Latar Belakang: Kejadian Cidera Ginjal Akud (CGA) merupakan komplikasi yang sering ditemukan pasca bedah pintas arteri koroner (BPAK), yang berkaitan dengan peningkatan angka morbiditas , mortalitas dan biaya kesehatan selama dirawat di rumah sakit. Angka kejadian CGA Pasca BPAK cukup tinggi yaitu antara 9- 40%. Identifikasi komponen Perioperatif faktor resiko terhadap kejadian CGA pasca BPAK menjadi sangat Penting dalam menurunkan angka komplikasi pasca BPAK. Tujuan: Penelitrian ini bertujuan untuk mengidentifikasi afaktor resiko kejadian CGA passca BPAK. Metode :Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang mengikutsertakan seluruh pasien yang menjalani BPAK di RSUP Dr Kariadi Semarang Periode Januari 2015- Desember 2018 yang masuk kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi . Semua data karakteristik dasar dicatat dan dinilai yang mengalami cidera ginjal akud berdasarkan kriteria KDIGO. Analisis regresi logistik dilakukan untuk menentukan faktor risiko independen. Hasil: Penelitian Ini mengikut sertakan 105 subjek dan 82,2% sebjek adalah laki- laki dengan rerata usia subjek penelitian adalah 55,97 kurang lebih 8,65 tahun, kemudian didapatkan angka kejadian CGA pasca BPAK di RSUP Dr Kariadi Semarang sebesar 35,2% sebanyak 4 faktor resiko ditetapkan sebagai faktor resiko independen terhadap kejadian yaitu diabetes melitus (OR 8,264; IK 95% 1,95- 35,01; p=0,004) hipertensi (OR 34,37; IK 95% 8,25-143, 16; p__75 menit, AoXT> 56 menit, dan hipotensi pasca operasi tidak terbukti sebagai faktor risiko independen Kesimpulan: Faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, estimasi laju filtrasi glomerulus
ABSTRAK Latar Belakang: Operasi laparotomi histerektomí merupakan salah satu operasi yang dikaitkan dengan komplikasi nyeri pasca operasi maka manajemen nyeri adckuat sangat dibutuhkan. Analgetik epidural merupakan analgetik pilihan yang dipakai hingga saat ini. Belum ada penelitian yang mengevaluasi perbandingan efektivitas oksikodon dan dexmedetomidine sebagai adjuvan bupivakain epidural pada pascaoperasi laparotomi histerektomi di Indonesia dan khususnya di RSUP dr Kariadi Semarang. Tujuan: Membandingkan efektivitas dan efek samping antara oksikodon dengan dexmedetomidine sebagai adjuvan bupivakain epidural untuk analgetik pada pascaoperasi laparotomi histerektomi. Metode: Dilakukan penelitian studi komparatif terhadap 42 pasien dengan operasi laparotomi histerektomi yang memenuhi kriteria penelitian. Pasien dibagi menjadi dua kelompok; kelompok 1 mendapatkan bupivakain 0,125 % epidural kontinu dengan adjuvan oksikodon sebesar 1,4mg/kgBB setelah operasi, selama 48 jam. Sedangkan kelompok 2 mendapatkan bupivakain 0,125% epidural kontinu dengan adjuvan dexmedetomidine melalui infus epidural sebesar 0,7mcg/kgBB. Dilakukan pencatatan Skor NRS, tekanan darah sistolik diastolik, laju nadi, laju napas, dan efek samping Hasil: Kedua kelompok sebanding dalam hal tekanan darah sistolik diastolik, laju napas, dan efek samping. Tetapi dalam hal skor NRS pada jam ke- 48 kelompok dexmedetomidine lebih rendah dan bermakpna dengan p
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KADAR CARBOXY-TERMINAL PRPEPTIDE OF TYPE I PROCOLLAGEN DENGAN DERAJAT FIBROSIS KATUP MITRAL PADA PENDERITA PENYAKIT KATUP JANTUNG REMATIK Latar Belakang ; Romedeling matriks ekstraseluler yang berhubungan dengan fibrosis katup mitral pada penderita penyakit katup jantung rematik (PJKR) masih belum banyak diteliti. Carboxy-terminal propeptide of type I procollagen (PICP) merupakan biomarker penanda sintesis kolagen yang telah terbukti berhubungan dengan fibrosis kardiak. Karitis rematik pasca demam rematik akut (DRA) akan menyebabkan PJKR kronis yang ditanai engan katup yang fiibrotik. Hubungan antara kadar PICP dan derajat fibrosis katup mitral pada penderita PJKR belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara kadar PiCP dan derajat fibrosis katup mitral pada penderita PJKR. Metode ; Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang pada pasien PJKR dengan katup mitral rematik yang menjalani bedah ganti katup mitral (BGKM) . Kadar PICP diperiksa sebelum pasien menjalani BMGK dengan metode enyzme-linked immunsorbent assay (ELISA) . Fibrosis katup mitral dinilai secara hisopatologi dan spesimen katup mitral yang dieksisi saat operasi BGKM. Area fibrosis dihitung dengan sistem analisis kuantitatif menggunakan software ImageJ. Hasil ; dari 25 subyek diapatkan rerata kadar PICP adalah 1158-+ 569,53 ; 968 (531-2539) ng/ml. Reranta area fibrosis pada subyek adalah 71,2 -+ 12,34 ; 74,65 (43,26 - 90,25)%. Uji korelasi Spearman antara kadar PICP yang lebih rendah. Kesimpulan ; Kadar PICP berkorelasi positif dengan derajat fibrosis katup mitral penderita PJKR. Kadar PICP >- 917NG/ML MEMPREDIKSI KEJADIAN FIBROSIS LEBIH BERAT. Kata kunci : Penyakit Katup Jantung Rematik, carboxy-terminal propeptide of type I procollagen, fibrosis.
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA ASIMETRIK DIMETHYLARGININE SERUM DENGAN POLA GEOMETRI VENTRIKEL KIRI JANTUNG PADA PREEKLAMPSIA BERAT Latar Belakang: Asymmetric dimethylarginine (ADMA) serum merupakan inhibitor endogen terhadap Nitric oxide synthase (NOS) dan mediator disfungsi endotel diberbagai organ, beberapa studi menggunakan obat kardiovaskular dan semua penyebab kematian. Preeklampsia Berat (PEB) pasca persalinan lebih dari 3 bulan, melalui hubungan antara kadar serum ADMA dengan pola geometri ventrikel kiri dengan pengukuran ekhokardiografi (indeks massa ventrikel kiri, indeks volume ventrikel kiri, indeks volume ventrikel kiri, dan ketebalan dinding relatif). Metode: Observasional analitik dengan studi cross sectional. Sebanyak 20 subjek PEB pasca persalinan lebih dari 3 bulan memeriksa serum ADMA (metode ELISA) dan pemeriksaan ekhokardiografi menggunakan Phillips Epic 7 Hasil: Penelitian ini sebanyak 13 (65%) subjek onset awal dan 7 (35%) subjek PEB onset lambat. Volume stroke (SV), cardiac output (CO), cardiac Index (CI), fungsi sistolik LV, fungsi diastolik LV, dan fraksi ejeksi (EF) semua subjek dalam batas normal, akan tetapi resistensi sistemik vaskular (SVR) dari 19 (95) %) subjek masih tinggi. Rerata ADMA serum: 0,63; (0,5-0,97umol / L). Korelasi bermakna antara serum ADMA dengan LVMI (-0,531, p 0,016). Korelasi tidak bermakna antara serum ADMA dengan LVVI dan RWT (masing-masing, r-0,123, p- 0,604; r-0,116, p- 0,626). Ada hubungan antara serum ADMA dengan geometri ventrikel kiri (r - 0,619, p-0,004). Sebagian besar subjek memiliki kadar ADMA serum 20,64 umol / L. Didapatkan 16 subjek memiliki geometri ventrikel kiri tidak normal (renovasi 35% dan konsentrik hipertrofi 45%). Kesimpulan: Didapatkan hubungan antara kadar ADMA serum dengan pola geometri ventrikel kiri. Kata Kunci: dimethylarginine asimetris, preeklampsia berat, geometri ventrikel kiri, indeks massa ventrikel kiri, indeks volume ventrikel kiri, ketebalan dinding relatif
Latar Belakang: Intervensi koroner perkutan (IKP) Pada lesi chronic total occlusion (CTO) dikenal sebagai tindakan yang sulit dengan angka keberhasilabn lebuih erendah dan resiko komplikasi periprosedural lebihh tinggi. operator disarankan melakukan penelitian aigeogram secaera seksama karena beberapa karakter lesi CTO merupakan prediktor keberhasilan IKP adanya model skor prediksi yang sederhyana dapat dapat membantu langkah penilaian awakl ini. beberapa model skor prediksi te;lah disusun namun belum pernah divalidasi maupun dikembangkan dipopulasi indonesia. Metode: Sebanyak 200 subjek bPenelitian yang menjalani IKO pada lesi CTO dianalisis karakteristik lesinya. analisis vibariat dan mu;ltivariat dilakukan untuk mencari prediktor keberhasilan IKP kemudian dikemangkan menjadi model skor prediksi. keberhasilan IKP duidefinisikan sebagaui terpasangnya stent dengan residual stenosis