Pendahuluan Kornea yaang transparan dan avaskuler diperlukan dalam fungsi penglihatan normal. Kornea yang transparan dipertahankan oleh keseimbangan faktor angiogenik dan antiangiogenik. VEGF berperan dalam angiogenesis. Terdapat peningkatan ekspresi VEGF pada neovaskularisasi kornea. Neovaskularisasi dapat dipicu trauma kimia. Bevacizumab dan Phaleria macrocarpa (DLBS1425) memiliki efek antiangiogenesis. Bevacizumab merupakan anti VEGF rekomendasi FDA. Phaleria macrocarpa (DLBS1425) menghambat ekspresi mRNA VEGF-C sel kanker payudara. Penelitian ini ingin mengetahui efektivitas antiangiogenesis DLBS1425 di bidang mata, dinilai dari ekspresi VEGF kornea tikus Wistar pasca trauma basa dibandingkan Bevacizumab. Tujuan Membuktikan DLBS1425 topikal 102 efektif menekan ekspresi VEGF kornea tikus Wistar pasca trauma basa. Metoda Penelitian ini merupakan true experimental post-test only design. Dua puluh empat ekor tikus Wistar mendapat paparan NaOH 1M dengan diameter 1 mm, dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok X diberi tetes Hyalub, kelompok X1 diberi tetes Bevacizumab konsentrasi 25mg/ml tiap 4 jam, kelompok X2 diberi tetes DLBS1425 konsentrasi 1x102 mg/ml tiap 4 jam, kelompok X3 diberi tetes DLBS1425 konsentrasi 1x102 mg/ml tiap 3 jam. Setelah 7 hari, dinilai ekspresi VEGF kornea secara imunohistokimia. Analisis statistik menggunakan uji Post-Hoc Games Howell. Hasil Penelitian Rerata ekspresi VEGF pada kelompok X=5.7, X1=4,63, X2=4,73, X3=5.3. Ekspresi VEGF kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (p=0,046), perbedaan bermakna terdapat pada kelompok Bevacizumab juga DLBS1425 konsentrasi 1x102 frekuensi tiap 4 jam. Kesimpulan DLBS1425 topikal 1x102 efektif terhadap ekspresi VEFG kornea tikus Wistar pasca trauma basa. Kata kunci: Phaleria macrocarpa, DLBS1425, Bevacizumab, VEGF, NaOH
Pendahuluan : Tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor risiko utama glaukoma. TIO yang tinggi menyebabkan cedera reperfusi yang ditandai dengan dikeluarkannya berbagai mediator inflamasi, yang jumlahnya besar yaitu Interleukin (IL)-6 dan IL-10. Baicalein merupakan suatu flavonoid yang memiliki efek menurunkan tekanan intraokuler dan antiinflamasi. Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar mediator inflamasi IL-6 dan IL-10 humor akuos dan TIO tikus Wistar model glaukoma dengan dan tanpa pemberian baicalein oral. Metode : Penelitian uji eksperimental laboratorium dengan rancangan post-test only randomized controlled group design menggunakan tikus Wistar model glaukoma. Empat belas tikus Wistar dibagi menjadi dua kelompok, kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan baicalein oral dengan dosis 150mg/kgBB/hari dengan keluaran kadar mediator inflamasi IL-6 dan IL-10 pada humor akuos dan perubahan tekanan intraokuler. Data dikumpulkan dan diolah menggunakan program SPSS 15.0 for windows. Hasil : Rerata kadar IL-6 kelompok kontrol (99,27±36,78 pg/ml). Rerata kadar IL-6 kelompok perlakuan (50,21±21,54 pg/ml). Rerata kadar IL-10 kelompok kontrol (13,92±5,52 pg/ml). Rerata kadar IL-10 kelompok perlakuan (5,86±1,64 pg/ml). Baicalein menurunkan kadar IL-6 dan IL-10 humor akuos tikus Wistar secara signifikan (P