Text
Pengaruh pemberian tramadol atau ketorolak terhadap kadar substansi P pada tikus wistar sebagai analgesia preemtif
Latar belakang : Nyeri bukan hanya sebuah modalitas sensorik tapi merupakan sebuah pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang terkait dengan kerusakan jaringan yang potensial. Analgesia preemtif merupakan terapi yang dimulai sebelum prosedur pembedahan untuk mengurangi sensitisasi. Analgesia preemtif memiliki potensi lebih efektif dibandingkan terapi analgesik yang mirirp yang diberikan pasca operasi.
Tujuan : Membuktikan pengaruh pemberian tramadol datau ketorolak intavena sebelum dan setelah insisi pada tikus wistar sebagai analgesia preemtif terhadap kadar substansi P.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Randomize Pre adn Post Test Control Group Design. Sampel adalah 21 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol (K) tanpa diberi obat nalgesik sebelum insisi, kelompok 1 (K1) merupakan kelompok yang diberi tramadol 1,8 mg intravena sebelum insisi, dan kelompok 2 (K2) merupakan kelompok yang diberi ketorolak 0,54 mg intravena sebelum insisi. Pengambilan sampel berupa serum darah untuk pemeriksaan kadar substansi P dilakukan sebelum pemberian tramadol ataupun ketorolak, dan pemberian tramadol atau ketorolak dilakukan 1 jam sebelum insisi, 4 jam pasca insisi dilakukan pengambilan sampel darah pada ketiga kelompok guna membandingkan kadar substansi P pre dan post insisi. Uji statistik menggunakan uji one way ANOVA, Paired T-test, dan uji Wilcoxon, dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney.
Hasil : Rata-rata kadar substansi P kelompok K sebesar 584,93+211,49 (pre test) dan 627,88+203,43(post test), kelompok K1 sebesar 598,71+108,86(pre test) dan 549,37+124,81(post test), kelompok K2 sebesar 776.68+388,35(pre test) dan 488,67+38,49(post test). Pada uji Paired T-test didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok K pre dan post test (p=0,047) dan kelompok K1 pre dan post test juga berbeda bermakna (p=0,024). Pada uji Wilcoxon didapatkan kelompok K2 berbeda bermakna pre dan post test (p=0,043). Pada uji Kruskal Wallis didapatkan kelompok K, K1 dan K2 tidak berbeda bermakna (p=0,376). Pada uji ANOVA didapatkan kelmpok K, K1 dan K2 pre test tidak berbeda bermakna (p=0,321). Pada uji Mann Whitney didapatkan antara kelompok K dengan K1 berbeda bermakna (p=0,009), K dengan K2 berbeda bermakna (p=0,009), K1 dengan K2 berbeda bermakna (p=0,016).
Kesimpulan : Tramadol atau ketorolak dapat digunakan sebagai analgesia preemtif, dimana ketorolak memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar substansi P lebih baik dibanding tramadol.
Kata kunci : tramadol, ketorolak, substansi P, analgesia preemtif
Tidak tersedia versi lain