Latar belakang : Trombosis vena dalam (TVD) sering terjadi pada pasien yang mengalami kanker dan berhubungan dengan prognosis yang buruk serta penurunan kualitas hidup, sehingga deteksi dini memiliki pernanan yang sangat penting. Peran skor Khorana dan protombin fragmen 1+2 telah lama diketahui untuk memprediksi TVD. Protombin fragmen 1+2 merupakan suatu peptida yang secara langsung menggambarkan kadar trombin, karena fragemn ini disekresikan ketika faktor Xa mengaktifkan protombin menjadi trombin. Hal tersebut menjadikan protombin fragmen 1+2 lebih spesifik untuk mengetahui aktivitas koagulasi dan bermanfaat dalam menjelaskan kondisi hiperkoagulabilitas pada kanker. Tujuan penelitian : Mengetahui peran skor Khorana dan protombin fragmen 1+ 2 sebagai prediktor trombosis vena dalam (TVD) pada pasien kanker. Metode penelitian : Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Data didapatkan dari 39 pasien kanker yang belum pernah menjalani kemoterapi dan diobservasi selama 3 bulan untuk mengevaluasi munculnya TVD. Risiko TVD ditentukan dengan skor Khorana dan protombin fragmen 1+2. Uji Mann Whitney digunakan untuk membuktikan hubungan antara skor Khorana, protombin fragmen 1+2 dan kombinasi keduanya terhadap kejadian TVD. Uji regresi logistik digunakan untuk menentukan probabilitas TVD pada pasien kanker. Hasil : Dari 39 pasien, didapatkan 4 pasien mengalami TVD. Protombin fragmen 1+2 memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian TVD, baik sebelum kemoterapi (p=0,001) maupun setelah kemoterapi (p=0,005). Probabilitas terjadinya TVD pada pasien dengan kadar protombin fragmen 1+2 yang meningkat (≥ 233,5 pmol/L) pada 3 bulan pertama adalah 82,1% (OR, 1.0;95% CI, 1,001-1,011.0; p=0,018). Skor Khorana terbukti tidak berhubungan secara signifikan dengan TVD (p=0,268). Probabilitas terjadinya TVD pada kombinasi skor Khorana dan protombin fragmen 1+2 (skor ≥3) adalah 80,1 % (OR, 2,63;95% CI,0,94-7,35.);p=0,065). Simpulan : Protombin fragemn 1+2 berperan sebagai prediktor terjadinya TVD pada pasien kanker, dan jika ditambahkan sebagai salah satu biomarker dalam skor Khorana dapat meningkatkan nilai prediktor terjadinya TVD. Kata kunci : skor Khorana, protombin fragmen 1+2, TVD pada pasien kanker
Latar belakang : DM merupakan penyakit yang mempunyai keterkaitan dengan fatty liver serta peningkatan dari kadar TNF α. DM yang di induksi hiperglikemia dengan NAFLD bisa secara signifikan meningkatkan pelepasan TNF α. Tujuan penelitian : Mengetahui hubungan status glikemik dan TNF α pada pasien DM dengan NAFLD (Non Alcoholic Fatty Liver Disease) dan bukan NAFLD. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Subyek penelitian adalah pasien DM yang datang di poliklinik penyakit dalam / rawat inap. Subyek penelitian memnuhi kriteria NAFLD dan bukan NAFLD yaitu dari hasil pemeriksaan USG dan dari anamnesis tidak ada riwayat konsumsi alkohol. Variabel yang digunakan adalah pengukuran status glikemik (GD I /GD II, HbA1C) dan status kadar TNF α. Hasil : Bahwa terdapat perbedaan status glikemik dan status kadar TNF α antara pasien DM dengan NAFLD dan bukan NAFLD. Indikasi rata-rata umur dan jenis kelamin pada pasien tidak memberikan pengaruh yang nyata pada hasil pemeriksaan. Namun pada pasien dengan NAFLD memiliki nilai kadar GD I yang lebih tinggi pada rata-rata 201,5 mg/dL dibandingkan dengan pasien bukan NAFLD yaitu 111 mg/dL. Sedangkan pada kadar GD II antara pasien DM dengan NAFLD dan bukan NAFLD tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Status glikemik HbA1c pada pasien DM dengan NAFLD adalah sebesar 7,2%, hal ini lebih besar nialainya jika dibandingkan pada pasein DM bukan NAFLD adalah sebesar 6,1%. Status kadar TNF α pada pasein DM dengan NAFLD lebih tinggi yaitu 17,94 pg/mL sedangkan pada pasien bukan NFLD yaitu 6,48 pg/mL. Simpulan : Status glikemik kadar GD I dan HbA1c serta status kadar TNF α pada pasien DM dengan NAFLD memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasein DM bukan NAFLD. Kadar GD II tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada pasien DM dengan NAFLD dan bukan NAFLD. Ada hubungan status glikemik dan TNF α pada pasien DM dengan NAFLD. Kata kunci : glikemik, kadar TNF α. Diabetes mellitus, NAFLD
Pendahuluan : Pada postmortem terjadi beberapa proses perubahan pada tubuh. Pemberian gramaxone dengan dosis LD50 dan LD100 pada postmortem pada 0 jam, 12 jam dan 24 jam dilihat dari gambaran histopatologi. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran histopatologi paru dalam dosis LD50 dan LD100 pada rentang waktu postmortem yang berbeda (0 jam, 12 jam dan 24 jam). Material dan metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Keluaran (outcome) yang dinilai adalah gambaran histopatologi jaringan paru dalam dosis gramaxone LD50 dan LD100 pada rentang waktu postmortem yang berbeda (0 jam, 12 jam dan 24 jam). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Coba Hewan Universitas Negeri Semarang, dengan 36 sampel. Gambaran histopatologi kerusakan paru dengan kriteria modifikasi sistem skoring. Untuk melihat perbedaan diantara kelompok menggunakan uji Kruskal-Wallis, selanjutnya akan dilakukan uji Mann-whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan. Uji dikatakan signifikan bila nilai P ≤ 0,05. Hasil Penelitian : Dari uji Kruskal-Wallis pada perbedaan edema didapatkan nilai P = < 0,001, pada perbedaan luas perdarahan didapatkan nilai P = < 0,037 dan perbedaan penebalan septum alveoli didapatkan nilai P = < 0,025, sedangkan perbedaan sebaran leukosit didapatkan niali P = < 0,239. Kesimpulan : Terdapat perbedaan gambaran histopatologis paru-paru tikus wistar dengan edema, luasnya perdarahan dan penebalan septum alveoli setelah pemberian gramaxone dengan LD50 dan LD100, kecuali untuk sebukan leukosit tidak didapatkan perbedaan yng signifikan. Kata Kunci : gramaxone, toksikologi, histopatologi, paru
Latar belakang : Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah peradangan kronik pada celah sebagian / seluruh mukosa telinga tengah dan rongga mastoid yang ditandai dengan kelaurnya cairan dari telinga (otore) melalui perforasi membrane timpani. Kurangnya perhatian tentang kesehatn telinga dapat menyebabkan berbagi gangguan seperti penyakit telinga luar, tengah dan gangguan pendengaran. Prevalensi OMSK anak di negara Nigeria 2,5%, India 7,8%, Korea 0,6% dan Indonesia 3,9%. Kondisi kesehatan telinga anak dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang dilakukan oleh orang tua atau pun anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan perkambangan anak diantaranya pengetahuan, sikap, nilai, norma, budaya, agama, sarana dan prasarana dan kebiasaan setempat serta perilaku orang tua dalam mendidik anak yang terangkum dalam faktor predisposisi. OMSK anak ditemukan lebih tinggi yang tinggal di pinggiran kota, berasal dari orang tua dengan tingkat ekonomi rendah dan berpendidikan rendah. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua anak OMSK. Metode : Jenis penelitian dengan desain pretest-post test one group design untuk mengetahui pengaruh konseling kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua MSK. Penelitian dilakukan di Puskesmas Bandarharjo Semarang. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua penderita OMSK naka < 7 tahun, sedangkan populasi terjangkau adalah semua penderita dan orang tua penderita dalam periode penelitian. Sampel penelitian adalah semua penderita penyakit OMSK kurang dari 7 tahun. Data pemeriksaan orang tua pasien OMSK sebelumnya diberikan kuesioner pre test terlebih dahulu kemudian diberikan informasi dan leaflet tentang OMSK, selang 2 minggu diberikan post test dengan kuesioner yang sama. Hasil : Konseling terbukti meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku. Masing-masing karakteristik ibu (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, jarak rumah ke Puskesmas, fasilitas transportasi ke puskesmas, adanya pengasuh selain ibu, dan aktifitas ibu di posyandu) berpengaruh terhadap peningkatan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku. Simpulan : Konseling kesehatan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dan anak OMSK. Usia ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan ibu masing-masing berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu anak OMSK. Jarak ke puskesmas, fasilitas transportasi ke puskesmas, pengasuh selain ibu dan aktifitas ibu di posyandu masing-masing berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu anak OMSK. Kata kunci : OMSK, pengetahuan, sikap, perilaku, konseling
Bagian I: Fundamental terdiri dari; garis besar sistem endokrin, hipotalamus dan kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, pankreas, pengaturan hormon, kontrol endokrin terhadap keseimbangan cairan, peranan sistem endokrin dalam homeostasis kalsium, peran sistem endokrin dalam pertumbuhan, peran sistem endokrin dalam sistem reproduksi, konsep dasar metabolisme, metabolisme energi bagianI, metabolisme energi II, metabolisme karbohidrat, metabolisme dan transpor lipid, metabolisme protein, purin primidin dan mikronutrien, pencernaan dan keseimbangan energi, nutrisi-vitamin, nutrisi-mineral dan mikronutrien. Bagian II: Anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang terdiri dari; anamnesis pemeriksaan fisik, pemeriksaan rutin dan penilaian status nutrisi. Bagian III: Pasien datang dengan keluhan terdiri dari; kehilangan nafu makan, kelelahan, pasien dengan penurunan berat badan yang drastis, pasien dengan tremor, malnutrisi, pasien dengan keluhan benjolandi leher, pasien dengan keluhan berkeringat banyak, poliuri polidipsi dan polifagi, pasien dengan kejang, pasien dengan edema. Bagian IV: Kelainan dan penyakit; sindrom metabolik, diabetes mellitus, dislipidemia, hipertiroid hipotiroid dan nodul tiroid, hiperparatiroid dan hipoparatiroid, insufisiensi dan kelebihan hormon korteks adrenal, akromegali gangguan pertumbuhan, difisiensi vitamin dan mineral, hiperurisemia, obesitas, osteoporosis, kegawatdaruratan endokrin. Seri ; The Crash Course Kata kunci: endokrin, metabolisme, nutrisi
Buku saku: Ilmu Penyakit Paru, edisi 3 terjadi perubahan, pada: bab 11 mengenai bronkitis kronis dipecah menjadi 2 bab. Bab 6 topik pneumonia diperkaya dengan sub-bab terapi. Adapun topik yang dibahas: 1. Anamnesis dan pemeriksaan jasmani pada penyakit paru Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Anamnesis penyakit paru Bab 3 Pemeriksaan jasmani pada penyakit paru 2. Penyakit infeksi Seksi 1 : Penyakit paru dengan infeksi akut Bab 4 Infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) Bab 5 Bronkitis akut Bab 6 Pneumoni (Lobaris) atau Pneumoni (Klasik) Bab 7 Abses Paru Seksi 2: Penyakit paru dengan infeksi kronis Bab 8 Tuberkulosis Paru (TB) dan TB-HIV Bab 9 Ko-infeksi TB-HIV Bab 10 Bronkiektasis Bab 11 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Bab 12 Bronkitis kronis 3. Asthma dan Pneumonitis (ibarat saudara kembar) Bab 13 Asthma Bab 14 Pneumonitis 4. Penyakit-penyakit pleura Bab 15 Efusi Pleura Bab 16 Pneumotoraks 5. Kanker Bronkus/Kanker Paru Bab 17 Kanker Bronkus/Kanker Paru Kata kunci: penyakit paru
Buku inimerupakan kumpulan ringkasan dari topik-topik penyakit kulit dan kelamin. Adapun materi yang dibahas sebagai berikut: Bagian I: Fundamenatal 1. Anatomi dan fisiologi kulit 2. Anatomi dan fisiologi alat kelamin Bagian II: Anamnesis dan pemeriksaan fisis kulit dan kelamin 3. Anamnesis pada penyakit kulit 4. Pemeriksaan fisis pada penyakit kulit 5. Anamnesis pada infeksi menular seksual 6. Pemeriksaan fisis pada infeksi menular seksual Bagian III: Keluhan utama pasien 7. Pruritus 8. Perubahan warna kulit 9. Vesikel dan bula 10. Ulkus 11. Kulit kering dan bersisik 12. Masa kulit 13. Baal pada kulit 14. Duh tubuh vagina Bagian IV: Penyakit dan kelainan kulit 15. Dermatitis 16. Infeksi virus pada kulit 17. Infeksi bakteri pada kulit 18. Infeksi jamur pada kulit 19. Penyakit kulit akibat infeksi parasit 20. Dermatosis eritroskuamosa 21. Kelainan pada kelenjar sebasea. Apokrin, dan ekrin 22. Kelainan pigmentasi kulit 23. Tumor kulit Bagian V: Penyakit dan kelainan pada kelamin 24. Infeksi virus pada kelamin 25. Infeksi bakteri pada kelamin 26. Infeksi jamur pada kelamin 27. Infeksi protozoa pada kelamin 28. Erup obat alergik Kata kunci: dermatologi, venereologi
Elektroterapi ditulis untuk profesional fisioterapi. Adapun materi yang dibahas sebagai berikut: 1. Apa itu elektroterapi 2. Riwayat elektroterapi 3. Arus stimulasi otot & saraf 4. Elektroterapi diagnostik 5. apiTermote 6. Ultrasound terapeutik 7. Krioterapi 8. Fototerapi 9. Kewaspadaan keamanan elektroterapi 10. Pengembalian keputusan klinis dalam elektroterapi 11. Biofeedback Kata kunci: elektroterapi
Buku ini memuat prinsip dasar dan teori dasar dari ultrasonografi obstetri dan ginekologi. Adapun materi yang dibahas sebagai berikut: Bab 1 Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan janin Bab 2 Ovarium Bab 3 Tuba fallopi Bab 4 Ultrasoografi dan infertilitas Bab 5 Kehamilan ektopik Bab 6 Uterus dan endometrium Bab 7 Kepala, leher dan sistem saraf pusat Bab 8 Tulang belakang dan gangguan penutupan "neural tube" Bab 9 Saluran Cerna Bab 10 Traktus urogenitalia Bab 11 Kelainal skeletal Bab 12 Sistem kardiovaskular Bab 13 Marker ultrasonografi kelainan kromososm & sindrom kelainan morfologi yang paling sering muncul Bab 14 Dasar antenatal skrining dan diagnostik Bab 15 Abortus spontan Bab 16 Kehamilan kembar Bab 17 Plasenta, tali pusat dan air ketuban Kata kunci: Obstetri, ginekologi