Latar belakang : Nefropati diabetika (ND) merupakan komlikasi diabetes mellitus (DM) ditandai dengan albuminaria persisten. N-carboxymethillysine (CML) komponen terbesar advanced glycation end products (AGEs) terbentuk dari amadori fructoselysine dari ikatan glucose-lysine melalui jalur oksidatif, meningkat kadarnya pada DM dan memicu glomerulosklerosis. Kidney Injury Molecule 1 (KIM-1) adalah glikoprotein transmembran tipe 1, dilepaskan dari permukaan sel ke ruang ekstraseluler dan muncul dalam urin ketika ginjal cedera. Tujuan: Menganalisis perbedaan AGEs-CML dan KIM-1 pada non DM, DM tanpa dan dengan nefropati diabetic. Metode : Penelitian observasional analitik pendkatan belah lintang dilakukan terhadap 25 subjek non DM (K1), 25 pasien DM tanpa ND (K2), dan 25 pasien DM dengan ND (K3) di bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PROLANIS Semarang yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Kadar AGEs-CML dan KIM-1 diukur menggunakan metode ELISA. Kadar AGEs-CML antara kelompok dianalisis menggunakan uji one way anova, dilanjutkan post hoc games-howell. Kadar KIM-1 antara kelompok dianalisis menggunakan uji kruskall-wallis, dilanjutkan post hoc mann whitney p
Buku ini tidak hanya menyajikan berbagai teori mengenai gizi kuliner dan teori dietetik. Buku ini membahas 13 materi terdiri dari: Materi 1. Aneka Hidangan Pembuka (Appetizer) Dan Hidangan Dari Bahan Makanan Pokok Materi 2. Aneka Hidangan Dari Bahan Makanan Sumber Protein Materi 3. Aneka Hidangan Dari Sayuran Materi 4. Aneka Hidangan Kudapan, Dessert Dan Minuman Materi 5. Aneka Hidangan Untuk Berbagai Kelompok Khusus Materi 6. Aneka Hidangan Untuk Perayaan Acara Khusus (Pengolahan Makanan Dan Ragam Hidangan Pesta) Materi 7. Formula Untuk Gizi Buruk Materi 8. Diet Untuk Obesitas Materi 9. Diet Pada Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Dislipidemia Dan Diabetes Melitus Materi 10. Diet Pada Gout, Diet Penyakit Hati, Dan Gangguan Empedu, Dan Untuk Penyakit Ginjal Materi 11. Diet Penyakit Saluran Cerna Materi 12. Diet Pada Autisme Materi 13. Diet Pada Kanker
Buku ajar ini membahas konsep-konsep mendasar pencapaian kompetensi klinis neurologi yang telah disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Buku ini membahas: 1. Neuroinfeksi Diantara penyakit infeksi yang amat berbahaya adalah infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP) termasuk meningitis dan ensefalitis. Meningitis sinonim dengan leptomeningitis yang berarti adanya suatu infeksi selaput otak yang melibatkan arachnoid dan piamater sedangkan ensefalitis adanya infeksi pada jaringan parenkim otak. Macam-macam penyakit infeksi: A. Meningitis Bakterial Akut B. Meningitis Tuberkulosis C. Tuberkulosis Medula spinalis D. Abses Serebri E. Infeksi HIV/AIDS F. Poliomielitis G. Rabies H. Malaria Cerebral I. Tetanus 2. Epilepsi merupakan gangguan neurologik kronis. Sebagian besar orang didiagnosis epilepsi karena mengalami bangkitan berulang.
Setelah membaca dan memahami buku ini mahasiswa PPDS diharapkan memiliki 6 area kompetensi Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (psikiatri), yaitu: 1. penatalaksanaan 2. pengetahuan medik ilmu kedokteran jiwa 3. hubungan interpersonal dan komunikasi 4. pembelajaran dan pengembangan diri berbasis masalah dan prakik (problem and practice based learning) 5. Etik dan profesionalisme 6. praktik berbasis sistem Psikiatri biologis adalah salah satu cabang ilmu psikiatri yang bertujuan memahami gangguan mental dalam hal fungsi biologis sistem saraf. Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis ditandai dengan serangkaian gejala waham, halusinasi, pembicaraan/ perilaku kacau, gangguan kemampuan fungsi kognitif, psikopatologi gejala negatif dan positif skizofrenia. Gambaran klinis dapat muncul dengan berbagai manifestasi.
Buku panduan pre-internship food service management di masa pandemi, membahas materi : BAB I Penyelenggaraan makanan BAB II Manajemen sumber daya manusia BAB III Manajemen sarana dan peralatan BAB IV Perhitungan biaya makanan BAB V HCCP BAB VI Modifikasi resep BAB VII Modifikasi Formula Enternal Rumah Sakiy (FERS) BAB VIII Evaluasi penerimaan makanan BAB IX Pre-internship food service management Pelayanan makanan di Rumah Sakit merupakan proses kegiatan penyelenggaraan makanan dimulai dari perencanaan menu, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Pre-internship Food Service Management (FSM) lebih memfokuskan kepadamanajemen penyelenggaraan makanan baik dari sisi sumber daya sarana prasarana alur penyelenggaraan makanan, modifikasi menu, modifikasi formula enteral, dan membuat suatu kajian ilmiah dalam bidang food service management.
Penyakit kulit dan kelamin sering ditemukan dalam praktik sehari-hari dan menempati posisi nomor tiga dibawah penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan penyakit gastrointestinal. Penyakit kulit di Indonesia secara garis besar dapat digolongkan menjadi penyakit bakteri, virus, jamur, parasit, autoimun, alergi dan tumor kulit. Adapun materi yang dibahas dalam buku ini adalah: Standar Kompetensi Dokter Indonesia Efloresensi Penyakit Kulit Penyakit Virus Penyakit Bakteri Penyakit Jamur Gigitan Serangga dan Infestasi Parasit Dermatitis Eksim Lesi Eritroskuamosa Kelainan Kelenjar Sebasea dan Ekrin Penyakit Vesiko Bulosa Penyakit Kulit Alergi Gangguan Keratinisasi Reaksi Obat Kelainan Pigmentasi Tumor Kulit Tumor Epitel Premaligna dan Maligna Tumor Dermis Tumor Sel Melanosit Kelainan Rambut Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Latar belakang : Ventilator associated pneumonia (VAP) merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di intensive care unit (ICU). Pasien dengan VAP mempunyai mortalitas yang lebih tinggi, lama perawatan rumah sakit yang lebih lama, penggunaan antibiotik yang tinggi, dan meningkatkan biaya perawatan dibandingkan dengan pasien ICU tanpa VAP. Data tentang faktor risiko VAP diperlukan untuk mengambil langkah pencegahan VAP maupun klinisi dalam pelayanan kesehatan terutama di ICU RSUP dr Kariadi Semarang. Tujuan: Menganalis faktor risiko yang berperan dalam terjadinya VAP di ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Metode : Penelitian ini adalah penelitian belah lintang retrospektif dengan menggunakan rekam medik pasien yang mempunyai riwayat pemakaian ventilasi mekanik ≥ 48 jam di ICU RSUP dr Kariadi Semarang tahun 2017-2019. Data demografis, klinis, laboratoris dan variabel faktor risiko diambil pada kasus VAP dan tanpa VAP. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan VAP, selanjutnya dilakukan analisis multivariat regresi logistik. Hasil : Sampel penelitian sebanyak 296 pasien, terdiri dari 36 kasus VAP (12,2%) dan 260 kasus tanpa VAP (87,8%). Rerata usia pasien VAP 53,19 ± 17,29 tahun, rerata onset terjadinya VAP 6,19 ± 2,83 hari. Analisis bivariat menunjukkan bahwa usia ≥ 60 tahun (PR 2,22; CI 95% 1,21 – 4,08; p < 0,05), trakeotomi setelah intubasi trakeal (PR 4,21; CI 95% 2,33 – 7,62; p
Latar belakang: Kasus tuberkulosis resisten obat merupakan ancaman global program kontrol TB di dunia. Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang seperti foto toraks. Evaluasi spektrum dan pola gambaran radiologis sangat penting dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti mencoba menjelaskan gambaran lesi foto thoraks pada pasien yang telah didiagnosis tuberkulosis MDR di RSUP dr. Kariadi Semarang. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat keparahan lesi thoraks pada pasien TB MDR di RSUP dr. Kariadi Semarang. Metode: Studi ini menggunakan desain cross sectional retrospekstif yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang dari Januari 2016 sampai Desember 2020. Penelitian ini diikuti oleh 82 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diperoleh dari rekam medis pasien dan pencatatan mengenai identitas pasien, usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh, sputum BTA, komorbid DM, dan gambaran lesi thoraks yang didapatkan pada hasil interpretasi. Hasil: jumlah pasien yang memiliki lesi paru sangat lanjut sebanyak 51 (62,2 %), lesi lanjut sedang sebanyak 25 (30,5 %) dan lesi paru minimal sebanyak 6 (7,3%). Gambaran lesi thoraks dan lesi pleura yang ditemukan atelektasis 14 (17,1%), konsolidasi 81 (98,8%), emfisema 3 (3,6%), bronkiektasis 5 (6,1%), milier 1 (1,2 %), kalsifikasi paru 6 (7,3 %), fibrosis paru 60 (73,2%), kavitas paru 52 (63,4 %), nodul paru 2 (2,4%), efusi pleura 20 (24,4%), penebalan pleura 13 (15,9%), pneumothoraks 1 (1,2%), dan destroyed lung 1 (1,2%). Kesimpulan: Gambaran lesi thoraks yang paling sering ditemukan pada pasien TB MDR di RSUP dr. Kariadi Semarang adalah lesi konsolidasi (98,7%) dan fibrosis (74,3%), dan kavitas (63,4%). Kata kunci: tuberkulosis multidrug-resistant, gambaran lesi thoraks, chest x-ray
Latar Belakang: Trombosis vena dalam (TVD) merupakan komplikasi yang penting pada penderita kanker, karena kejadiannya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas secara signifikan. Maka dari itu, diperlukan modalitas untuk memprediksi TVD pada penderita kanker. Skor Khorana merupakan sistem skor dengan rentang skor 0-6 yang bertujuan untuk memprediksi kejadian tromboemboli vena pada penderita kanker; sementara itu tissue factor (TF) merupakan inisiator koagulasi yang terbukti meningkat pada kanker dan meningkatkan risiko TVD. Penggabungan keduanya diharapkan meningkatkan kemampuan prediksi TVD. Tujuan: Mengetahui hubungan antara Skor Khorana dan kadar TF dengan kejadian TVD pada pasien kanker yang mulai menjalani kemoterapi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif pada 34 pasien kanker yang mulai menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Kariadi periode Juni-Agustus 2020. Skor Khorana dan kadar TF diperiksa pada awal penelitian. Sementara itu, luaran penelitian, yaitu TVD, dinilai dengan USG Doppler yang dilakukan pada akhir follow-up di bulan ketiga atau bila ada gejala/tanda TVD. Hasil: Satu pasien (2,9%) mengalami TVD selama periode penelitian. Skor Khorana (median 2, IQR 1-2), kadar TF (median 36,7; IQR 30,3-39,8 pg/mL), dan kombinasi Skor Khorana dan kadar TF tidak berhubungan dengan kejadian TVD pada pasien kanker yang mulai menjalani kemoterapi (p 0,592; 0,386; dan 0,752 secara berurutan). Terdapat korelasi positif lemah yang bermakna antara jumlah trombosit dengan kadar TF (p 0,049; r 0,341). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Skor Khorana, kadar TF, dan kombinasi Skor Khorana dan kadar TF dengan kejadian TVD pada pasien kanker yang mulai menjalani kemoterapi. Kata Kunci: Kanker, trombosis vena dalam, Skor Khorana, tissue factor
Latar Belakang: Prevalensi dan mortalitas sepsis di dunia masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20 juta orang per tahun dengan mortalitas 20-50% pasien sepsis yang dirawat di rumah sakit. Tujuan : Peneliti tertarik untuk melakukan perhitungan NDR (Net Death Rate) pada pasien sepsis yang dirawat di RSUP.Dr.Kariadi serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi NDR pasien sepsis di RSUP.Dr.Kariadi. Metode: Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2017 –Desember 2019 hingga jumlah sampel terpenuhi. Penelitian dilakukan dengan mengambil data-data di ruang Rekam Medis RSUP.Dr.Kariadi, semarang. Hasil: Beberapa faktor risiko terkait dengan NDR, antara lain albumin (p-value: 0,014, PR: 1,35, 95% IC: 1,00-1,89), Q-SOFA (p-value: