Mi instan terkenal dengan memiliki kandungan berbahaya yaitu mengandung paparan residu etilen oksida. Jika mi instan dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering, hal itu juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, karena didalam mi instan mengandung bahan-bahan rekayasa yang cukup berbahaya, walaupun bahan-bahan tersebut diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi apabila dikonsumsi dalam kurun waktu tertentu dan frekuensi yang cukup tinggi bisa menyebabkan kelainan fungsi jantung bahkan dapat meningkatkan resiko penyakit kanker. EtO (C2H4O) merupakan gas beracun yang tidak berwarna zat yang bersifat elektrofilik adalah zat kimia yang berbentuk gas tidak berwarna, mudah terbakar, dan berbau agak manis. alam jumlah lebih kecil, gas ini dapat digunakan sebagai pestisida. Adapun penggunaan EtO pada produksi mi instan berfungsi untuk memperpanjang masa simpan dan mencegah pertumbuhan bakteri. Sayangnya, zat kimia ini dapat sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika terpapar dalam jumlah yang berlebihan. Paparan EtO dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, termasuk kanker, kerusakan saraf, gangguan sistem reproduksi, dan kerusakan organ. Paparan jangka panjang terhadap EtO dapat meningkatkan risiko kanker pada paru-paru, perut, dan sistem saraf. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kandungan senyawa etilen oksida pada mi instan melakukan preparasi sampel dengan proses penentuan kandungan senyawa etilen oksida pada mi instan menggunakan APCI - MS (Atmospheric Pressure Chemical Ionization – Mass Spectrometry). Tujuan penelitian untuk mengetahui kandungan senyawa etilen oksida pada mi instan menggunakan APCI - MS (Atmospheric Pressure Chemical Ionization – Mass Spectrometry). Pengujian etilen oksida pada mi instan meliputi persamaan regresi linier, konsentrasi etilen oksida dengan luas area puncak dan perbandingan SNI mi instan 3551:2018. Kata Kunci : Mi instan, etilen oksida, APCI - MS (Atmospheric Pressure Chemical Ionization – Mass Spectrometry),
Pertumbuhan populasi manusia dan kebutuhan energi yang terus meningkat telah mendorong penelitian alternatif sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pemanfaatan eceng gondok dan limbah cair tempe sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi biogas dan pengaruh variasi dalam pencampuran eceng gondok dan limbah cair tempe dalam pembentukan biogas. Metode penelitian melibatkan proses pencernaan anaerobik/anaerobic digestion. Eceng gondok dan limbah cair tempe akan dicampur dengan rasio yang telah ditentukan untuk mengoptimalkan produksi biogas. Analisis gas hasil fermentasi akan dilakukan untuk menentukan komposisi biogas, yaitu kandungan metana dan kandungan karbon dioksida. Selain itu dilakukan juga analisa data percobaan dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Dari hasil produksi biogas didapatkan yang terbanyak pada sampel A5 Untuk kandungan metana pada biogas pada hari ke 28 yang terbanyak adalah sampe A2, dan kandungan CO2 yang terbanyak pada sampel A1. Pada hasil perhitungan menggunakan RSM didapat regresi koefien interaksi, ANOVA, plot kontur permukaan respon, dan diagram pareto, bahwa komposisi massa eceng gondok dan volume limbah cair tempe maka menghasilkan banyaknya total biogas yang dihasilkan.
Kitosan merupakan senyawa hasil deasetilasi kitin yang dapat dimanfaatkan sebagai biosorben. Strukturnya yang unik membuat kitosan dapat mempermudah proses penghilangan polutan di dalam air yang tercemar. Namun, sifat kitosan yang hidrofobik membuatnya kurang menunjukkan nilai pembengkakan (swelling) sehingga perlu dilakuakan modifikasi terhadap strukturnya. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi biosorben berbasis kitosan yang dimodifikasi melalui metode crosslinking dengan crosslinking agent vanilin (C8H8O3). Dalam menentukan kondisi terbaik digunakan metode optimasi melalui RSM sebanyak 16 runs dengan variabel bebas berupa konsentrasi crosslinking agent, kecepatan pengadukan, dan durasi crosslinking. Melalui hasil optimasi didapatkan kondisi optimum berupa konsentrasi crosslinking agent 12,1302 %w/v, kecepatan pengadukan 419,7554 rpm, dan durasi crosslinking selama 67,6020 menit. Biosorben selanjutnya yang diuji karakterisasi dan uji performa untuk adsorpsi polutan Cu (II). Hasil proses adsorpsi akan digunakan dalam studi kinetika dan studi isoterm. Dalam kajian ini didapatkan permodelan yang sesuai berupa persamaan Elovich untuk studi kinetika dan isoterm Freundlich untuk studi isoterm. Kata Kunci: Biosorben, Modifikasi Kitosan, Crosslinking, Logam Berat, dan Studi Kinetika.
Salah satu jenis energi yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari‐hari adalah energi listrik. Saat ini, teknologi terbarukan yang ramah lingkungan dan mempunyai prospek yang bagus adalah Microbial Fuel Cell (MFC). MFC adalah salah satu bentuk teknologi konversi energi untukmemproduksi energi secara berkesinambungan dalam bentuk listrik dengan memanfaatkan kemampuan metabolisme bakteri dan MFC bisa diartikan sebagai alat untuk megonversi energi kimia menjadi energi listrik dengan bantuan rekasi katalitik dari mikroorganisme. Pada penelitian ini bertujuan untuk (i) menganalisis pengaruh variasi konsentrasi larutan organik gula terhadap power density, pH, dan efisiensi penurunan COD yang dihasilkan pada sistem MFC menggunakan mikroba Saccharomyces cerevisiae; serta (ii) menganalisis pengaruh variasi volume air cucian beras terhadap power density, pH, dan efisiensi penurunan COD yang dihasilkan pada sistem MFC menggunakan mikroba Saccharomyces cerevisiae. Metode penelitian yang dilakukan untuk analisa konversi energi listrik terhadap sistem MFC terdiri dari beberapa tahap yaitu preparasi sampel, preparasi reaktor MFC, preparasi Ion Exchange Membrane, preparasi elektroda, dan eksperimen MFC. Pada preparasi sampel menggunakan variasi konsentrasi larutan gula 0,4, 0,6, 0,8, dan 1,0 M dan variasi volume air cucian beras 400, 600, 800, dan 1000 mL. Bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya gula pasir, air cucian beras, ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), serbuk NaCl, aquadest, lempengan Zn, lempengan Cu, dan sumbu kompor. Kata Kunci: Microbial Fuel Cell, Larutan Organik, Air Cucian Beras, Saccharomyces cerevisiae
Jintan merupakan rempah dengan tingkat konsumsi yang tinggi di Indonesia, yaitu 2,927 gram per kapita per minggu pada tahun 2021. Jintan putih kaya akan senyawa fitokimia fenol. Fenol merupakan senyawa metabolit sekunder yang bersifat antibakteri hingga antikanker. Potensi tersebut mendorong adanya urgensi untuk mengisolasi senyawa fenol dari jintan putih. Perolehan fenol dapat ditingkatkan dengan radiasi sinar ultraviolet sebagai stressor oksidatif alami yang membantu lisis sel untuk difusi senyawa fenol. Dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan terkait pengaruh pretreatment sinar UV-B dengan variabel bebas yang meliputi ukuran bubuk jintan putih (40, 60, dan 80 mesh), volume pelarut (0, 100, dan 200 mL), serta waktu penyinaran (90, 120, dan 150 menit) dilanjutkan dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) berdaya 800 watt, selama 6 menit, dengan rasio akhir sampel 1:30 gr/mL. Variabel penelitian dirancang dengan metode Response Surface Methodology (RSM) ditinjau dari aspek total fenol dan kapasitas antioksidan. Kondisi terbaik proses pretreatment sinar UVB terhadap MAE fenol dari jintan putih adalah ukuran partikel 66 mesh, waktu radiasi 143 menit, dengan volume pelarut 183 mL. Hasil ekstrak fenol dari uji spektrofotometri UV-Vis memiliki koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,7431 untuk uji total fenol dan 0,7260 untuk uji kapasitas antioksidan. Dari nilai tersebut, dapat diartikan bahwa 74,31% dan 72,60% dari total variasi model dapat diwakilkan oleh persamaan regresi. Kata Kunci : Jintan Putih, Fenol, Radiasi Sinar UV-B, Microwave Assisted Extraction, Response Surface Methodology
Saat ini, masyarakat mempunyai minat yang besar terhadap kosmetik berbahan dasar sumber daya alam, hal ini dilakukan berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan-bahan sintetis yang diketahui mempunyai potensi dampak buruk pada kesehatan kulit. Tumbuhan memainkan peran yang relevan sebagai sumber bahan aktif alami yang secara biologis dapat digunakan untuk kepentingan kosmetik dan dermatologis. Daun binahong (Anredera cordifolia) memiliki kandungan flavonoid tinggi dan kaya akan antioksidan yang dapat digunakan sebagai pengganti butylated hydroxyanisole (BHA) yang biasa digunakan pada serum komersial. Fokus penelitian ini pada penerapan ekstrak daun Binahong sebagai komponen aktif biologis untuk formulasi dalam sediaan serum. Daun Binahong diekstraksi menggunakan metode maserasi dan perkolasi dengan pelarut etanol 96%. Serum diformulasikan dengan variasi ekstrak daun 1%; 1.5%; dan 2%. Kemudian serum ekstrak binahong dilakukan evalusi mutu fisik dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata (p
Proyek PembangunanArjunaBimaTowermerupakan proyek pembanunan yang dikerjakanolehkontraktorPT.AnugerahHatatahIndahdengankontrak Costand Fee bernilaikontrak±Rp.220.174.248.000,- denganmetodepembayaranTermin. Gedung dengan total 19 lantai dengan 2 basement memiliki perkiraan tinggi bangunan61,20meter.LokasiPembangunantowerinimasihdalamlingkuungan MataramCityyangdikelolaolehPT.SaraswantiIndolandTbk.Bertempatdijalan palagan.D.I.YYogyakarta.Pembangunaninidirencanakanselama3,5tahunyang akanselesaipadatahun2025dengandibagimenjaditigatahapan,terdiriatastahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemeliharaan. Dengan lingkup pekerjaannya antara lain : pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur,danpekerjaanmekanikalelektrikal.Padalaporankegiataninimembahas tentangpekerjaanstrukturbawahdanatasbetonbertulangyaitupekerjaanpondassi, pekerjaan kolom, pekerjaan balok, pekerjaan plat lantai, dan pekerjaan tangga. Laporan kegiatan ini mengamati sekaligus membahas hal-hal mengenai proses kegiatan pembangunnan baik dari segi structural maupun dari segi manajemen proyek. Kata kunci :struktur pondasi, kolom,retaining wall, balok, plat lantai,ramp, tangga