Buku ini terdiri dari lima bab, adapun materi yang dibahas; pendahuluan, aspek hukum hubungan dokter dan pasien, pembuktian malpraktek medik dalam praktek peradilan perdata, alternatif penyelesaian sengketa malpraktek medik diakhiri dengan kesimpulan. 17/7/2018
Materi yang dibahas pada buku, praktik labolatorium mikrobiologi, terdiri dari lima bagian pembahasan meliputi: mikroskopi umum dan teknik aseptik; morfologi mikroba, pewarnaan diferensial; pengawasan mikroba dan biokimia; mikrobiologi kedokteran; mikrobiologi makanan dan lingkungan. 13/7/2018
Buku Dasar Anatomi & Fisiologi Sistem Organisasi, Sistem Penunjang & Gerak dan Sistem Kontrol vol 1. ed. 13, terdiri dari delapan belas Bab, terdiri dari : pendahuluan tentang tubuh manusia; tingkat organisasi kimiawi; tingkat organisasi selular; tingkat organisasi jaringan; sistem integumen; sistem skeletal, jaringan tulang; sistem skeletal, skeleton axiale; sistem skeletal,skeletonappendiculare; sendi; jaringan otot; sistem otot; jaringan saraf; mendula spinalis dan nervi spinalis; otak dan nervicraniales; sistem saraf otonom; sistem sensorik, motorik, dan integratif; sensasi khusus; sistem endokrin. 12/7/2018
Buku ilmu gizi, teori & aplkasi sembilan bagian, terdiri dari: ilmu gizi; penilaian status gizi; gizi dalam daur kehidupan; pedoman gizi; gizi klinik; manajemen makanan massal; gizi masyarakat; penelitian dan wirausaha gizi; uji kompetensi dan sertifikasi. 11/7/2018.
Buku ini membahas tujuh belas seksi. Adapun materi yang dimaksud: pengantar farmakologi; obat otonom; obat susunan saraf pusat; anestetik lokal; autakoid, agonis, dan antagonisnya; obat kardiovaskular; obat yang mempengaruhi metabolisme elektrolit dan konservasi air; oksitosik; hormon dan antagonis; obat lokal; antimikroba; antikanker; vitamin dan mineral; obat hematologi; toksikologi; adendum. 10/7/2018
Buku ini telah ditata kembali dengan harapan mahasiswa kedokeran gigi dapat menguasai; anatomi perkembangan; sistem sarah pusat; thoraks dan kepala serta leher. Struktur dan fungsi anatomi yang dikaitkan dengan praktek klinis menjadi bahasan baru dalam edisi ini. 9/7/2018
Pendahuluan Kornea yaang transparan dan avaskuler diperlukan dalam fungsi penglihatan normal. Kornea yang transparan dipertahankan oleh keseimbangan faktor angiogenik dan antiangiogenik. VEGF berperan dalam angiogenesis. Terdapat peningkatan ekspresi VEGF pada neovaskularisasi kornea. Neovaskularisasi dapat dipicu trauma kimia. Bevacizumab dan Phaleria macrocarpa (DLBS1425) memiliki efek antiangiogenesis. Bevacizumab merupakan anti VEGF rekomendasi FDA. Phaleria macrocarpa (DLBS1425) menghambat ekspresi mRNA VEGF-C sel kanker payudara. Penelitian ini ingin mengetahui efektivitas antiangiogenesis DLBS1425 di bidang mata, dinilai dari ekspresi VEGF kornea tikus Wistar pasca trauma basa dibandingkan Bevacizumab. Tujuan Membuktikan DLBS1425 topikal 102 efektif menekan ekspresi VEGF kornea tikus Wistar pasca trauma basa. Metoda Penelitian ini merupakan true experimental post-test only design. Dua puluh empat ekor tikus Wistar mendapat paparan NaOH 1M dengan diameter 1 mm, dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok X diberi tetes Hyalub, kelompok X1 diberi tetes Bevacizumab konsentrasi 25mg/ml tiap 4 jam, kelompok X2 diberi tetes DLBS1425 konsentrasi 1x102 mg/ml tiap 4 jam, kelompok X3 diberi tetes DLBS1425 konsentrasi 1x102 mg/ml tiap 3 jam. Setelah 7 hari, dinilai ekspresi VEGF kornea secara imunohistokimia. Analisis statistik menggunakan uji Post-Hoc Games Howell. Hasil Penelitian Rerata ekspresi VEGF pada kelompok X=5.7, X1=4,63, X2=4,73, X3=5.3. Ekspresi VEGF kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (p=0,046), perbedaan bermakna terdapat pada kelompok Bevacizumab juga DLBS1425 konsentrasi 1x102 frekuensi tiap 4 jam. Kesimpulan DLBS1425 topikal 1x102 efektif terhadap ekspresi VEFG kornea tikus Wistar pasca trauma basa. Kata kunci: Phaleria macrocarpa, DLBS1425, Bevacizumab, VEGF, NaOH
Pendahuluan : Tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor risiko utama glaukoma. TIO yang tinggi menyebabkan cedera reperfusi yang ditandai dengan dikeluarkannya berbagai mediator inflamasi, yang jumlahnya besar yaitu Interleukin (IL)-6 dan IL-10. Baicalein merupakan suatu flavonoid yang memiliki efek menurunkan tekanan intraokuler dan antiinflamasi. Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar mediator inflamasi IL-6 dan IL-10 humor akuos dan TIO tikus Wistar model glaukoma dengan dan tanpa pemberian baicalein oral. Metode : Penelitian uji eksperimental laboratorium dengan rancangan post-test only randomized controlled group design menggunakan tikus Wistar model glaukoma. Empat belas tikus Wistar dibagi menjadi dua kelompok, kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan baicalein oral dengan dosis 150mg/kgBB/hari dengan keluaran kadar mediator inflamasi IL-6 dan IL-10 pada humor akuos dan perubahan tekanan intraokuler. Data dikumpulkan dan diolah menggunakan program SPSS 15.0 for windows. Hasil : Rerata kadar IL-6 kelompok kontrol (99,27±36,78 pg/ml). Rerata kadar IL-6 kelompok perlakuan (50,21±21,54 pg/ml). Rerata kadar IL-10 kelompok kontrol (13,92±5,52 pg/ml). Rerata kadar IL-10 kelompok perlakuan (5,86±1,64 pg/ml). Baicalein menurunkan kadar IL-6 dan IL-10 humor akuos tikus Wistar secara signifikan (P
Pendahuluan : Progresivitas glaukoma berupa perubahan lapang pandang dan nervus optikus dipengaruhi stress oksidatif. N-Acetylcarnosine (NAC) merupakan suatu antioksidan yang memiliki efek menurunkan stress oksidatif. Tujuan: Mengetahui perbedaan ekspresi matrik ekstraselular amiloid jaringan trabekular meshwork tikus Wistar model glaukoma yang diberi dan tidak diberi NAC topikal. Metode : Penelitian ini merupakan post-test only randomized controlled group design menggunakan tikus Wistar model glaukoma. Empat belas ekor tikus Wistar dibuat model glaukoma dengan metode kanulasi, kemudian dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol (K) diberi tetes mata plasebo, kelompok perlakuan (P) diberi tetes mata N-acetylcarnosine, 2x sehari selama 4 minggu. Pemeriksaan amiloid jaringan trabekular meshwork dengan menggunakan congo red kit dan pembacaan hasil dengan mikoskop. Data dikumpulkan dan diolah menggunakan program SPSS 15.0 for windows. Hasil : ekspresi matrik ekstraselular amiloid jaringan trabekular meshwork kelompok P amiloid negatif (66,7%) dan amiloid positif (33,3%). Kelompok K amiloid negatif (50%) dan amiloid positif (50%). Dropout dilakukan pada 2 buah slide sampel karena mengalami kerusakan saat proses pengecatan. N-acetylcarnosine menurunkan ekspresi amiloid yang lebih rendah pasca pemberian, namun tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Kesimpulan : NAC tidak signifikan menurunkan amiloid Kata Kunci : Glaukoma, stress oksidatif, Amiloid dan N-acetylcarnosine.
Pendahuluan : Glaukoma berhubungan dengan resistensi aliran humor aquos. Peningkatan tekanan intraokuler (TIO) akan menginduksi iskemia yang akan menyebabkan peningkatan radikal bebas dan berbagai mediator inflamasi. Salah satu antioksidan oral yang telah diteliti memiliki efek meningkatkan kadar antioksidan enzimatik pada humor aquos adalah astaxanthin. Tujuan: Mengetahui efek astaxanthin oral terhadap kadar mediator inflamasi (TNF-α and IL-6) pada humor aquos tikus wistar model glaukoma. Metode : Kelompok perlakuan (P) diberi astaxanthin oral satu kali sehari selama 7 hari. Pemeriksaan TNF-α and IL-6 dilakukan terhadap humor aquos menggunakan ELISA kit. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan Lavene’s test. Hasil : Rerata kadar TNF-α pada kelompok K = 8,82±2,20; kelompok P = 6,25± 0,39. Rerata kadar IL-6 pada kelompok K = 70,95± 33,63; kelompok P = 96,01± 60,44. Hasil uji beda kadar TNF-α dengan uji t test tidak berpasangan terdapat perbedaan bermakna kadar TNF-α pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan (p0,05). Kesimpulan : Didapatkan pengaruh astaxanthin oral terhadap penurunan kadar TNF-α Kata Kunci : Glaukoma, stress oksidatif, humor aquos, TNF-α, IL-6, astaxanthin.