Latar belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan aterosklerosis pada arteri koroner. kelainan lipid lipoprotein yang menjadi dasar patogenesis aterosklerosis dapat dinilai dengan aherogenetic index of plasma (AIP), oxidized low density lipoprotein (ox_LDL). troponim i berperan pada kerusakan otot jantung akibat iskema pada PJK. Tujuan. Membuktikan perbedaan nilai AIP, kadar ox-LDL dan troponim I pada pasien PJK stabil dan SKA Metode. penelitian observasi analitik dengan pendekatan belah lintang dilakukan pada 34 pasien PJK stabil dan 34 pasien SKA di RSUP Dr. Kariadi Semarang penetapan trigliserida (TG) dan HDL menggunakan kimia otomatik , AIP dihitung dari log TG//HDL, kadar ox-LDL menggunakan metode ELISA troponim i menggunakan metode ELFA. analisis stastik AIP menggunakan independent t-test sedangkan kadar ox-LDL dan troponom i menggunakan Mann whitney U test. perbedaan bermakna apabila p
Abstrak Latar belakang: Cedera otak pada stroke iskemik menyebabkan berbagai perubahan patologis mengakibatkan kerusakan neuronal yang mempengaruhi neuron dan sel glia pada jaringan otak yang diikuti terjadinya pelepasan biomarker neuronal dan sel glia yang spesifik seperti protein S100B. Protein S100B sebagai salah satu penyusun sitoskeleton sel glia akan dilepaskan setelah terjadi kerusakan neuron pada sek glia serta kerusakan sawer darah otak yang terjadi akibat kaskade iskemik pada stroke iskemik. kadar biomarker serum S100B memiliki korelasi dengan derajat kerusakan klinis pasien stroke iskemik akut. tujuan: mengetahui hubungan kadar S100B serum dalam 72 jam onset terhadap perubahan skor NIHSS antara onset hari ke3 dan hari ke7 pada pasien stroke iskemik akut. metode: penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort prospektif. subyek adalah pasien yang diagnosis stroke iskemik akut yang memnuhi kriteria inklusi. uji hubungan variabel berkala numerik dan kategorial dilakukan uji Mann whitney. uji hubungan antara variabel kategorial dengan uji x2, uji fischer dan uji kolmogorovo smirnov 2 sampel. hasil analisis bivariat dengan p=
ABSTRAK Latar belakang; sindrom koroner akut merupakan penyebab utama kematian di dunia. perbedaan kadar natrium , kalium, klorida, troponim I dan NT-ProBPN pada Pro BPN terdahulu memberikan hasil berbeda tujuan ; menganalisis perbedaan kadar natrium , kalium, kloria, troponin I dan NT-ProBPN serum pada pasien NSTEMI dan STEMI. Metode ; penelitian observasi analitik dengan pendekatan belah lintang dilakukan pada bulan februari-mei 2019 melibatkan 35 paasien NSTEMI dan 35 pasien STEMI di IGD RSUP Dr.KARIADI yang memenuhi kriteria inklusi bdan eklusi. Kadar natrium, kalium, dan klorida diukur menggunakan metode ISE alat Advia biochemistry system. Pemeriksaan kadar troponim I menggunakan metpde ELFA pada mini Vias dan kadar NT-ProBPN menggunakan metode ELISA. Kadar natrium, kalium, dan klorida antar kelompok dianalisis menggunakan independent t-test, kadar troponim I dan NT-ProBNP antar kelompok menggunak dan Mann Whitney U test. p< 0,05 di anggap beremakna Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kadar natrium (p=0,001), klorida (p= 0,030), troponim I (p
Abstrak Latar belakang : Bacaan murotall Al Qurán merupakan salah satu cara atau metode membaca Al Qur'an memiliki kelebihan dibandsingkan dengan mendengarkan musik karena bacaan Al Quran memiliki nilai spiritualitas dan religiositas yang tinggi. spiritalitas dapat berpengaruh terhadap Hommocystein , Interleukin-6, C-reactive protein, dan marker inflamasi yang lain, tetapi mekanismennya masih belum jelas. efek spiritualitas dan religiositas terhadap pemilihan stroke diyakini sangat berepengaruh dan penting karena kenyamanan hidup dan kualitas kehidupan dapat berpengaruh positif. Metode: Desain penelitian menggunakan Ramdomized Pretest-post test control goup design dengan cara simpel ramdomized sampling. subyek merupakan pasien stroke akut dengan onset kurang dari 72 jam. sebyek dikelompokan menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. perlakuan diberikan dengan mendengarkan murrotal Al- quran juz ämma melalui handphonbe durasi 30menit pada puku 06.00 dan 16.00 selama 7hari. data yang diambil meliputi penilaian skor HADS, kadar IL6, dan skor NIHSS sebelum dan sesudah perlakuan. faktor- faktor yang lain yang berpengaruh pada keluaran klinis stroke dianalisia secara multivariat. Hasil: Subyek yang diperoleh sebanyak 40 dilakukan random alokasi sebagai kelompok perlakuan atau kontrol. didapatkan hubungan bermakna antara memperdengarkan murotall Al qurán dan skor HADS ansietas (p=0,047). tidak terdapat hubungan bermakna antara meperdengarkan Al Qur'än dan skor HADS depresi (p=407) terdapat hubungan bermakna antara mendengarkan murotal Al Qurän dan perbaikan kadar IL6 serum (p=0,019) terdapat hubungan bermakna antara mendengarkan murottal Al Quran dan perbaikan skor NIHSS (p=0,018) analisa regresi logistik memperdengarkan murotal Al Qurän berpengaruh pada perbaikan NIHSS (OR =7,421, p=0.022). Simpulan: memperdengarkan murottal alquran dapat mengurangi kecemasa dan penurunan kadar IL6 serum pada pasien stroke iskemik akut. mendengarkan murotal Al Quran dapat memperbaiki keluaran klinis pasien strok iskemik akut sebesar 7,421 kali. Kata Kunci: Murotall Al Quran, kadar IL6 Serum, NIHSS, HADS, Stroke iskemik akut
Tujuan: Membandingkan pengaruh Circuit Training dan Senam Lansia terhadap kapasitas fungsional paru lanjut usia Design: randomized pre and post controlled group design. Subjek: Individu usia lanjut antara 65-75 tahun Tempat: Balai Rehabilitasi Sosial Wira Adhi Karya Ungaran Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Waktu: Februari 2018 – Maret 2018 Intervensi: Subjek secara acak dimasukkan dalam salah satu kelompok berikut: circuit training dan senam lansia. Kelompok circuit training mengikuti empat macam latihan (1) calf rising pada posisi berdiri, (2) latihan otot perut pada posisi terlentang, (3) latihan penguatan ekstremitas dan (4) mengayuh sepeda statis. Subjek diminta untuk melakukan latihan (1)–(4) ini (1 set circuit training) dengan interval 1 menit di antara latihan. Setiap set circuit training diulang 3 kali dengan interval antar set 5 menit. Kelompok senam lansia mendapatkan latihan berupa senam lansia Menpora 2000. Kedua kelompok melakukan latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Outcome: Forced vital capacity (FVC) yang diukur dengan spirometer. Hasil:Pada kelompok circuit training terdapat peningkatan yang bermakna padanilai FVCdari 69,38±8,87 % predicted menjadi 80,08±6,98 % predicted (p=0,003). Namun, tidak terdapat perubahan yang bermakna pada nilai FVC dari 70,31±1,64 % predicted menjadi 70,92±1,28 % predicted (p=0,790) pada kelompok senam lansia. Terdapat perbedaan yang bermakna pada perbedaan post test – pre test FVC (p=0,011)pada kelompok circuit trainin dibandingkan kelompok senam lansia. Kesimpulan: circuit training meningkatkan kapasitas fungsional paru pada lanjut usia lebih baik dibandingkan senam lansia. Kata kunci: circuit training, senam lansia, kapasitas fungsional paru, usia lanjut
Tujuan: Untuk membandingkan pengaruh Circuit Training dan Senam Lansia terhadap kebugaran kardiorespirasi usia lanjut. Design: randomized pre and post controlled group design. Subjek: Individu usia lanjut antara 65-75 tahun Tempat: Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Wening Wardoyo” Ungaran Waktu: Februari 2018 – Maret 2018 Intervensi: Subjek secara acak dimasukkan dalam salah satu kelompok berikut: circuit training dan senam lansia. Kelompok circuit training mengikuti empat macam latihan (1) calf risingpada posisi berdiri, (2) latihan otot perut pada posisi terlentang, (3) latihan penguatan ekstremitas dan (4) mengayuh sepeda statis. Subjek diminta untuk melakukan latihan (1)–(4) ini (1 set circuit training) dengan interval 1 menit di antara latihan. Set circuit training diulang 3 kali dengan interval antar set 5 menit. Kelompok senam lansia melakukan senam lansia Menpora 2000. Kedua kelompok melakukan latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Outcome: VO2max dinilai dengan six minutes walking test. Hasil: Pada kelompok circuit training terdapat peningkatan yang bermakna pada VO2max dari 24,45+ 4,36 menjadi 26,61+ 4,20 (p=0,001). Namun, Tidak terdapat perubahan yang bermakna pada VO2max dari 22,39+ 3,62 menjadi 21,99+ 3,36 (p=0,202) pada kelompok senam lansia. Terdapat perbedaan yang bermakna pada perbedaan post test – pretest VO2max (p
Latar belakang : Masa remaja merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu usia 10 tahun sampai dengan 19 tahun. Pada tahap ini remaja mulai memperhatikan bentuk tubuh mereka dan mendambakan tubuh ideal untuk menarik lawan jenis. Perhatian terhadap diri ini mempengaruhi perkembangan positif atau negatif citra tubuh. Bentuk tubuh ideal yang didambakan perempuan yaitu ramping, berlekuk, kuat dan sehat sedangkan tubuh laki-laki ideal yaitu ramping, berotot dan sehat, oleh karena itu obesitas menimbulkan pertentangan antara harapan dan kenyataan pada bentuk tubuh dan menyebabkan ketidak-puasan terhadap penampilan. Pertentangan dalam diri ini kadang bisa menyebabkan depresi. Mereka yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya berusaha mendapatkan bentuk tubuh ideal dengan melakukan diet, menghindari makanan yang menggemukkan, membatasi makan dan berolah raga untuk menurunkan berat badan. Perilaku ini berisiko menyebabkan terjadinya gangguan makan. Tujuan : Menganalisis hubungan antara persepsi citra tubuh dan gejala depresi dengan kejadian gangguan makan pada remaja obesitas. Metode : Penelitian observasional dengan desain cross sectional pada 25 orang mahasiswa Kedokteran Universitas Diponegoro semester II dan IV menggunakan alat uji Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (BSRQ-AS), Beck Depression Inventory - II (BDI-II) dan Eating Attitude Test-40 (EAT-40). Hasil : Persepsi citra tubuh pada domain evaluasi penampilan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian gangguan makan. p = 0,01 < 0,05, OR = 23, dan CI95% = 3,382-156,396. Simpulan : Evaluasi penampilan memberikan pengaruh sebesar 23 kali terhadap kejadian gangguan makan. Kata kunci : obesitas remaja, citra tubuh, depresi, gangguan makan