Text
Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi Listrik Melalui Sistem Pencahayaan (Studi Kasus: gedung Pascasarjana Universitas Diponegoro)
Konservasi energi berdasarkan PP No. 70 tahun 2009 menganjurkan penggunaan energi secara efektif dan efisien yang harus dilaksanakan di seluruh sektor kehidupan tidak terkecuali pada lingkungan akademik. Ruang kuliah sebagai tempat belajar mengajar membutuhkan pencahayaan yang baik untuk mendukung kegiatan sehari-hari dengan tetap memperhatikan kebijakan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi sistem pencahayaan dan konsumsi energinya pada Gedung Pascasarjana Universitas Diponegoro dan mencari peluang penghematan yang dapat dilakukan. Penghematan pada sistem pencahayaan dipilih karena mudah dilakukan serta dapat dilakukan dengan tanpa mengeluarkan biaya hingga rendah biaya. Penghematan diamati melalui penurunan konsumsi energi dari obyek penelitian. Penelitian ini mengambil 15 sampel ruang yang digunakan untuk kuliah dan sidang/seminar yang berada di Gedung A dan B Pascasarjana Universitas Diponegoro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah obsevasi, pengukuran intensitas pencahayaan, perhitungan konsumsi energi, dan analisa data serta simulasi menggunakan software Ecotect untuk menemukan peluang penghematan. Pencahayaan dalam ruang kuliah harus memenuhi standar minimal intensitas pencahayaan sebesar 350 lux sesuai SNI 6197:2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 33,3% ruangan yang memiliki intensitas pencahayaan sesuai standar. Terdapat 15 sampel ruangan dengan kondisi awal ruang-ruang tersebut memiliki 76 buah lampu tipe CFL 18 Watt yang beroperasi mulai Senin-Sabtu pukul 08:00-18:00 sehingga memiliki konsumsi energi dalam 1 tahun sebesar 5.909.760 Wh/tahun yang setara dengan Rp 5.318.784,-. Peluang upaya penghematan dilakukan diantaranya dengan manajemen penggunaan ruang dan manajemen penggunaan lampu. Manajemen penggunaan ruang meliputi pengaturan letak media pembelajaran dan pemilihan ruang dengan orientasi jendela di sisi selatan. Pada manajemen penggunaan lampu digunakan dua skenario, skenario pertama adalah ketika hasil pengukuran intensitas pencahayaan alami pada suatu ruangan bernilai ≥ 350 lux, maka lampu pada ruangan tersebut dapat dimatikan. Skenario kedua adalah ketika hasil pengukuran intensitas pencahayaan alami < 350 lux, maka semua lampu dinyalakan sehingga intensitas pencahayaan > 350 lux. Agar intensitas pencahayaan mendekati 350 lux, maka dilakukan simulasi pengurangan jumlah lampu yang menyala dalam skenario dua. Upaya perbaikan ruangan yang intensitas pencahayaannya tidak memenuhi standar ternyata memerlukan biaya Rp 3.776.026,- per tahun dan bahkan konsumsi energi meningkat hingga 70,99%. Rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah penghematan dengan manajemen ruangan dan gabungan dua skenario dengan tanpa memperbaiki ruangan agar tercapai penghematan sebesar 15,26% atau sebesar Rp 811.814,- pertahun.
Kata Kunci : sistem pencahayaan, peluang penghematan, SNI 6197:2011
Tidak tersedia versi lain