Buku ini terbagi atas 3 bagian, antara lain: Bagian 1 Konsep dasar imuno-onkologi Bab 1. Perkembangan kanker dalam konteks imunologi Bab 2. Immunosurveillance dan immunoediting Bab 3. Mekanisme efektor sistem imun terkait kanker Bab 4. Lingkungan mikro tumor (Tumor Microenvironment, TME) Bab 5. Defek sistem imun terkait kanker Bab 6. Rekayasa imunologik pada kanker Bagian 2 Imuno-onkologi klinik Bab 1. Prinsip dasar imunoterapi kanker Bab 2. Antibodi monoklonal Bab 3. " Immune chekpoint" sebagai sasaran terapi kanker Bab 4. Cell-based immunotherapy Bab 5. Immune-related respon criteria dan immune-related adverse events Bab 6. imunoterapi pada berbagai keganasan Bagian 3 Laboratorium imuno-onkologi klinik Bab 1. Uji kuantitas sel imun Bab 2. Uji fungsi/aktivitas sel imun Bab 3. Pemrosesan sel imun Bab 4. Praktek manufaktur yang baik dan praktik laboratorium yang baik
Angka kejadian penyakit demam tifoid, di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, dari hasil penelitian penyakit ini lebih sering dijumpai pada kelompok umur anak-anak. Kejadian penyakit ini disebabkan oleh lokasi dengan sanitasi higiene dan sanitasi yang tidak memadai. Sedangkan untuk infeksi salmonelosis non tifoid, penyakit ini sering berkaitan dengan usaha produksi makanan skala besar yang rentan dengan pencemaran. Adapun materi yang dibahas pada buku ini adalah: Demam tifoid Sejarah demam tifoid Epidemologi Mikrobiologi salmonella Patologi demam tifoid Pemeriksaan laboratoris dan diagnosis demam tifoid Imunologi Patogenesis Manifestasi klinis Penyulit/komplikasi Diagnosa banding untuk penderita dengan dugaan demam tifoid (DT) Pengobatan demam tifoid Usaha pencegahan dan vaksin untuk demam tifoid Penyakit salmonellosis non tifoid yang lain /NTS
Latar belakang: Penderita PPOK mengalami kelemahan otot pernapasan sehingga latihan yang bertujuan meningkatkan kekuatan otot napas merupakan upaya terapi yang rasional. Latihan pursed lip breathing (PLB) berperan pada pola pernapasan dengan memperpanjang ekspirasi, mengurangi kapasitas residu fungsional, dan meningkatkan efisiensi ventilasi. Namun latihan PLB tidak meningkatkan kekuatan otot napas secara signifikan sehingga membutuhkan terapi tambahan. Penambahan latihan otot inspirasi dengan Threshold IMT dapat meningkatkan kekuatan otot inspirasi pada penderita PPOK. Tujuan : Membuktikan pengaruh penambahan Threshold IMT terhadap kekuatan otot inspirasi pada penderita PPOK yang mendapat latihan PLB. Metoda: Penelitian ini merupakan true eksperimental randomized pre and post test group design. Sampel adalah 20 pasien PPOK yang berobat di poliklinik paru RSUD Tugurejo, Semarang dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok control (n=10) dan kelompok eksperimental (n=10) masing-masing melakukan latihan PLB, 2 kali sehari, tiap sesi berlangsung 2 menit, dilakukan 5 hari seminggu, selama 6 minggu. Pada kelompok eksperimental mendapatkan penambahan latihan Treshold IMT 2 kali sehari, tiap sesi berlangsung 15 menit, dilakukan 5 hari seminggu, selama 6 minggu. Kekuatan otot inspirasi diukur sebelum dan setelah perlakuan. Hasil: Perbedaan selisih kekuatan otot inspirasi antar kelompok eksperimental dan kelompok control menunjukkan perbedaan yang bermakna (p
Latar belakang: Nyeri leher mekanik terkait penerbangan sering dijumpai pada para pilot dan kru helicopter militer. Didefinisikan sebagai nyeri leher akibat disfungsi biomekanik di leher atau punggung atas, atau bersumber ke sendi, otot, ligament, diskus atau jaringan lunak lainnya di leher. Penelitian sebelumnya melaporkan 70% pasien dengan nyeri leher kronis menunjukkan terdapatnya penurunan kekuatan dan ketahanan dari otot-otot sternokleidomastoideus dan otot-otot deep cervical flexor. Pressure biofeedback unit adalah meliputi isolasi dan kontraksi dari otot-otot tertentu, seperti pada otot-otot deep cervical flexor. Tujuan : Membuktikan apakah latihan deep cervical flexor dengan pressure biofeedback unit lebih baik dibandingkan dengan latihan deep cervical flexor konvensional dalam meingkatkan endurance otot leher pada kru helicopter dengan nyeri leher mekanik. Metoda: Penelitian ini merupakan eksperimental randomized pre and post test group design. Sampel adalah 26 kru helicopter skadron-31/serbu dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok perlakuan (n=12, 1 droupout) mendapatkan latihan deep cervical flexor dalam dengan pressure biofeedback unit sebanyak 12 kali selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali setiap minggu. Kelompok control (n=12, 1 dropout) melakukan latihan deep cervical flexor konvensional. Skor endurance dinilai dengan cranio cervical flexion test. Hasil: Hasil analisis data menunjukkan adanya perbaikan skor endurance pada kedua kelompok dan dari hasil penelitian didapatkan perbaikan yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan (p
Latar belakang: Risiko disfungsi diastolic dan sistolik pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin meningkat dan berhubungan dengan jumlah CD4 yang merupakan bagian dari system imunitas dan penanda progresifitas HIV. Global longitudinal strain (GLS) merupakan penanda sensitive yang dapat digunakan untuk menilai fungsi jantung subklinis. Hingga saat ini, pemeriksaan GLS belum rutin dilakukan pada penderita HIV dan penelitian mengenai korelasi antara jumlah CD4 dengan GLS pada HIV masih belum jelas. Tujuan : Mengetahui korelasi antara jumlah CD4 dengan Global Longitudinal Strain Atrium dan ventrikel kiri pada penderita Human Immunodeficiency Virus. Metoda: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode belah lintang. GLS atrium dan ventrikel kiri diperiksa menggunakan ekokardiografi dua dimensi. GLS atrium kiri dibagi menjadi reservoir, conduit dan atrial pump. Jumlah CD4 baseline dan nadir diperoleh dari rekam medis, sedangkan CD4 aktual dan CD4 percentage (CD4%) diperiksa pada saat penelitian. Hasil: Total 49 pasien HIV asimptomatik mengikuti penelitian dengan rerata umur 33,04±8,06 tahun, median lama diagnosis HIV dan terapi adalah 28 bulan. Median CD4 baseline, CD4 nadir dan CD actual adalah 168 sel/uL dan 392 sel/uL dengan rerata CD4 percetage adalah 18,12±9,42. Semua subyek penelitian memiliki fungsi diastolic dan sistolik normal. Rerata GLS ventrikel kiri adalah 16,93±0.69 dan GLS atrium kiri reservoir, conduit dan atrial pump masing-masing adalah 35,68±4,41, 20,86±3,74 dan 14,81±2,6. GLS ventrikel kiri berkorelasi positif dengan CD4 baseline (rs=0,313, p=0,029), CD4 nadir (rs=0,290, p=0,043), CD4 aktual (rs=0,487, p
Latar belakang: Kasus kekerasan dalam rumah tangga mengalami peningkatan tiap tahun, korban terbanyak adalah perempuan. Berdasarkan data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Maret 2019, jenis kekerasan terhadap perempuan (KtP) yang paling meninjol adalah Ranah Pribadi dan disebut KDRT yang mencapai angka 9.367 kasus. Pada kekerasan dalam rumah tangga yang paling menonjol adalah kekerasan fisik sebanyak 3.927 kasus. Tujuan : Mengetahui peran visum et repertum kekerasan dalam rumah tangga terhadap putusan pidana Pengadilan Negeri Kota Semarang. Metoda: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga, berdasarkan data salinan putusan Pengadilan Negeri Kota Semarang periode Januari 2015 hinga Desember 2019. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kasus kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 25 kasus, kasus terbanyak pada tahun 2016 sebanyak 7 kasus. Penggunaan visum et repertum pada putusan Pengadilan Negeri Kota Semarang sebanyak 19 kasus, resume medis sebanyak 6 kasus. Korban terbanyak adalah perempuan sebesar 23 kasus. Dari 19 visum et repertum, 12 visum et repertum dibuat oleh dokter umum, 5 dokter spesialis forensic dan 2 spesialis lain. Kualifikasi luka pada kesimpulan visum didapatkan 7 ringan dan 12 sedang. Putusan pidana didapatkan kategori kurang dari 4 bulan sebanyak 5 kasus dan kategori 4 bulan hingga 5 tahun sebanyak 14 kasus. Kesimpulan : Keberadaan visum et repertum menjadi penting dalam hakim memutuskan pidana karena membuktikan adanya luka atau kekerasan dan kualifikasi lukanya dengan kesesuaian alat bukti lain. Kata kunci: kekerasan dalam rumah tangga, visum et repertum, putusan pidana
Latar belakang: Diazinon 600 EC merupakan pestisida golongan organofosfat yang mempunyai cara kerja dengan menghambat fungsi enzim cholinesterase. Diazinon memiliki sifat kurang efektif terhadap organisme yang bukan target tetapi lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang. Hepar merupakan organ yang dapat terpengaruh karena merupakan organ yang bertugas untuk memetabolisme dan mengekskresi diazinon. Dalam beberapa penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa diazinon dapat meingmbulkan kerusakan histopatologi hepar dan mengganggu status biokimia. Tujuan : Untuk mengetahui efek diazinon dosis bertingkat terhadap cholinesterase darah dan gambaran histopatologi hepar tikus wistar. Metoda: Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Patologi Akurat Semarang sebagai tempat pengecatan dan pembacaan slide, Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai tempat pemeriksaan cholinesterase. Tikus wistar jantan jumlah 24 ekor dibagi dalam 1 kelompok control, 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan masing-masing diberi dosis 50 mg/kgbb, 100mg/kgbb dan 200mg/kgbb selama 7 hari. Pengambilan sampel cholinesterase secara intracardial 30 menit setelah tikus mati, pengamatan gambaran histopatologi hepar sesuai derajat kerusakan hepar (sel peradangan, perdarahan, nekrosis). Analisis data menggunakan SPSS, uji normalitas menggunakan Kolmogorov-smirnov, mengetahui perbedaan data normal menggunakan saphiro-wilk, dilanjutkan dengan uji parametric one way ANOVA, dengan nilai p≤0,05. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan antara nilai cholinesterase kelompok hewan coba dengan dosis 50 mg/kgbb dengan hewan coba pemberian dosis 100mg/kgbb dan dosis 200mg/kgbb (p
Buku ini membahas empat bab materi, adapun materi yang dibahas sebagai berikut: Bab 1. Proses Asuhan Gizi Tersandar Nutrition Care Process Proses asuhan gizi tersandar (PAGT) merupakan metode pemecahan masalah gizi yang sistematis yang dilakukaaaan oleh ahli gizi atau dietisen dengan berpiir kritis, sehingga asuhan gizi yang diberikan aman, efektif dan berkualitas. Bab 2. Konseling Gizi Merupakan rangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga membantu klien atau pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman yang dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien. Bab 3. Kegiatan Pre-internship Gizi Klinik Mempelajari tentang pengelolaan asuhan gizi klinik pada pasien rawat inap dan rawat jalan. Bab 4. Pelaksanaan Pre-internship Gizi Kegiatan Pre-internship Gizi terbagi tiga bagian: 1. Pre-internship Gizi Klinik 2. Pre-internship Gizi Institusi 3. Pre-internship Gizi Masyarakat
Gejala LUTS (lower Urinary tract symtoms) merupakan gejala yang sering terjadi pada orang dewasa yang berimbas pada kualitas hidup dan menjadi beban ekonomi. Luts biasanya berhubungan dengan obstruksi kandung kemih, disebabkan oleh pembesaran prostat akibat dari kondisi histologis BPH. Akan tetapi, peningkatan jumlah penelitian menunjukkan bahwa LUTS kadang tidak berhubungan dengan prostat. Adapun materi yang dibahas pada buku ini adalah: 1. Epidemiologi, etiologi, dan patofisiologi 2. Evaluasi diagnostik 3. Riwayat medis 4. Pemeriksaan fisik pemeriksaan colok dubur 5. Urinalisis 6. Prostate Specific Antigen (PSA) 7. Penilaian faal ginjal 8. Pencitraan 9. Mendiagnosis obstruksi kandung kemih 10. Pemeriksaan non-invasif untuk mendiagnosis obstruksi outlet kandung kemih pada pria dengan LUTS 11. Penatalaksanaan