients 65% dengan perlakuan T0:Ransumrndengan kandungan 0% Urea dalam bahan kering Pakan; T1: Ransum denganrnkandungan 0,4 % Urea dalam bahan kering Pakan; T2: Ransum dengan kandunganrn0,8 % Urea dalam bahan kering Pakan; T3:Ransum dengan kandungan 1,2 % Urearndalam bahan kering Pakan. Parameter yang diamati adalah kecernaan bahanrnkering, kepipihan dan keremahan feses. Data dianalisis dengan analisis ragam danrndilanjutkan dengan uji korelasi dan regresi untuk mengetahui hubungan antarrnparameter.rnHasil penelitian menunjukkan bahwa level urea pada pakan sebesar0 – 1,2%rntidak memberikan perbedaan yang nyata (0>0,05) terhadap kecernaan bahanrnkering, tingkat kepipihan dan keremahan feses. Terdapat hubungan negatif antararntingkat kepipihan feses dengan tingkat kecernaan bahan kering dengan korelasirnyang lemah (r = 0,039).Tingkat keremahan feses dengan kecernaan bahan keringrnterdapat hubungan positif, dengan korelasi yang lemah (r =0,014).Tingkatrnkepipihan feses dengan tingkat keremahan feses terdapat hubungan positif,rndengan korelasi yang lemah (r = 0,030).rnSimpulan penelitian ini adalah 1) Tidak terjadi perbedaan kecernaan bahanrnkering, tingkat kepipihan dan keremahan feses akibat perbedaan level urea dirndalampakan. 2) Terdapat hubungan yang cukup antara tingkat kepipihan fesesrndengan kecernaan bahan kering, hubungan yang lemah antara tingkat keremahanrnfeses dengan kecernaan bahan kering, dan hubungan yang lemah antara tingkatrnkepipihan feses dengan tingkat keremahan feses.
RINGKASANrnHAMDANI AKBAR. 23010110110010. 2014. Hubungan Level Hormon Testosteron dan Ukuran Testis Rusa Timor (Rusa timorensis) Sebelum dan Sesudah Pemotongan Velvet (Correlation of Testosterone Levels and Testes Measure Timor Deer (Rusa Timorensis) Before and After Velvet Felling). (Pembimbing : DAUD SAMSUDEWA dan YON SOEPRI ONDHO)rnPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan level testosteron dan ukuran testis rusa Timor sebelum dan setelah pemotongan velvet, dan mengetahui efek pemotongan ranggah pada kondisi fisiologis rusa Timor. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2013 sampai dengan 10 Februari 2014 di penangkaran rusa Timor milik Bapak H. Yusuf Wartono, Kudus. Materi yang digunakan adalah 3 ekor rusa Timor yang memiliki umur antara 2 – 4 tahun dan berat rata-rata 65 Kg.rnRusa Timor dibius menggunakan blowpipe kemudian diambil darahnya dan diukur testisnya. Darah dianalisis level hormon testosteronnya dan ukuran lingkar dan volume testis diukur. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan analisis Korelasi Peringkat Spearman. Parameter yang diambil datanya adalah level hormon testosteron, ukuran lingkar dan volume testis.rnHasil penelitian menunjukkan bahwa level hormon testosteron dan ukuran testis ( lingkar dan volume) rusa Timor tidak menunjukkan perbedaan nyata sebelum dan sesudah pemotongan (P>0,05). Rerata level hormon testosteron, ukuran lingkar dan volume testis sebelum dan sesudah berturut-turut adalah 5,67 ; 6,67 ng/ml, 15,90 ± 1.21 ; 15,97 ± 1,22 cm, 123,33 ± 58,59 ; 90,00 ± 26,46 ml. Nilai r dan r2 level testosteron dan ukuran testis (lingkar dan volume) sebelum dan sesudah berturut-turut adalah 0,625 ; 37,1 %, 0,125 ; 1,6 %, -0,625 ; 37,1 %, dan -0,625 ; 37,1 %. Nilai menunjukkan adanya hubungan kedua variabel.rnKesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan nyata antara level hormon testosteron dan ukuran testis sebelum dan sesudah pemotongan velvet. Ada hubungan sedang antara level hormon testosteron dan ukuran testis (lingkar dan volume) rusa Timor.
RINGKASANrnJAAFAR RIFAI. 23010110120057. 2014. Evaluasi Cemaran Bakteri pada Susu Sapi Segar dalam Distribusi Susu di Kabupaten Banyumas (Evaluation of Bacterial Contamination in Fresh Milk on Distribution at Banyumas Regency) (Pembimbing : DIAN WAHYU HARJANTI dan NURWANTORO)rnSusu merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani asal ternak yaitu ternak perah yang banyak dibutuhkan oleh manusia karena kandungan zat gizi susu yang dianggap baik. Susu yang ada tidak terlepas dari peran peternak sebagai produsen utama yang selanjutnya terdapat proses distribusi susu ke milk collection center (MCC) sebagai pengepul, koperasi dan Industri Pengolahan Susu (IPS). Penerimaan susu tidak hanya memperhatikan kualitas kimiawi susu akan tetapi melihat juga kualitas mikrobiologi susu tersebut. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah sentra ternak perah yang ada di Provinsi Jawa Tengah dengan kualitas susu yang diklaim memiliki kualitas mikrobiologi yang baik, akan tetapi terkadang kualitas mikrobiologi tersebut menjadi tidak baik karena hal yang tidak diketahui.rnPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat cemaran bakteri susu segar di Kabupaten Banyumas yang dilakukan dengan uji alkohol, uji reduktase, uji total asam dan uji total bakteri. Manfaat penelitian untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Banyumas tentang kualitas susu yang berasal dari Kabupaten Banyumas dan menambah pengetahuan khususnya kepada para peternak tradisional dan pemerintah Kabupaten Banyumas tentang tata cara pengujian cemaran bakteri di lapangan.rnMateri yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi segar yang didapat dari peternak sapi perah, milk collection center (MCC) dan koperasi yang bergerak dalam bidang persusuan di Kabupaten Banyumas, alkohol 70%, methylen blue (MB), parafin cair, NaOH 0,1 N, larutan phenolphthalein (PP) 1%, dan aquades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, pipet, gelas ukur, buret, erlenmeyer, 3M petrifilm dan inkubator. Metode yang dilakukan ialah melakukan survey terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah peternak dan pola distribusi susu yang dilakukan di Kabupaten Banyumas. Penelusuran susu dari peternak, MCC hingga koperasi. Pelaksanaan meliputi persiapan alat dan pembersihan alat. Pengujian sampel dengan uji alkohol menggunakan alkohol 70%, uji reduktase menggunakan methylen blue, uji total asam menggunakan teknik titrasi dan uji total bakteri menggunakan 3M petrifilm.rnHasil penelitian menunjukkan bahwa uji alkohol sampel susu peternak, MCC dan koperasi menunjukkan hasil yang negatif. Angka reduktase menunjukkan hasil waktu >8 jam. Terdapat perbedaan nyata (p
RINGKASANrnLILIS SUSANTHI. 23010110110113. Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas blackie) dalam Ransum Terhadap Karkas dan Non Karkas Broiler periode Starter dan Finisher. (Pembimbing : UMIYATI ATMOMARSONO dan DWI SUNARTI ).rnPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ubi jalar ungu dalam ransum terhadap bobot hidup, bobot dan persentase dressed, bobot dan persentase karkas dan bobot dan persentase non karkas, serta mengetahui berapa level optimal penggunaannya dalam ransum broiler.rnMateri yang digunakan adalah 260 ekor DOC broiler unsex umur 1 hari, desinfektan, dan vaksin, terdapat 5 perlakuan dan 4 ulangan. Kandang yang digunakan berukuran 1m2, masing-masing berisi 13 ekor ayam. Ransum yang digunakan meliputi tepung ubi jalar ungu, jagung kuning, tepung ikan, Poultry Meat Meal (PMM), Meat Bone Meal (MBM), dan pollard. Ransum starter mengandung 23% PK dan 3.000 Kkl/kg energi metabolis (EM). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 ulangan dan 5 perlakuan yaitu T0 : Ransum tanpa tepung ubi jalar ungu, T1: Ransum dengan 8,21 % tepung ubi jalar ungu (setara 40 mg antosianin), T2 : Ransum dengan 16,43 % tepung ubi jalar ungu (setara 80 mg antosianin), T3 : Ransum dengan 24,64 % tepung ubi jalar ungu (setara 120 mg antosianin), T4 : Ransum dengan 32,86 % tepung ubi jalar ungu (setara 160 mg antosianin). Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari. Parameter yang diamati adalah bobot hidup, bobot dressed, bobot karkas, persentase karkas dan persentase non karkas. Data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakan uji F.rnHasil penelitian menunjukan bahwa periode starter pada perlakuan T0, T1, T2, T3, T4 memiliki nilai rata-rata bobot hidup 262, 266, 259, 226,75, 204, persentase dressed 94%, 93%, 96%, 94%, 93%, persentase karkas 56,25%; 58,5%; 58,5%; 55%; 53,75% dan persentase non karkas 43,75%; 41,5%; 41,5%; 45%; 46,5%. Periode finisher pada perlakuan T0, T1, T2, T3, T4 memiliki nilai rata-rata bobot hidup 1.049,25; 1.054,25; 985,75; 966; 976,75, persentase dressed 95%, 94%, 94%, 94%, 94%, persentase karkas 70,75%; 67,25%; 65%; 65,2%; 67,50% dan persentase non karkas 29,25%; 32,75%; 35%; 34,75%; 32,50%.rnKesimpulan yang diperoleh adalah pemberian tepung ubi jalar ungu dalam ransum untuk periode starter dapat digunakan sampai 16,43%, sedangkan untuk periode finisher hanya sampai 8,21% dari ransum. Pemberian lebih dari itu, perfoman karkas menurun. Hal itu disebabkan antosianin dalam ubi ungu berubah menjadi oksidan yang merusak jaringan tubuh.