INTEGRATED LIBRARY

Universitas Diponegoro

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Masuk
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Ditapis dengan

  • Tahun Penerbitan
    1 99819 931 9941 99819 931 9941 998 — 19 931 9941 9984 984 4979 966 99614 949 49519 931 994
  • Lokasi
    Lihat Lebih Banyak
Ditemukan 10000 dari pencarian Anda melalui kata kunci: author="Plattz, Thedore A"
Hal. Awal Sebelumnya 326 327 328 329 330 Berikutnya Hal. Akhir
cover
Hubungan faktor risiko dan karakteristik aneurisma terhadap kejadian perdarahan intrakranial : Studi menggunakan CT angiografi
By A. Gunawan Santoso ; Heni Fatmawati
-- Semarang : FK Undip, 2016

Latar belakang : Ruptur aneurisma intrakranial merupakan penyebab tersering (85%) perdarahan subarahnoid (PSA) spontan, yang merupakan kegawatan medis dan dapat menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas. FAktor risiko dari pasien dan karakteristik aneurisma berguna dalam menunjang menajemen klinis dari aneurisma intrakranial. Multidetector computed tomography angiography (MDCTA), sebagai alat diagnostik non invasif, telah digunakan secara luas dalam imaging pembuluh darah otak. Tujuan : Mengetahui hubungan antara faktor risiko dan karakteristik aneurisma dengan kejadian perdarahan intrakranial yang didiagnosis menggunakan CT angiografi. Metode : Studi cross-sectional pada penderita dengan aneurisma intrakranial yang telah dilakukan pemeriksaan MDCTA dari data rekam medis di RSUP dr. KAriadi Semarang mulai Juli 2012 - Juni 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Faktor risiko diambil dari data rekam medik dan karakteristik (bentuk, lokasi, jumlah dan ukuran) aneurisma dievaluasi oleh dua orang spesialis radiologi yang independen dari hasil MDCTA. Analisis statistik bivariate menggunakan chi square. Hasil : Faktor risiko penderita aneurisma intrakranial yang mengalami pendarahan intrakranial terbanyak berusia < 60 tahun 66,7%, laki-laki 66,7%, hipertensi 77,3%, dan merokok 85,7% sedangkan karakteristik aneurisma terbanyak pada bentuk sakular 68,9%, berukuran > 7 mm serta 87,5% berlokasi di sirkulasi posterior 66,7% dan tunggal 66,7%. Kesimpulan : Faktor risiko yang berhubungan dengan perdarahan intrakranial pada pasien aneurisma adalah hipertensi dan karakteristik aneurisma (bentuk, lokasi, jumlah dan ukuran) tidak berhubungan dengan kejadian perdarahan intrakranial. Kata kunci : aneursima intrakranial, MDCTA, faktor risiko dan karakteristik aneurisma

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Aesthetic otoplasty : Thomas Proc in face plastic surgery
By Peter Adamson ; Jason Litner
-- USA : People\'s Medical Publishing House, 2011

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Esensial
By Karen J. Marcdante ; Robert M. Kliegman ; Hal B. Jenson ; Richard E. Behrman
-- Singapura : Elsevier, 2011

Ketersediaan3
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Pengaruh pemberian parasetamol dan deksketoprofen terhadap kadar prostaglandin pada tikus wsitar
By Heru Dwi Djatmiko ; Johan Arifin ; Pradana Bayu Rakhmatjati
-- Semarang : FK Undip, 2016

Latar belakang : Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Prinsip dasar penatalaksanaan nyeri akut harus ditujukan mencegah terjadinya sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral. HAl ini bisa dicapai jika penanganan nyeri sebelum terjadinya nyeri itu sendiri. Tujuan : Membuktikan pengaruh pemberian deksketoprofen dan parasetamol intravena sebelum dan setelah insisi pada tikus wistar terhadap kadar prostaglandin. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental desain randomized pre and post test only control group design. Sampel adalah 14 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 (K1) merupakan kelompok yang diberi deksketoprofen 0,9 mg intravena sebelum insisi dan kelompok 2 (K2) merupakan kelompok yang diberi parasetamol 18 mg intravena sebelum insisi. Pengambilan sampel berupa serum darah untuk pemeriksaan kadar prostaglandin dilakukan sebelum pemberian deksketoprofen maupun parasetamol dan pemberian dilakukan 30 menit sebelum dilakukan insisi, 1 jam pasca insisi dilakukan pengambilan sampel darah pada kedua kelompok guna membandingkan kadar prostaglandin pre dan post insisi. Uji statistik normalitas data dengan Shapiro-wilk, pre and post dengan pair t test dilanjutkan wilcoxon. Uji beda K1 dan K2 menggunakan independent t test dan man whitney. Hasil : Rata-rata kadar prostaglandin pada kelompok 1 sebsar 4811,08 + 1180,39 (pre test) dan 1022,75 + 667,2 (post test). Kelompok 2 2271,53 + 1555,96 (pre test) dan 544,63 + 446,49 (post test). Pada uji beda kadar prostaglandin dengan uji paired T-test didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok K1 pre dan post (p=0,001) dan kelompok k2 juga didapatkan berbeda bermakna pada pre dan post (p=0,018). Pada uji selisih penurunan antar kelompok K1 dan kelompok K2 terdapat kadar prostaglandin dengan menggunakan uji Independent T-test didapat hasil yang berbeda bermakna (p=0,024). Kesimpulan : Deksketoprofen dan parasetamol dapat digunakan untuk menurunkan kadar prostaglandin dimana deksketoprofen memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar prostaglandin yang lebih baik dibandingkan parasetamol. Kata kunci : deksketoprofen, parasetamol, prostaglandin

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Buku Ajar Berwarna Histologi = Color Textbook of Histology
By Leslie P. Gartner ; James L. Hiatt ; Sugito Wonodirekso ; Isnani A.S. Suryono ; Lia Damayanti
-- Singapura : Elsevier Saunders, 2014

Ketersediaan5
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Dasar-dasar Anatomi Gray
By Richard L. Drake ; A. Wayne Vogl ; Adam W. M. Mitchell ; Viskasari Pintoko Kalanjati
-- Singapura : Elsevier, 2014

Ketersediaan2
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
KESEHATAN MASYARAKAT TEORI DAN APLIKASI
By Umar Fahmi Achmadi
-- Jakarta : Raja Grafindo, 2013

Ketersediaan3
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Validitas skor Apache II, MSOFA dan SAPS 3 terhadap mortalitas pasien non bedah di perawatan intensif dewasa RSUP dr. Karyadi Semarang
By Danu Soesilowati ; Nur Hajriya Brahmi ; Jati Listiyanto Pujo
-- Semarang : FK Undip, 2016

Latar belakang : Terdapat berbagai model sistem severity of illness, digunakan untuk memprediksi mortalitas, keefektifitasan dan lama rawat di perawatan intensif, memprediksi jumlah perawat yang secara efektif dapat menangani pasien, banyaknya pasien yang dirawat dirumah sakit, penghitungan beban biaya kesehatan dan salah satu komponen evaluasi performance ICU. Diperlukan penilaian validitas antara sistem severity of illness sehingga dapat diterapkan secara maksimal di perawatan intensif. Tujuan : Membandingkan validitas sistem skoring APACHE II, MSOFA dan SAPS 3 terhadap mortalitas pasien ICU non bedah di RSUP dr. Kariadi Semarang. Metode : Penelitian ini adalah uji diagnostik dengan desain kohort retrospektif. Sampel sebanyak 135 sampel dipilih berdasarkan simple random sampling, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Missing value yakni bilirubin dinilai dan dipertimbangkan dalam interpretasi data. Validitas diperoleh dengan melakukan kalibrasi dan diskriminasi dari hasil penelitian kemudian dibandingkan antara hasil yang didapat. Normalitas data menggunakan uji kolmogorov smirnoff, sementara homogenitas menggunakan uji Levenne. Sampel dikalibrasi dengan uji Hosmer LAmeshow goodness of fit C dan area under the receiver operating curve. Penilaian diskriminasi dilakukan dengan uji diagnostik dengan membuat tabel 2x2 dengan komponen pasien outcome, dengan model parsimoni dari tiap-tiap model skoring. Hasil : Kurva ROC memberikan nilai auROC untuk scoring APACHE II, MSOFA dan SAPS 3 dengan hasil 0,7981, 0,7620, 0,785. Dari hasil tersebut, ketiga penilaian berada pada nilai baik. APACHE II lebih sensitif (83,3%) dari pada MSOFA (82,6%) maupun SAPS 3 (79,6%). Kesimpulan : Sistem skoring APACHE II, MSOFA dan SAPS 3 cukup baik untuk digunakan sebagai mortalitas dengan APACHE II lebih valid dibandingkan MSOFA dan SAPS 3. Kata kunci : validitas, APACHE II, MSOFA, SAPS 3

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Cardiovascular intervention : a companion to Braunwald's Heart Disease
By Deepak L. Bhatt
-- Philadelphia : Elsevier, 2016

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Color Atlas and Synopsis of Cardiovascular MR & CT
By Subha V. Raman ; William T. Abraham
-- New York : Mc. Graw Hill Education, 2014

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
Hal. Awal Sebelumnya 326 327 328 329 330 Berikutnya Hal. Akhir
INTEGRATED LIBRARY
Universitas Diponegoro
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

As a complete Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System) has many features that will help libraries and librarians to do their job easily and quickly. Follow this link to show some features provided by SLiMS.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?