Latar belakang : Ginjal memegang peranan penting dalam metabolisme, degradasi serta ekskresi hormon tiroid dan metabolitanya. Chronic Kidney Diseases (CKD) mempengaruhi aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan metabolisme perifer hormon tiroid. Hemodialisis menyebabkan berkurangnya thyroid binding globulin sehingga mempengaruhi kadar thyroxine (T4). Tujuan : Membuktkan hubungan antara estimated glomerular filtration rate (eGFR) dengan kadar thyroxine (T4) dan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) serum pada pasien CKD dengan hemodialisis. Metode penelitian : Penelitian belah lintang dilakukan pada 42 penderita CKD dengan hemodialisis yang diambil selama bulan Mei 2016. Nilai eGFR dihitung menggunakan rumus modification of diet in renal disease (MDRD) modifikasi Cina dimana dibutuhkan kadar kreatinin. Kadar kreatinin diperiksa menggunakan metode Jeffe's reaction. Kadar T4 dan TSH diperiksa dengan ELISA. Uji hubungan menggunakan uji Person untuk data normal dan Spearman untuk data tidak normal. Hasil : Nilai eGFR pada peneltian ini 3,9576+0,8480. Median kadar T4 (mg/dL) adalah 4,62 (2,11-7,78). Median untuk kadar TSH (mIU/mL) adalah 7,3993 (3,05-15,11). Terdapat korelasi dengan r=0,601 dan p=0,000 antara eGFR dengan T4. Hubungan antara T4 dengan kadar TSH serum didapatkan korelasi dengan r=-0,521 dan p=0,000. Terdapat hubungan antara eGFR dengan kadar TSH serum dengan r=-0,386; p=0,012. Simpulan : Terdapat hubungan positif kuat antara eGFR dengan T4, terdapat hubungan negatif sedang antara T4 dan TSH dan terdapat hubungan negatif lemah antara eGFR dengan kadar TSH serum. Kata kunci : chronic kidney disease, hemodialisis, eGFR, T4, TSH.
Latar belakang : Obesitas akan menyebabkan resistensi insulin, yang dapat berkembang menjadi diabetes mellitus tipe 2. Pemeriksaan resistensi insulin dapat dilakukan dengan HOMA-IR, namun memiliki kekurangan karena nilai cut off bervariasi. Trigliserida merupakan pemeriksaan sederhana, sedangkan amylin merupakan parameter baru yang dapat menggambarkan resistensi insulin. Tujuan penelitian : Membuktikan adanya hubungan kadar amylin dan kadar trigliserida dengan HOMA-IR pada obesitas. Metode penelitian : Desain observasional analitik dengan pendekatan belah (cross sectional). Subyek penelitian sebanyak 40 orang dengan oebsitas. Pemeriksaan trigliserida dengan metode enzimatik, sedangkan insulin dan amylin dengan metode enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis variabel dengan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian : Subyek penelitian terdiri dari 13 laki-laki (32.5%) dan 27 perempuan (67.5%). Rerata kadar amylin adalah 25,41+24,47 rerata kadar trigliserida : 120,4 + 59,22 dan rerata nilai HOMA-IR: 3,49+1,63. HAsil analisis kadar amylin dengan HOMA-IR menunjukkan hubungan dengan r=0,592 dan p=0,00, sedangkan analisis kadar trigliserida dengan HOMA-IR menunjukkan hubungan dengan r=0,457 dan p=0,003. Simpulan : Terdapat hubungan positif sedang antara kadar amylin dan kadar trigliserida dengan HOMA-IR pada obesitas. Kata kunci : obesitas, amylin, trigliserida, HOMA-IR.
Latar belakang : Keadaan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) akan menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi ekstravasasi albumin ke eskravaskuler. Albumin merupakan protein transpor dari zinc, pada keadaan inflamasi dapat terjadi redistribusi zinc ke jaringan sehingga terjadi penurunan kadar zinc plasma. Kadar CRP juga meningkat pada inflamasi. Tujuan : Membuktikan hubungan antara kadar albumin dengan zinc dan CRP serum pada SIRS. Metode penelitian : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan belah lintang dilakukan pada 30 penderita SIRS berusia 27-64 tahun. Kadar albumin serum diperiksa dengan alat kimia klinik otomatik, zinc serum dengan metode atomic absorbance spectrophotometer (AAS), dan CRP serum dengan metode latex agglutination immunoassay menggunakan alat autoanaliser. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk data berdistribusi normal, sedangkan Spearman untuk data berdistribusi tidak normal. Hasil : Rerata kadar albumin dan zinc berturut-turut adalah 2,94+0,62 g/dL dan 81,24+8,72 mg/dL, sedangkan nilai tengah CRP 5,46 mg/dL (0,05-28,47). Hubungan antara albumin dengan zinc ditunjukkan dengan r=0,613, p=0,00, dan albumin dengan CRP : r=-0,568, p=0,001. Simpulan : Terdapat hubungan positif kuat antara albumin dengan zinc, dan hubungan negatif sedang antara albumin dengan CRP. kata kunci : SIRS, albumin, zinc, C-reactive protein
Latar belakang : Salah satu komplikasi penyakit ginjal kronik (PGK) yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas adalah anemia. Anemia PGK disebabkan defisiensi besi berperan penting dalam eritropoiesis. Parameter yang saat ini umum digunakan untuk pasien PGK adalah saturasi transferin untuk menilai besi serta immature reticulocyte fraction (IRF) dan reticulocyte production index (RPI) untuk menilai aktivitas eritropoiesis. Tujuan : Membuktikan hubungan antara saturasi transferin, IRF dan RPI pada pasien anemia PGK dengan hemodialisis. Metode : Penelitian belah lintang terhadap 40 pasien anemia PGK dengan hemodialisis selama April - Juni 2016. Kadar besi serum dan TIBC diperiksa dengan kolorimetrik; kadar hemotokrit, jumlah retikulosit dan IRF diperiksa dengan flowcytometry. Hubungan antara variabel dianalisis dengan uji korelasi pearson. Hasil : Subye penelitian menunjukkan rerata saturasi transferin 18,68+5,48; IRF 0,294 + 0,027% dan nilai tengah RPI 0,49 (0,19; 1,49). Hubungan antara saturasi transferin dan IRF (p=0,000; r=0,618); saturasi transferin dan RPI (p=0,007; r=0,417); IRF dan RPI (p=0,000; r=0,637). Simpulan : Terdapat hubungan positif kuat antara saturasi transferin dengan IRF, maupun antara IRF dengan RPI. Hubungan positif sedang antara saturasi transferin dengan RPI pada anemia PGK dengan hemodialisis. Kata kunci : anemia, penyakit ginjal kronik, hemodialisis, saturasi transferin, IRF, RPI