Text
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Kru Helikopter Militer di Puspenerbad Semarang
Latar belakang: Gangguan pendengaran yang terjadi pada penerbang karena tingginya intensitas terpapar bising oleh pesawat/helikopter. Tingkat kebisingan helikopter berkisar 104-110 dB.Jam terbang, trauma akustik, DM, hipertensi dan merokok dapat mempengaruhi kejadian gangguan dengar. Tujuan: Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran pada Kru Helikopter Militer Puspenerbad Semarang. Metode: Penelitian observasional dengan design belah lintang pada kru penerbang helikopter Puspenerbad Semarang, usia 20-58 tahun, sampel ditentukan sebanyak 96. Gangguan pendengaran terdiri dari kurang dengar dan tinitus. Kurang pendengaran dinilai dengan pemeriksaan otoskopi dan audiometri. Tinitis didapatkan dari anamnesis. Riwayat operasi telinga sebelumnya, infeksi pada telinga luar dan telinga tengah, serta riwayat atau pernah mengkonsumsi obat- obatan yang bersifat ototoksik (kanamisin, cisplatin dan carboplatin) dieksklusikan. Analisis data menggunakan uji chi-square dan fisher’s exact serta yates correction. Hasil: Seratus empat belas sampel dengan rerata umur 26,54+ 4,72 semua berjenis kelamin laki laki. Beberapa faktor seperti jam terbang (p=0,698), trauma akustik (p=0,151), diabetes melitus (p=0,596), merokok (p=0,222), hipertensi (p=0,356) tidak berhubungan dengan kurang dengar sensorineural. Beberapa faktor seperti jam terbang (p=0,706), trauma akustik (p=0,5160), diabetes melitus (p=0,789), merokok (p=0,495), hipertensi (p=0,112) tidak berhubungan dengan tinitus. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara jam terbang, trauma akustik, diabetes melitus, hipertensi, dan merokok dengan gangguan pendengaran
Kata kunci: Kurang dengar, tinitus, kru helikopter
Tidak tersedia versi lain