INTEGRATED LIBRARY

Universitas Diponegoro

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Masuk
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Ditapis dengan

  • Tahun Penerbitan
    1 99819 931 9941 99819 931 9941 998 — 19 931 9941 9984 984 4979 966 99614 949 49519 931 994
  • Lokasi
    Lihat Lebih Banyak
Ditemukan 10000 dari pencarian Anda melalui kata kunci: author="Romie Priyastama"
Hal. Awal Sebelumnya 46 47 48 49 50 Berikutnya Hal. Akhir
cover
Perbandingan efektivitas fentanyl intravena dan oksikodon intravena sebagai analgetik pasca operasi modified radical mastectomy (MRM)
By Andy Prasetyo ; Himawan Sasongko ; Johan Arifin
-- Semarang : FK Undip, 2019

Pendahuluan : Sebagian besar pasien yang telah menjalani operasi, merasakan nyeri akut, nyeri pasca operasi yang berat, dan beberapa berlanjut melampaui masa pulih yang normal walau telah diberikan terapi obat. Operasi Modified Radical Mastectomy (MRM) diketahui dapat menyebabkan rasa sakit derajat sedang hingga berat sehingga membutuhkan modalitas analgetik opioid. Sulitnya mencari analgetik pasca operasi yang ideal adalah fakta bahwa rasa sakit pasca operasi bukanlah satu-satunya entitas yang jelas dan dapat sangat bervariasi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan hal tersebut di atas maka kami melakukan penelitian ini dengan membandingkan efek analgetik oksikodon dengan fentanyl sebagai analgetik pasca operasi. Tujuan : Mengetahui perbandingan efektivitas antara penggunaan Fentanyl intravena dan Oksikodon intravena sebagai analgetik pasca operasi MRM. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan uji klinis double blind randomized control trial pada pasien yang menjalani operasi MRM dengan anestesi umum dan analgesi infus kontinu. Pasien dikelompokkan menjadi kelompok yang menerima oksikodon dan kelompok yang diberikan fentanyl, kemudian dilakukan pengukuran NRS dan tanda vital pada jam ke-1, 6, 12, dan 24 pasca operasi; GDS pada jam ke-1 dan ke-6 pasca operasi; dan dilakukan penilaian efek samping opioid yang muncul. Analisis data menggunakan Uji T-independent dan Uji Mann Whitney menggunakan SPSS 17.00 for windows. Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan pada NRS saat diam dan bergerak pada jam ke-1,6, 12, dan 24; TDS pada jam ke-1 dan 6; TDD pada jam ke-1, 6, 12, selisih TDD jam ke-1 dengan jam ke-6 dan 12; laju nadi pada jam ke-1,6,12, dan 24, selisih laju nadi pada jam ke-1 dan ke 12; GDS pada jam ke-1. Terdapat efek samping bradikardi pada kelompok oksikodon. Kesimpulan : Analgetik oksikodon intravena lebih baik dibandingkan fentanyl intravena pasca operasi MRM dilihat melalui NRS yang lebih baik pada kelompok oksikodon dibandingkan fentanyl. Fentanyl terbukti lebih baik dalam mencegah kenaikan gula darah pasca operasi. Efek samping bradikardi dan mual muntah lebih banyak ditemukan pada kelompok oksikodon. Kata Kunci : Fentanyl intravena, Oksikodon intravena, NRS, GDS, TDS

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Perbandingan dexmedetomidine dan propofol pada angka kejadian desaturasi dalam tindakan MRI pasien anak
By Malla Nova Layuk ; M. Sofyan Harahap
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar Belakang: MRI telah menjadi alat diagnostik yang telah diterapkan secara luas untuk serangkaian penyakit anak. Pendekatan diagnostic non invasive, akurat, tetapi memakan waktu ini mengharuskan pasien anak bekerja sama sepenuhnya selama pemeriksaan, sehingga pemberian obat sedasi perlu dilakukan. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menilai perbedaan kejadian desaturase antara propofol dan dexmedetomidine sebagai obat sedasi dalam pemeriksaan MRI. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis randomized clinical trial dengan sampel yang didapatkan dengan cara consecutive random sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Total 24 pasien anak umur 1 bulan – 11 tahun dengan ASA 1 dan ASA 2 yang menjalani pemeriksaan MRI. Grop P (n=12) diberikan loading dose propofol (1mg/kg) dan diikuti dengan continuous infusion (25-75 µg/kgbb/menit). Group D (n=12) diberikan loading dose (1µg/kgbb/menit) dan diikuti dengan continuous infusion (0,5 µg/kgbb/menit). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (P

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Peran varian genetik MMP-9 terhadap hubungan kadar MMP-9 serum dengan ketebalan tunika intima carotis pada pasien stroke iskemik akut
By Ben Asiel Padang ; Dodik Tugasworo ; Amin Husni
-- Semarang : FK Undip, 2019

Pendahuluan : Peningkatan kadar MMP-9 serum telah diketahui merupakan biomarker kejadian aterosklerosis dan resiko penyakit cerebrovaskuler. Ketebalan tunika intima-media atau intima-media thickness (CIMT) arteri karotis interna yang diukur menggunakan ultrasound dapat menunjukkan adanya aterosklerosis, bahkan pada stadium awal sehingga dapat dipakai untuk mendeteksi terjadinya progresivitas aterosklerosis. Tujuan Penelitian : menilai prediktor terjadi stroke iskemik akut melalui ketebalan tunika intima carotis dan kadar MMP-9 serum pada pasien stroke iskemik akut dengan melihat latar belakang genetik. Material dan Metode : Penelitian cross sectional dengan pendekatan analitik observasional terhadap 44 subjek stroke iskemik akut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Agustus 2018 – Januari 2019. Analisis statistik dinilai dengan uji bivariat dan dilanjutkan dengan uji regresi logistik. Hasil : Dari 44 subyek penelitian didapatkan 29 (65,9%) subyek memiliki kadar MMP-9 serum tinggi. Pada pengukuran CIMT terdapat 17 (38,6%) subyek dengan nilai abnormal (>0,8 mm). Terdapat korelasi positif dan bermakna antara jenis kelamin dengan skor CIMT (p < 0,05). Terdapat korelasi positif dan bermakna antara jenis kelamin dengan kadar MMP-9 serum (p= 0,031). Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap perubahan skor CIMT adalah HDL (OR=4,125). Kesimpulan : Subyek dengan genetik CC yang mempunyai kadar MMP-9 tinggi sebagian besar mempunyai skor CIMT tidak normal. Pasien stroke infark dengan jenis kelamin lakilaki cenderung memiliki kadar MMP-9 serum dan skor CIMT yang abnormal. Kata kunci : MMP-9, CIMT, Genetik, Stroke infark

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan kadar serum MMP-9 dengan sejumlah faktor risiko stroke iskemik akut (Studi varian genetik MMP-9 rs3918242)
By Meyvita Silviana ; Dodik Tugasworo ; Amin Husni
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar Belakang : Peningkatan kadar MMP-9 serum telah diketahui merupakan biomarker kejadian aterosklerosis dan risiko penyakit cerebrovaskuler. Faktor risiko stroke iskemik akut diketahui memiliki keterkaitan dengan kadar MMP-9 serum. Varian genetik MMP-9 rs3918242 diketahui memilki peranan terhadap kadar MMP-9 serum. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan kadar serum MMP-9 dengan sejumlah faktor risiko stroke iskemik akut berkaitan dengan varian genetik MMP-9 rs3918242? Metodologi: Penelitian cross sectional dengan pendekatan analitik observasional terhadap 62 subjek stroke iskemik akut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Oktober 2018 hingga Februari 2019. Analisis statistik dinilai dengan uji bivariat dan dilanjutkan dengan uji regresi logistik. Hasil : Dari 62 subjek penelitian didapatkan 45 (72,6%) subjek memiliki kadar MMP-9 serum yang tinggi. Pada uji statistik hubungan kadar serum MMP-9 dengan faktor risiko stroke iskemik akut p didapatkan bermakna < 0,05 pada hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, obesitas, hiperurisemia. Terdapat korelasi positif kadar MMP-9 serum dengan sejumlah faktor stroke iskemik akut. Pada analisis multivariat didapatkan variabel yang paling berpengaruh ialah obesitas dan hiperurisemia. Varian Genetik CC memiliki peran terhadap hubungan kadar MMP-9 serum dengan faktor risiko stroke iskemik yakni hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, obesitas, hiperurisemia. Sementara varian genetik CT peran terhadap hubungan kadar MMP-9 serum dengan faktor risiko stroke iskemik yakni obesitas dan hiperurisemia. Kesimpulan : Varian genetik CC dengan kadar serum MMP-9 yang tinggi memiliki hubungan dengan faktor risiko stroke iskemik lebih banyak dibandingkan varian genetik CT dengan kadar serum MMP-9 yang tinggi sehingga kemudian varian genetik CC nampaknya lebih berisiko terjadinya stroke infark. Kata kunci : MMP-9, CIMT, Genetik, Stroke infark

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan Obstructive Sleep Apnea dengan fungsi kognitif
By Diah Puspitasari ; Herlina Suryawati ; Amin Husni
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar Belakang : Obstructive Sleep Apnea (OSA) semakin diakui sebagai masalah kesehatan penting dalam dua sampai tiga dekade terakhir. OSA dapat menyebabkan hipoksia, sleep fragmentation dan excessive sleepiness, yang pada akhirnya menyebabkan komplikasi termasuk gangguan kardiovaskuler, gangguan kognitif, diabetes mellitus dan gangguan mood. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara OSA dengan fungsi kognitif. Metodologi: Penelitian cross sectional dengan subyek pasien OSA dan non OSA yang melakukan pemeriksaan polisomnografi di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan mulai 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Januari 2019. Fungsi kognitif dinilai menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) setelah dilakukan pemeriksaan polisomnografi. Fungsi kognitif normal apabila hasil MMSE > 25, MMSE < 25 dikatakan fungsi kognitif terganggu. Data dianalisis dengan uji Pearson Chi-Square, hasil dianggap bermakna bila nilai p

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Status kadar plasminogen aktivator inhibitor tipe I pada berbagai derajat sindrom kaki diabetik (Studi belah lintang di RSUP Dr. Soeselo Kbupaten Tegal)
By Haris Dwi Setiawan ; Tjokorda Gde Dalem Pemayun
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar belakang: Sindrom kaki diabetik (SKD) merupakan bentuk komplikasi kronik baik makrovaskular maupun mikrovaskular diabetes melitus (DM). Disfungsi endotel pada diabetes melitus menyebabkan terjadinya perubahan struktur pembuluh darah, perubahan keseimbangan pro-trombotik dan perubahan keseimbangan sistem koagulasi dan fibrinolitik dalam darah. Peningkatan kadar plasminogen aktivator inhibitor-1 (PAI-1) mempunyai peranan penting dalam perubahan keseimbangan fibrinolitik pada DM. Metode: Penelitian belah lintang dilakukan melibatkan pengukuran plasminogen aktivator inhibitor tipe-1(PAI-1) serum (ng/mL), derajat luka menurut Wagner-Meggit dan skor ankle brachial index (ABI), indeks massa tubuh (IMT) dan onset DM. Ada 34 subyek penelitian dengan jenis kelamin pria 14 sampel dan wanita 20 sampel, dengan usia rata-rata 55,4 ± 8,5 tahun. Hasil: Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kadar PAI-1 serum pada berbagai derajat sindrom kaki diabetik (p

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Perbandingan profil kadar testosteron total serum pada pasien sindrom metabolik dengan diabetes melitus dan sindrom metabolik tanpa diabates melitus
By Alfan Bukhairi ; Tjokorda Gde Dalem Pemayun
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar belakang: Prevalensi sindrom metabolik saat ini semakin tinggi. Obesitas dan Diabetes Melitus (DM) adalah faktor utama dalam sindrom metabolik yang meningkatkan kejadian penyakit kardiovaskuler. DM, obesitas dan sindrom metabolik menjadi faktor risiko rendahnya kadar testosteron total serum. Metode: Penelitian belah lintang dilakukan dengan melakukan penapisan pasien dengan sindrom metabolik (kriteria NCEP ATP III) dan DM (kriteria perkeni). Pasien dibagi pada kelompok DM dan non DM. Dilakukan pengukuran kadar testosteron total serum (ng/ml) pada kedua kelompok. Hasil: Subjek penelitian 60 responden dengan sindrom metabolik terbgai atas 30 responden DM dan 30 responden non DM, didapatkan rerata testosteron total serum (0,05). Didapatkan adanya korelasi negatif kuat antara lingkar pinggang (cm) dengan kadar testosteron total serum di kelompok DM (r=-0,602), kelompok non DM (r=-0,734) dan total (r=-0,647). Kesimpulan : Kadar testosteron total rendah pada semua kelompok, tidak ada perbedaan kadar testosteron pada kelompok DM dan non DM. Ada korelasi negatif kuat antara lingkar pinggang dan kadar testosteron total. Kata kunci: sindrom metabolik, DM, diabetes melitus, testosteron

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Analisis MR-proadrenomedullin dengan biomarker dan sistem skor lain sebagai prediktor mortalitas sepsis di unit gawat darurat
By Fenda Adita ; M. Hussein Gassem ; Nur Farhanah
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar belakang: Sepsis masih menjadi permasalahan utama penyakit infeksi di dunia dengan mortalitas yang masih tinggi. Biomarker sepsis yang berkembang saat ini antara lain biomarker reaktan fase akut, koagulasi, vasodilatasi, reseptor, endotel dan sitokin/kemikin. MR-proadrenomedullin sebagai peptida aktif dari adrenomedullin meningkat pada pasien dengan sepsis maupun syok sepsis dan berhubungan dengan disfungsi organ. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kohort prospektif dengan subjek pasien sepsis di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Mei-Agustus 2019. Subjek penelitian diperiksa kadar MR-proadrenomedullin, NLCR, prokalsitonin, skor SOFA dan skor APACHE II, serta dievaluasi mortalitas dalam 28 hari. Hasil: Sebanyak 40 subjek yang terdiri dari 47,5% laki-laki dan rerata umur 58,02 tahun didapatkan mortalitas 28 hari sebesar 70%. Penyakit kardiovaskular menjadi komorbid terbanyak pada penelitian ini (65%). Asal sepsis mayoritas berasal dari komunitas (87,5%) dengan sumber infeksi terbanyak berasal dari pneumonia (100%). Kultur darah positif sebesar 32,5%. Uji Mann Whitney menunjukkan NLCR dan MR proadrenomedullin secara signifikan berpengaruh terhadap mortalitas pasien sepsis di unit gawat darurat. (OR 6,954, IK 95% 1,269-38,119, p=0,025 dan OR 4,227, IK 95% 1,269-38,119, p=0,046). Uji regresi logistik menunjukkan kombinasi NLCR, Mrproadrenomedullin dan skor APACHE menjadi kombinasi terbaik sebagai prediktor mortalitas sepsis. (AUC 0,899, IK95% 0,796-1,002, sensitivitas 89,29% dan spesifisitas 91,67%, p=0,000). Kesimpulan : MR-proadrenomedullin sebagai prediktor mortalitas sepsis lebih baik dibandingkan prokalsitonin, skor SOFA dan skor APACHE II, namun tidak lebih baik dibandingkan NLCR. Kombinasi Mrproadrenomedullin, NLCR dan skor APACHE II merupakan kombinasi terbaik sebagai prediktor mortalitas sepsis di UGD. Kata kunci: MR-proadrenomedullin, sepsis, mortalitas

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Hubungan rasio natrium/kalium urin sewaktu dan natrium urin 24 jam (studi pasien sirosis hati dengan asites di RSUP Dr. Kariadi Semarang)
By Elisabet Ratri Pangestuti ; Hery Djagat Purnomo
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar belakang: Sirosis merupakan penyebab tersering asites. Pedoman AASLD dan EASL merekomendasikan pembatasan konsumsi natrium harian 2 - 4,6 gram untuk meminimalkan perburukan retensi cairan pada asites. Salah satu tujuan terapi yaitu meningkatkan ekskresi natrium urin lebih dari 78 mmol per hari. Pemeriksaan rasio natrium/kalium urin sewaktu lebih praktis dibandingkan pengukuran ekskresi natrium urin tampung 24 jam. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan rasio Natrium/Kalium urin sewaktu dengan natrium urin 24 jam pada pasien sirosis dengan asites di RSUP Dr. Kariadi dan mendapatkan nilai cut-off terbaik untuk rasio Na/K urin. Metode: Penelitian belah lintang ini melibatkan 61 pasien sirosis hati dekompensasi dan asites. Hubungan rasio Natrium/Kalium urin sewaktu dengan natrium urin 24 jam dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Receiver operating characteristic (ROC) curve analysis digunakan untuk mentukan nilai cut-off terbaik rasio Na/K.urin sewaktu. Hasil: Subyek penelitian 61 pasien sirosis dengan asites terdiri dari 47 laki-laki (77%) dan 14 perempuan (23%), umur rerata 51 tahun. Didapatkan hubungan bermakna antara rasio natrium/kalium urin sewaktu dengan kadar natrium urin 24 jam (p=

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Faktor risiko kandiduria di RSUP Dr. Kariadi
By Inayati ; Subakir ; Purnomo Hadi
-- Semarang : FK Undip, 2019

Latar Belakang : Kandiduria merupakan infeksi saluran miksi yang disebabkan oleh Candida spp, yaitu dengan ditemukannya Candida spp dalan urin > 103 CFU/mL urin. Sekitar 10% hingga 15% infeksi saluran kemih di rumah sakit disebabkan oleh Candida spp dan prevalensi nya terus meningkat. Candida albicans mendominasi penyebab kandiduria yaitu sebanyak 50% sampai 70% kemudian diikuti oleh Candida glabrata dan Candida tropicalis. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional, retrospektif case control, dengan pendekatan simple random sampling. Jumlah sampel 166 dengan kultur urin positif Candida spp dan kultur urin non Candida spp di RSUP Dr. Kariadi periode 2018. Analisis data menggunakan analisis multivariate logistik regresi guna mendapatkan odd ratio.. Hasil : Setelah dilakukan multivariat regresi logistik didapatkan keganasan dengan nilai p=0,018 dan odd ratio 15,158 (1,591-144,371). Sedangkan diabates mellitus, pemakaian sitostatika dan kortikosteroid, lama pemakaian kateter dan penggunaan antibiotik beta laktam bukan merupakan faktor risiko kandiduria. Kesimpulan : Keganasan merupakan faktor risiko terjadinya kandiduria sebesar 15 kali lipat. Perlunya pemahamana kepada para klinisi bahwa pasien dengan keganasan perlu dilakukan skrining urin untuk kecepatan diagnosis dan penanganan kandiduria secara cepat. Kata kunci : Kandiduria, candida spp, faktor risiko

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
Hal. Awal Sebelumnya 46 47 48 49 50 Berikutnya Hal. Akhir
INTEGRATED LIBRARY
Universitas Diponegoro
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

As a complete Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System) has many features that will help libraries and librarians to do their job easily and quickly. Follow this link to show some features provided by SLiMS.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?