Kurikulum menjadi bagian penting dari program pendidikan kedokteran dan profesi kesehatan yang merupakan refleksi visi-misi institusi dan program pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang handal. Kurikulum merupakan rancangan yang disusun secara sistematis dan menjadi pedoman bagi staff pengajar, peserta didik dan pengelola pendidikan untuk mengupayakan pengalaman belajar yang bermanfaat bagi peserta didik. Dalam buku referensi ini membahasa topik esensial dalam pengembangan kurikulum Program Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan. Buku terdiri dari 7 bagian yang meliputi : bagian 1 tentang prinsip dan langkah pengembangan kurikulum; bagian 2 tentang pengembangan kurikulum dalam konteks pendidikan undergraduate, postgraduate dan pendidikanb kedokteran berkelanjutan (continuing medical eductaion); bagian 3 tentang penjaminan mutu akademik; bagian 4 tentang evaluasi kurikulum dan program pendidikan; bagian 5 tentang lingkungan pembelajaran; bagian 6 tentang kepemimpinan dan manajemen perubahan dalam pendidikan kedokteran dan profesi kesehatan; dan bagian ke 7 merupakan bagian penutup.
Belajar dan mengajar adalah dua proses yang saling erat berkaitan. Pembelajaran suatu proses yang memfasilitasi terjadinya proses belajar. Buku ini adalah buku referensi yang didalamnya berupaya merangkum berbagai aspek dalam pengajaran dan pembelajaran di pendidikan kedokteran dan profesi kesehatan. Buku ini terdiri dari 8 bagian yang meliputi : bagian 1 tentang konsep pembelajaran dan pengajaran , bagian 2 tentang teori pembelajaran, bagian 3 tentang pengajaran dan pembelajaran di berbagai situasi, bagian 4 tentang metode pembelajaran aktif, bagian 5 tentang technology enhanced learning dalam pendidikan kedokteran dan profesi kesehatan, bagian 6 tentang dukungan dan bimbingan bagi mahasiswa, bagian 7 tentang pengembangan staf, dan bagian 8 adalah bagian penutup yang berisi tentang pengembangan ranah pengajaran dan pembelajaran dalam penelitian pendidikan kedokteran.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan salah satu pemeriksaan penunjang pencitraan diagnostik pada berbagai kelainan yang bisa timbul di tubuh manusia. Pada beberapa penyakit tertentu pemeriksaan USG bahkan direkomendasikan sebagai suatu program skrining khusus. Dalam perkembangannya alat USG berkembang sedemikian rupa sehingga tidak sebatas sebagai penunjang diagnostik saja, tetapi juga sebagai alat bantu terapi maupun tindakan medis lainnya. Buku ini terdiri dari 2 bagian utama yang selanjutnya terbagi lagi dalam bab-bab yang lebih spesifik. Bagian 1 tentang fisika dan instrumen ultrasonografi yang terdiri dari : bab 1 pendahuluan; bab 2 memahami peralatan dan prinsip ultrasonografi; bab 3 ekogenesitas, jendela akustik, dan orientasi gambar ultrasonografi; bab 4 panduan penggunaan ultrasonografi; dan bab 5 ultrasonografi doppler berwarna. Bagian 2 tentang aplikasi medis ultrasonografi pada praktik sehari-hari yang terdiri dari : Bab 6 peralatan, persiapan, dan teknik pemeriksaan USG abdomen-pelvis; bab 7 aplikasi ultrasonografi pada sistem hepato-pankreatik-biller dan limpa; bab 8 aplikasi medis ultrasonografi pada fraktur urinarius dan prostat; bab 9 aplikasi medis ultrasonografi pada bidang ginekologi; dan bab 10 aplikasi medis ultrasonografi pada organ di rongga abdomen.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan salah satu pemeriksaan penunjang pencitraan diagnostik pada berbagai kelainan yang bisa timbul di tubuh manusia. Pada beberapa penyakit tertentu pemeriksaan USG bahkan direkomendasikan sebagai suatu program skrining khusus. Dalam perkembangannya alat USG berkembang sedemikian rupa sehingga tidak sebatas sebagai penunjang diagnostik saja, tetapi juga sebagai alat bantu terapi maupun tindakan medis lainnya. Khusus di bidang leher, mengingat hampir semua organ-organ di leher dapat divisualisasikan dan dievaluasi melalui pemeriksaan USG leher. Buku ini terdiri dari 14 BAB yang meliputi : Bab 1 Pendahuluan; Bab 2 Anatomi dan Topografi Leher; Bab 3 Peralatan dan Teknik Pemeriksaan USG Leher; Bab 4 Parotis dan Kelenjar Liur Lainnya : Tinjauan Klinis; Bab 5 Pemeriksaan USG pada kelenjar liur leher; Bab 6 Pemeriksaan USG pada daerah sekitar kelenjar liur leher; Bab 7 Tiroid : tinjauan klinis; Bab 8 Pemeriksaan USG pada kelenjar tiroid dan paratiroid; Bab 9 Kelenjar getah bening leher : tinjauan klinis; Bab 10 Pemeriksaan USG pada kelenjar getah bening leher; Bab 11 Biopsi jarum halus dengan panduan USG; Bab 12 Elastografi kelenjar getah bening; Bab 13 USG elastrografi pada kelenjar tiroid; Bab 14 Pemeriksaan USG Doppler berwarna skrining pada sistem karotis & vertebralis. Dan ditutup dengan indeks.
Payudara adalah modifikasi dari kelenjar kulit yang terletak di bagian anterior dan lateral dari toraks. Perkembangan kelenjar payudara secara dramatis meningkat ketika pubertas, dengan bertambah panjangnya cabang dari duktus-duktus, terbentuknya acini bud, dan proliferasi yang dramatis dari duktur intraduktal. Sampai saat ini kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan manusia di seluruh dunia. Pemeriksaan yang dapat dimanfaatkan untuk diagnosis dini kanker payudara dan abnormalitas lainnya di sekitar aksila adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan mamografi. Buku ini menuangkan pengalaman klinis dan pencitraan diagnostik tahap demi tahap yang dilakukan oleh para penulis. Buku ini terdiri dari 14 BAB yang meliputi : BAB 1 Anatomi & tinjauan klinis payudara & aksila; BAB 2 Teknik pemeriksaan USG payudara & aksila; BAB 3 Sonoanatomi payudara & aksila normal; BAB 4 Prinsip dasar penggunaan BI-RADS ultrasonografi; BAB 5 Interpretasi USG payudara; BAB 6 Tumor jinak payudara & kelainan jinak payudara lainnya; BAB 7 Lesi payudara maligna; BAB 8 Ultrasonografi payudara pada berbagai kelainan sistemik; BAB 9 Pemeriksaan ultrasonografi elastografi pada tumor payudara; BAB 10 Automated breast ultrasound (ABUS); BAB 11 Pemeriksaan USG pascatindakan operasi atau radiasi; BAB 12 Ultrasonografi intervensi pada payudara; BAB 13 Ultrasonografi aksila; BAB 14 Penatalaksanaan mutakhir berbagai tumor payudara. Dan dilengkapi dengan indeks.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan salah satu pemeriksaan penunjang pencitraan diagnostik pada berbagai kelainan yang bisa timbul di tubuh manusia. Pada beberapa penyakit tertentu pemeriksaan USG bahkan direkomendasikan sebagai suatu program skrining khusus. Dalam perkembangannya alat USG berkembang sedemikian rupa sehingga tidak sebatas sebagai penunjang diagnostik saja, tetapi juga sebagai alat bantu terapi maupun tindakan medis lainnya. Buku ini memuat garis besar panduan dalam pemeriksaan organ-organ saluran kemih, prostat dan skrotum menggunakan USG. Selain itu, buku ini juga cukup banyak mengulas "step by step" tindakan intervensi di bidang urologi dan nefrologi, terutama tindakan biopsi ginjal dengan panduan USG atau tindakan aspirasi kumpulan cairan di ginjal atau di peri/pararenal dengan panduan USG. Buku ini terdiri dari 10 BAB yang meliputi : Bab 1 Pendahuluan; Bab 2 Aplikasi pemeriksaan USG pada ginjal & ureter; Bab 3 Aplikasi pemeriksaan USG Doppler berwarna pada ginjal; Bab 4 Aplikasi pemeriksaan USG transabdominal pada kandung kemih; Bab 5 Aplikasi pemeriksaan USG pada prostat & vasikula seminalis; Bab 6 Pemeriksaan ultrasonografi Doppler pada transpalantasi ginjal; Bab 7 Tindakan bipso ginjal dengan panduan USG; Bab 8 Tindakan intervensi urologi dengan panduan USG pada ginjal; Bab 9 Aplikasi pemeriksaan USG pada skrotum; Bab 10 Hal-hal yang perlu dilaporkan dalam pemeriksaan USG saluran kemih, prostat dan skrotum. Dilengkapi indkes dan lampiran.
Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun sistemik dengan predisposisi menimbulkan inflamasi pada kelenjar eksokrin, terutama kelenjar saliva dan lakrimal. Inflamasi ini dapat menimbulkan keluhan kekeringan pada permukaan mukosa, terutama di mata dan mulut. Sindrom Sjogren merupakan penyakit yang relatif baru ditemukan dibandingkan penyakit lainnya, sehingga kesadaran masyarakat dan pengetahuan tenaga medis mengenai penyakit ini masih cukup terbatas. Berbagai penelitian mengenai metode diagnosis dan tata laksana dari Sindrom Sjogren masih terus dikembangkan seiring dengan semakin majunya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini belum ada pedoman di Indonesia yang menjelaskan bagaimana melakukan diagnosis dan tata laksana dari sindrom Sjogren. Oleh karena itu, IRA membuat buku rekomendasi diagnosis dan pengelolaan sindrom Sjogren, dengan tujuan untuk memberikan suatu pedoman atau pegangan bagi para dokter yang akan menangani pasien-pasien dengan sindrom Sjogren. Kami juga berharap agar pembuatan rekomendasi ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan para tenaga kesehatan terhadap sindrom Sjogren, sehingga deteksi dini dapat dilakukan dan pasien dapat memperoleh penanganan sedini mungkin. Buku ini terdiri dari VII BAB, yang meliputi : BAB I Pendahuluan; BAB II Metode; BAB III Diagnosis; BAB IV Tata Laksana Umum; BAB V Tata Laksana Non Farmakologi; BAB VI Tata Laksana Farmakologi; BAB VII Prognosis. Dilengkapi dengan lampiran dan indeks.
Sklerosis sistemik (SSc) atau skleroderma adalah penyakit autoimun multisistem yang menyebabkan terjadinya vaskulopati, fibrosis kulit, dan fibrosis organ internal yang progresif. Manifestasi klinis SSc dapat bervariasi mengingat patogenesis penyakit yang bersifat sistemik sehingga diagnosis SSc sering terlambat ditegakkan dan pasien seringkali datang pada tahapan yang sudah lanjut. Komplikasi yang terjadi akibat SSc dapat terjadi pada berbagai organ sehingga peran dokter spesialis penyakit dalam sangat penting dalam diagnosis dan tatalaksana SSc. Mengingat manifestasi dan komplikasinya yang beragam diperlukan panduan bagi dokter untuk dapat melakukan deteksi dini dan melakukan penatalaksanaan yang tepat. Buku ini terdiri dari 4 BAB yang meliputi : Bab I. Latar Belakang; Bab II. Metode; Bab III. Penegakkan Diagnosis; Bab IV. Diagnosis Dan Tatalaksana Berdasarkan Keterlibatan Organ : Keterlibatan Kulit Pada Sklerosis Sistemik, Keterlibatan Vaskular Jari (Fenomena Raynaud dan Ulkus Jari) pada Sklerosis Sistemik, Keterlibatan Muskuloskeletal pada Sklerosis Sistemik, Penyakit Paru Intertisial pada Sklerosis Sistemik, Keterlibatan Jantung pada Sklerosis Sistemik, Hipertensi Arteri Pulmonal pada Sklerosis Sistemik, Keterlibatan Ginjal pada Sklerosis Sistemik, Keterlibatan Gastrointestinal pada Sklerosis Sistemik, Tatalaksana Keadaan Khusus pada Sklerosis Sistemik, Sistem Rujukan Dan Fungsi Konsultatif
Glukokortikoid merupakan salah satu jenis obat yang paling sering digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengobati berbagai penyakit termasuk di dalamnya adalah penyakit reumatik autoimun dan berbagai penyakit lainnya. Namun penggunaan kronis dari glukokortikoid dapat menimbulkan efek samping pada berbagai sistem organ, yang salah satunya adalah osteoporosis. Penyakit inilah yang kita sebut sebagai glucocorticoid-induced osteoporosis (GIOP). Diagnosis dini dan penatalaksanaan dari pasien GIOP menjadi penting untuk mempertahankan derajat fungsional, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah morbiditas pada pasien-pasien yang memperoleh terapi glukokortikoid dalam jangka panjang. Osteoporosis yang disebabkan oleh glukokortikoid ini disebut sebagai glucocorticoid-induced osteoporosis (GIOP) yang juga merupakan penyebab osteoporosis sekunder yang terbanyak. GIOP ini dibuktikan memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan kualitas hidup dan peningkatan morbiditas pada pasien dengan riwayat penggunaan glukokortikoid kronis, seperti pasien dengan penyakit autoimun dan reumatik. Buku ini terdiri dari 9 BAB, yang meliputi : BAB I Pendahuluan; BAB II Patogenesis GIOP; BAB III Mekanisme Kerja Obat Anti Osteoporosis; BAB IV Metode; BAB V Penapisan dan Penilaian Ulang terhadap GIOP; BAB VI Pencegahan GIOP; BAB VII Tata Laksana GIOP; BAB VIII Monitor dan Follow-up GIOP; BAB IX Diskusi.
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang sering dijumpai dalam praktik sehari-hari dan memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaannya karena dapat menyebabkan kerusakan sendi yang permanen dan disabilitas. OA lebih sering mengenai pasien usia dewasa sampai lanjut usia, terutama mereka yang memiliki berat badan berlebih dan dengan penambahan populasi usia lanjut serta perubahan gaya hidup yang cenderung sedenter, maka prevalensi OA akan semakin banyak. Saat ini, prevalensi penyakit ini bervariasi pada berbagai populasi di dunia. Data di Indonesia dari berbagai pusat pendidikan menunjukkan peningkatan jumlah pasien yang didiagnosis sebagai OA. OA dapat mengenai semua sendi dan paling sering melibatkan sendi lutut, panggul, dan tangan. Oleh karena itu, dalam rekomendasi diagnosis dan pengelolaan ini, kami akan membatasi lingkup OA pada lutut, panggul, dan tangan saja. Penegakan diagnosis OA secara dini akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengobatan. Saat ini sudah dikembangkan berbagai jenis terapi yang dapat digunakan dalam pengobatan pasien OA, baik dari segi non-farmakologis sampai dengan farmakologis. Pengelolaan OA yang tepat dan adekuat akan menghasilkan luaran yang baik dan mencegah komplikasi atau kerusakan sendi berat. Buku ini terdiri dari VII BAB, yang meliputi : BAB I Latar Belakang; BAB II Metode; BAB III Diagnosis; BAB IV Pemeriksaan Penunjang ; BAB V Pengelolaan Non Farmakologis ; BAB VII Pemantauan, Komplikasi, Prognosis, dan Rujukan.