Latar belakang: Penderita PPOK mengalami kelemahan otot pernapasan sehingga latihan yang bertujuan meningkatkan kekuatan otot napas merupakan upaya terapi yang rasional. Latihan pursed lip breathing (PLB) berperan pada pola pernapasan dengan memperpanjang ekspirasi, mengurangi kapasitas residu fungsional, dan meningkatkan efisiensi ventilasi. Namun latihan PLB tidak meningkatkan kekuatan otot napas secara signifikan sehingga membutuhkan terapi tambahan. Penambahan latihan otot inspirasi dengan Threshold IMT dapat meningkatkan kekuatan otot inspirasi pada penderita PPOK. Tujuan : Membuktikan pengaruh penambahan Threshold IMT terhadap kekuatan otot inspirasi pada penderita PPOK yang mendapat latihan PLB. Metoda: Penelitian ini merupakan true eksperimental randomized pre and post test group design. Sampel adalah 20 pasien PPOK yang berobat di poliklinik paru RSUD Tugurejo, Semarang dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok control (n=10) dan kelompok eksperimental (n=10) masing-masing melakukan latihan PLB, 2 kali sehari, tiap sesi berlangsung 2 menit, dilakukan 5 hari seminggu, selama 6 minggu. Pada kelompok eksperimental mendapatkan penambahan latihan Treshold IMT 2 kali sehari, tiap sesi berlangsung 15 menit, dilakukan 5 hari seminggu, selama 6 minggu. Kekuatan otot inspirasi diukur sebelum dan setelah perlakuan. Hasil: Perbedaan selisih kekuatan otot inspirasi antar kelompok eksperimental dan kelompok control menunjukkan perbedaan yang bermakna (p
Latar belakang: Nyeri leher mekanik terkait penerbangan sering dijumpai pada para pilot dan kru helicopter militer. Didefinisikan sebagai nyeri leher akibat disfungsi biomekanik di leher atau punggung atas, atau bersumber ke sendi, otot, ligament, diskus atau jaringan lunak lainnya di leher. Penelitian sebelumnya melaporkan 70% pasien dengan nyeri leher kronis menunjukkan terdapatnya penurunan kekuatan dan ketahanan dari otot-otot sternokleidomastoideus dan otot-otot deep cervical flexor. Pressure biofeedback unit adalah meliputi isolasi dan kontraksi dari otot-otot tertentu, seperti pada otot-otot deep cervical flexor. Tujuan : Membuktikan apakah latihan deep cervical flexor dengan pressure biofeedback unit lebih baik dibandingkan dengan latihan deep cervical flexor konvensional dalam meingkatkan endurance otot leher pada kru helicopter dengan nyeri leher mekanik. Metoda: Penelitian ini merupakan eksperimental randomized pre and post test group design. Sampel adalah 26 kru helicopter skadron-31/serbu dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok perlakuan (n=12, 1 droupout) mendapatkan latihan deep cervical flexor dalam dengan pressure biofeedback unit sebanyak 12 kali selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali setiap minggu. Kelompok control (n=12, 1 dropout) melakukan latihan deep cervical flexor konvensional. Skor endurance dinilai dengan cranio cervical flexion test. Hasil: Hasil analisis data menunjukkan adanya perbaikan skor endurance pada kedua kelompok dan dari hasil penelitian didapatkan perbaikan yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan (p
Latar belakang: Risiko disfungsi diastolic dan sistolik pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin meningkat dan berhubungan dengan jumlah CD4 yang merupakan bagian dari system imunitas dan penanda progresifitas HIV. Global longitudinal strain (GLS) merupakan penanda sensitive yang dapat digunakan untuk menilai fungsi jantung subklinis. Hingga saat ini, pemeriksaan GLS belum rutin dilakukan pada penderita HIV dan penelitian mengenai korelasi antara jumlah CD4 dengan GLS pada HIV masih belum jelas. Tujuan : Mengetahui korelasi antara jumlah CD4 dengan Global Longitudinal Strain Atrium dan ventrikel kiri pada penderita Human Immunodeficiency Virus. Metoda: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode belah lintang. GLS atrium dan ventrikel kiri diperiksa menggunakan ekokardiografi dua dimensi. GLS atrium kiri dibagi menjadi reservoir, conduit dan atrial pump. Jumlah CD4 baseline dan nadir diperoleh dari rekam medis, sedangkan CD4 aktual dan CD4 percentage (CD4%) diperiksa pada saat penelitian. Hasil: Total 49 pasien HIV asimptomatik mengikuti penelitian dengan rerata umur 33,04±8,06 tahun, median lama diagnosis HIV dan terapi adalah 28 bulan. Median CD4 baseline, CD4 nadir dan CD actual adalah 168 sel/uL dan 392 sel/uL dengan rerata CD4 percetage adalah 18,12±9,42. Semua subyek penelitian memiliki fungsi diastolic dan sistolik normal. Rerata GLS ventrikel kiri adalah 16,93±0.69 dan GLS atrium kiri reservoir, conduit dan atrial pump masing-masing adalah 35,68±4,41, 20,86±3,74 dan 14,81±2,6. GLS ventrikel kiri berkorelasi positif dengan CD4 baseline (rs=0,313, p=0,029), CD4 nadir (rs=0,290, p=0,043), CD4 aktual (rs=0,487, p
Latar belakang: Kasus kekerasan dalam rumah tangga mengalami peningkatan tiap tahun, korban terbanyak adalah perempuan. Berdasarkan data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Maret 2019, jenis kekerasan terhadap perempuan (KtP) yang paling meninjol adalah Ranah Pribadi dan disebut KDRT yang mencapai angka 9.367 kasus. Pada kekerasan dalam rumah tangga yang paling menonjol adalah kekerasan fisik sebanyak 3.927 kasus. Tujuan : Mengetahui peran visum et repertum kekerasan dalam rumah tangga terhadap putusan pidana Pengadilan Negeri Kota Semarang. Metoda: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga, berdasarkan data salinan putusan Pengadilan Negeri Kota Semarang periode Januari 2015 hinga Desember 2019. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kasus kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 25 kasus, kasus terbanyak pada tahun 2016 sebanyak 7 kasus. Penggunaan visum et repertum pada putusan Pengadilan Negeri Kota Semarang sebanyak 19 kasus, resume medis sebanyak 6 kasus. Korban terbanyak adalah perempuan sebesar 23 kasus. Dari 19 visum et repertum, 12 visum et repertum dibuat oleh dokter umum, 5 dokter spesialis forensic dan 2 spesialis lain. Kualifikasi luka pada kesimpulan visum didapatkan 7 ringan dan 12 sedang. Putusan pidana didapatkan kategori kurang dari 4 bulan sebanyak 5 kasus dan kategori 4 bulan hingga 5 tahun sebanyak 14 kasus. Kesimpulan : Keberadaan visum et repertum menjadi penting dalam hakim memutuskan pidana karena membuktikan adanya luka atau kekerasan dan kualifikasi lukanya dengan kesesuaian alat bukti lain. Kata kunci: kekerasan dalam rumah tangga, visum et repertum, putusan pidana
Latar belakang: Diazinon 600 EC merupakan pestisida golongan organofosfat yang mempunyai cara kerja dengan menghambat fungsi enzim cholinesterase. Diazinon memiliki sifat kurang efektif terhadap organisme yang bukan target tetapi lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang. Hepar merupakan organ yang dapat terpengaruh karena merupakan organ yang bertugas untuk memetabolisme dan mengekskresi diazinon. Dalam beberapa penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa diazinon dapat meingmbulkan kerusakan histopatologi hepar dan mengganggu status biokimia. Tujuan : Untuk mengetahui efek diazinon dosis bertingkat terhadap cholinesterase darah dan gambaran histopatologi hepar tikus wistar. Metoda: Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Patologi Akurat Semarang sebagai tempat pengecatan dan pembacaan slide, Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai tempat pemeriksaan cholinesterase. Tikus wistar jantan jumlah 24 ekor dibagi dalam 1 kelompok control, 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan masing-masing diberi dosis 50 mg/kgbb, 100mg/kgbb dan 200mg/kgbb selama 7 hari. Pengambilan sampel cholinesterase secara intracardial 30 menit setelah tikus mati, pengamatan gambaran histopatologi hepar sesuai derajat kerusakan hepar (sel peradangan, perdarahan, nekrosis). Analisis data menggunakan SPSS, uji normalitas menggunakan Kolmogorov-smirnov, mengetahui perbedaan data normal menggunakan saphiro-wilk, dilanjutkan dengan uji parametric one way ANOVA, dengan nilai p≤0,05. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan antara nilai cholinesterase kelompok hewan coba dengan dosis 50 mg/kgbb dengan hewan coba pemberian dosis 100mg/kgbb dan dosis 200mg/kgbb (p
Buku ini membahas empat bab materi, adapun materi yang dibahas sebagai berikut: Bab 1. Proses Asuhan Gizi Tersandar Nutrition Care Process Proses asuhan gizi tersandar (PAGT) merupakan metode pemecahan masalah gizi yang sistematis yang dilakukaaaan oleh ahli gizi atau dietisen dengan berpiir kritis, sehingga asuhan gizi yang diberikan aman, efektif dan berkualitas. Bab 2. Konseling Gizi Merupakan rangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga membantu klien atau pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman yang dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien. Bab 3. Kegiatan Pre-internship Gizi Klinik Mempelajari tentang pengelolaan asuhan gizi klinik pada pasien rawat inap dan rawat jalan. Bab 4. Pelaksanaan Pre-internship Gizi Kegiatan Pre-internship Gizi terbagi tiga bagian: 1. Pre-internship Gizi Klinik 2. Pre-internship Gizi Institusi 3. Pre-internship Gizi Masyarakat
Gejala LUTS (lower Urinary tract symtoms) merupakan gejala yang sering terjadi pada orang dewasa yang berimbas pada kualitas hidup dan menjadi beban ekonomi. Luts biasanya berhubungan dengan obstruksi kandung kemih, disebabkan oleh pembesaran prostat akibat dari kondisi histologis BPH. Akan tetapi, peningkatan jumlah penelitian menunjukkan bahwa LUTS kadang tidak berhubungan dengan prostat. Adapun materi yang dibahas pada buku ini adalah: 1. Epidemiologi, etiologi, dan patofisiologi 2. Evaluasi diagnostik 3. Riwayat medis 4. Pemeriksaan fisik pemeriksaan colok dubur 5. Urinalisis 6. Prostate Specific Antigen (PSA) 7. Penilaian faal ginjal 8. Pencitraan 9. Mendiagnosis obstruksi kandung kemih 10. Pemeriksaan non-invasif untuk mendiagnosis obstruksi outlet kandung kemih pada pria dengan LUTS 11. Penatalaksanaan
Latar belakang : Diabetes mellitus diindikasikan sebagai suatu keadaan protrombotik karena hiperglikemia berkelanjutan, dislipidemia dan resistensi insulin yang menyebabkan jejas endothelial. Pemeriksaan HbA1c merupakan baku emas pemantauan glukosa pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) dan sebagai salah satu predictor komplikasi mikro dan makrovaskular pada DMT2. Mean-platelet volume (MPV) dan platelet distribution width (PDW) meningkat seiring dengan peningkatan potensi trombotik. Soluble P-selectin pada plasma merupakan salah satu indicator adanya peningkatan aktivasi trombosit dan sel endotel. Tujuan: Membuktikan adanya hubungan antara kadar HbA1c dengan indeks trombosit dan kadar sP-selectin pada pasien DMT2. Metode : Penelitian belah lintang pada 42 pasien DMT2 di RS NAsional Diponegoro berusia 30-70 tahun periode Juni 2019-Februari 2020. HbA1c diukur dengan metode ion-exchange HPLC. Indeks trombosit dihitung menggunakan alat hematologi otomatis. Kadar sP-selectin diperiksa menggunakan metode ELISA. Analisis statistic menggunakan uji korelasi pearson untuk data terdistribusi normal dan uji korelasi spearman untuk data terdistribusi tidak normal. Hasil : Rerata kadar HbA1c, nilai MPV dan nilai PDW berturut-turut adalah 8,26 ± 1,60%, 10,10 ± 0,85 fL, 11,61 ± 1,65 fL, sedangkan untuk kadar sP-selectin memiliki nilai median 42,13 (32,6-162,65) ng/ml. Analisis statistic uji korelasi antara kadar HbA1c dengan nilai MPV dengan nilai r=0,43; p
Latar belakang : Diabetes mellitus tipe-2 (DMT2) dan obesitas merupakan faktor risiko penyakit arteri koroner. Faktor risiko penyakit jantung meningkat 60-80% pada pasien DMT2 dengan obesitas. Resistensi insulin serta inflamasi pada DMT2 dan obesitas meningkatkan pelepasan asam lemak yang menyebabkan gangguan profil lipid. Profil lipid merupakan petanda risiko aterosklerosis. E-selectin adalah molekul adhesi sel endotel yang dihasilkan dari aktivitas sel endotel yang rusak, dan mencerminkan perubahan struktur serta fungsional dinding pembuluh darah. Kadar soluble E-Selectin (sE-seletin) merupakan petanda disfungsi endotel. Tujuan: Membuktikan adanya perbedaan profil lipid dan kadar sE-selectin pada pasien DMT2 dengan dan tanpa obesitas. Metode : Penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi belah lintang di Puskesmas Lebdosari, Semarang, Jawa Tengah antara Februari hingga Juni 2020, dilakukan terhadap 63 sampel yang terdiri dari 38 wanita dan 25 laki-laki. Subjek DMT2 didapatkan dari diagnosis dokter puskesmas, IMT dihitung dari rumus, profil lipid diperiksa menggunakan metode enzimatik kolorimetrik, dan sE-selectin diperiksa menggunakan metode ELISA. Data dianalisis dengan program komputer. Hasil : Terdapat perbedaan signifikan secara statistic dalam kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL dan sE-selectin (p berturut-turut adalah 0,011; 0,043; 0,000; 0,008; 0,001) pada pasien DMT2 dengan obesitas dibandingkan DMT2 tanpa obesitas. Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna profil lipid dan kadar sE-selectin pada pasien DMT2 dengan dan tanpa obesitas. Kata kunci : sE-selectin, profil lipid, diabetes mellitus tipe 2, obesitas