Latar Belakang : Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat jinak pada laki-laki usia tua yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan adanya Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Transurethral Resection of Prostate (TURP) merupakan tindakan operatif paling umum yang dilakukan untuk menghilangkan gejala LUTS, namun komplikasi perdarahan selama dan pasca operasi akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Perkembangan BPH dipengaruhi oleh angiogenesis yang dapat dilihat dari ekspresi microvessel density (MVD). Dutasteride dapat menurunkan jumlah MVD sehingga aliran darah berkurang yang mengakibatkan kelenjar prostat mengecil dan menginduksi apoptosis. Lycopene merupakan pigmen pemberi warna merah pada buah tomat yang terbukti berperan penting pada penyakit BPH dan gejala LUTS. Tujuan : Membuktikan kombinasi dutasteride dan lycopene yang diberikan preoperatif dapat menurunkan angiogenesis dan perdarahan pada pasien BPH yang akan dilakukan TURP. Metode : Penelitian ini menggunakan desain “double blind randomized controled trial post test only design” terhadap 20 subyek penderita BPH yang akan dilakukan TURP dan dibagi menjadi 2 kelompok secara random alokasi. Kelompok K adalah kontrol, diberikan kapsul dutasteride 0,5 mg dan plasebo. Kelompok P diberikan kapsul dutasteride 0,5 mg dan lycopene 30 mg. Penilaian jumlah MVD dilakukan setelah pengecatan imunohistokimia, sedangkan selisih eritrosit didapat dengan membandingkan jumlah eritrosit pre dan post TURP. Hasil : Nilai mean jumlah MVD kelompok K dan P adalah 28,20±12,33 dan 18,30±7,62. Nilai mean selisih eritrosi kelompok K dan P adalah -0,34±0,18 dan -0,17±0,12. Analisa statistik jumlah MVD didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,044 dan pada selisih eritrosit dengan nilai p = 0,048. Analisa korelasi antara jumlah MVD dan selisih eritrosit didapatkan korelasi bermakna (p = 0,032 dan r = 0,480). xvi Simpulan : Pemberian kombinasi dutasteride 0,5 mg dan lycopene 30 mg setiap 24 jam selama 30 hari pre operasi TURP dapat menurunkan angiogenesis dan perdarahan pada pasien BPH yang menjalani operasi TURP. Kata kunci : Lycopene, BPH, TURP, angiogenesis, perdarahan, jumlah microvessel density (MVD), selisih eritrosit
Latar belakang. DSD kromosom seks mosaik merupakan kondisi atipikal genetalia eksterna yang tidak sesuai dengan hasil kromosom seks. Anak yang dilahirkan dengan DSD kromosom seks mosaik, khususnya yang memiliki kromosom Y, menyebabkan kebingungan bagi orangtua dalam membuat keputusan terkait dengan gender assignment. Tujuan. Menggali strategi coping dan pengalaman orangtua yang mempunyai anak dengan DSD kromosom seks mosaik Metode. Penelitian ini menggunakan penelitian campuran dengan pendekatan metode sekuensial eksplanasi. Total responden terdiri dari 14 orang ibu dan 12 orang bapak dari 14 orang anak dengan DSD kromosom seks mosaik. Orangtua mengisi tiga kuesioner yaitu kuesioner data demografi, kuesioner Brief COPE versi Indonesia, dan Parental Acceptance-Rejection Questionnaire). Pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam dengan orangtua untuk menggali pengalaman orangtua yang mempunyai anak dengan DSD kromosom seks mosaik. Hasil. Penelitian ini mengidentifikasi empat strategi coping yang banyak digunakan oleh orangtua yaitu religi, positive reframing, acceptance dan active coping. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan strategi coping antara ibu dan bapak. Penerimaan ibu terhadap anak lebih besar dibandingkan dengan bapak. Berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan beberapa tema yaitu (1) reaksi awal orangtua, (2) pengalaman selama perawatan medis, (3) dukungan sosial, (4) coping terhadap diagnosis anak, dan (5) penerimaan orangtua terhadap anak Kesimpulan. Dengan mengetahui strategi coping yang digunakan oleh orangtua dapat membantu mempercepat penerimaan orangtua. Untuk membantu orangtua yang mempunyai anak dengan DSD kromosom seks mosaik untuk bisa menerima kondisi anak, tenaga kesehatan dapat meggunakan pendekatan coping religi atau positive reframing. Kata kunci : strategi coping, penerimaan orangtua, DSD kromosom seks mosaik
BACKGROUND: High fat diets are known to cause a positive fat balance and consequently to the accumulation of adipose mass, this diet does not seem to stimulate fat oxidation in the same way in obese and lean subjects. HFD was an inducing factor for ICAM-1 expression in the aorta of Wistar rats. HFD effect on ICAM-1 seems to be time dependent. ICAM-1 is one of the first events in the formation of atherosclerotic lesions. HFD up-regulated Cav-1, regulated expression other biomarker in HFD is eNOS. METHOD: Study design was experimental study, by used Randomized Post Test only Control Group Design with Kruskal-Wallis test was used to analyze the differences among groups and followed by a Mann Whitney test. Treatment is ethanolic of Eurycoma longifolia Jack, and out come are sICAM-1 and eNOS levels. Thirty Sprague Dawley (SD) Rat, were divided into 6 groups. C(-) was SD group, C(+) was group with HFD, X1 (SD treated with EL dosage 10 mg/kg), X2 (SD treated with EL dosage 15 mg/kg), X3 (HFD treated with EL dosage 10 mg/kg), X4 (HFD treated with EL dosage 15 mg/kg). RESULT: No significant difference in ICAMs that was found among the studied groups (p = 0.087). Significant difference in eNOS among six group studied (p = 0.033). The control negative group was not significance different than control positive, X2, X3, and X4 (p = 0.841; p = 0.310; p = 0.056; p = 0.095), respectively. CONCLUSION: Non significant difference on level of ICAM-1 was found among groups with or without HFD treatment. non Significant difference on the level of eNOS was found among groups with or without HFD treatment. Keywords: Eurycoma longifolia Jack, sICAM, eNOS, HFD.
Pendahuluan : Insiden kanker payudara di dunia terus meningkat. Pembedahan merupakan pilihan utama dengan modalitas lain berupa kemoterapi, radiasi, dan imunoterapi seperti Artemisia vulgaris (AV). Tujuan : Membuktikan pemberian ekstrak AV terhadap ekspresi Granzyme dan pertumbuhan diameter massa tumor adenokarsinoma mammae mencit C3H. Metode : Sampel adalah 24 ekor mencit C3H betina secara acak dibagi menjadi: K (kontrol), P1 (kemoterapi), P2 (ekstrak), P3 (kombinasi). Adenokarsinoma mammae berasal dari inokulasi mencit donor. Kemoterapi Adriamycin 0,18 mg dan Cyclophosphamide 1,8 mg diberikan 2 siklus intravena. AV diberikan 13 mg (0,2 ml) sekali sehari peroral. Ekspresi Granzyme dinilai dengan pengecatan imunohistokimia sedangkan pertumbuhan diameter massa tumor diukur dengan kaliper tumor. Hasil : Rerata ekspresi Granzyme dan pertumbuhan diameter massa tumor didapatkan K, P1, P2, P3 berturut-turut 14,96 + 0,60, 24,86 + 1,21, 17,14 + 1,01, 26,90 + 0,70 dan 12,52 + 1,49, 6,20 + 1,04, 9,94 + 1,21, 3,94 + 0,76. Perbedaan bermakna pada ekspresi Granzyme antara K vs P1 (p = 0,001), K vs P2 (p = 0,010), K vs P3 (p = 0,001), P1 vs P2 (p = 0,001), P1 vs P3 (p = 0,047), P2 vs P3 (p = 0,001) dan pertumbuhan diameter massa tumor antara K vs P1 (p = 0,001), K vs P2 (p = 0,017), K vs P3 (p = 0,001), P1 vs P2 (p = 0,001), P1 vs P3 (p = 0,044), P2 vs P3 (p = 0,001). Analisis korelasi antara ekspresi Granzyme dengan pertumbuhan diameter massa tumor didapatkan korelasi bermakna (p = 0,001 dan r = -0,911). Kesimpulan : Artemisia vulgaris meningkatkan efek apoptosis kemoterapi Adriamycin-Cyclophosphamide dalam hal meningkatkan ekspresi Granzyme dan menurunkan pertumbuhan diameter massa tumor pada adenokarsinoma mammae mencit C3H. Kata kunci : Artemisia vulgaris, adenokarsinoma mammae, ekspresi Granzyme, diameter massa tumor.