INTEGRATED LIBRARY

Universitas Diponegoro

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Masuk
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Ditapis dengan

  • Tahun Penerbitan
    1 99819 931 9941 99819 931 9941 998 — 19 931 9941 9984 984 4979 966 99614 949 49519 931 994
  • Lokasi
    Lihat Lebih Banyak
Ditemukan 10000 dari pencarian Anda melalui kata kunci: author="Bowles, Joseph E."
Hal. Awal Sebelumnya 16 17 18 19 20 Berikutnya Hal. Akhir
cover
Efektivitas analgetik blok Transverse Abdominal Plane (TAP) dibandingkan dengan fentanil Syringe Pump pada pasien paska seksio sesaria
By Faizal Rahmat Malawat ; Hari Hendriarto Satoto ; M. Sofyan Harahap
-- Semarang : FK Undip, 2020

Latar belakang: Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berhubungan dengan kerusakan jaringan. Penilaian nyeri merupakan hal penting untuk mengetahui intensitas dan menentukan terapi yang efektif. Salah satu penilaian nyeri adalah Numeric rating scale (NRS). Analgetik opioid umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri paska operasi. Blok Transverse Abdominis Plane (TAP) merupakan teknik anestesi regional yang digunakan dengan cara memblokir saraf aferan. Selain itu blok TAP mudah diaplikasikan didaerah, tekhnik yang mudah dan efek samping yang ringan. Tujuan : Mengetahui efektivitas antara analgetik blok TAP dibandingkan dengan fentanil syring pump pada pasien paska seksio sesaria. Metoda: Jenis penelitian ini merupakan quasy eksperimental dengan desain post test. Variabel yang digunakan adalah pasien yang menjalani operasi seksio sesaria dengan simple random sampling yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 diberikan analgetik blok TAP dan kelompok 2 diberikan fentanil syring pump, masing-masing dinilai skor NRS, mual muntah tiap 6 jam selama 24 jam, serta dinilai kebutuhan biaya yang dikeluarkan. Analisis bivariat menggunakan chi square untuk data kategorik-kategorik, sedangkan data kategorik – numeric menggunakan T test tidak berpasangan. Hasil: Terdapat 36 sampel penelitian. Efek samping mual muntah dan NRS dinilai pada tiap kelompok setiap 6 jam. Pada jam ke 6 dan 12 terdapat 1 subjek yang diberik drip fentanil mengalami mual muntah. Terdapat perbedaan nilai NRS dari jam ke 6 – 12 dengan p>0.05. Serta terdapat selisih biaya sebesar Rp. 75.000,00. Kesimpulan : Terdapat perbedaan skor nyeri dan mual muntah tetapi secara interpretasi NRS dan secara statsitik tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Terdapat selsisih biaya yang diperlukan sebesar Rp. 75.000,00 dimana blok TAP lebih murah. Kata kunci: anestesi, analgetik, blok TAP, fentanil, NRS

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Pengaruh pemberian ketamin dosis subanestesi intraoperasi terhadap kebutuhan morfin sebagai analgetik pasca operasi tulang belakang
By Ferry Ferdyansyah ; Yulia Ayu Villyastuti ; Doso Sutiyono
-- Semarang : FK Undip, 2020

Latar belakang: Prosedur operasi tulang belakang umumnya berkaitan dengan terjadinya nyeri hebat pada periode pasca operasi. Prevalensi kejadian nyeri pasca laminektomi adalah sebesar 60% yang dapat berkembang menjadi nyeri kronis. Tren terkini dalam manajemen nyeri pada operasi tulang belakang yaitu menggunakan analgesic adjuvant untuk mengurangi dosis opioid yang digunakan. Salah satu adjuvant yang digunakan adalah ketamin. Ketamin adalah antagonis N-methyl-d-aspartate reseptor yang telah menunjukkan manfaatnya dalam menurunkan nyeri pascaoperasi dan kebutuhan analgetik pada beberapa macam operasi. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian ketamin dosis subanestesi intraoperasi terhadap kebutuhan morfin sebagai analgetik pasca operasi tulang belakang. Metoda: Penelitian acak terkontrol terhadap 32 pasien yang menjalani operasi tulang belakang, yang memenuhi criteria yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok perlakuan mendapatkan ketamin dosis awal 0,25 mg/kgbb dilanjutkan dosis kontinyu 10 mcg/kgbb/menit selama operasi, sedangkan kelompok control tidak diberikan ketamin. Hasil: Penggunaan morfin dengan PCA selama 24 jam pasca operasi pada kelompok yang diberi ketamin dosis subanestesi, secara bermakna (p=0,002) lebih sedikit (10,19 mg ± 3,39) dibandingkan kelompok control (17,81 mg ± 10,30). Pemakaian fentanyl intraoperasi pada pemberian ketamin secara bermakna (p

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Perbandingan efektivitas remifentanyl dengan fentanyl dalam respon perubahan hemodinamik pasca intubasi endotrakeal
By Sekarayuningtias ; Doso Sutiyono ; Dina Paramita
-- Semarang : FK Undip, 2020

Latar belakang: Intubasi endotrakeal menghasilkan rangsangan simpatoadrenergik yang emnyebabkan peningkatan tekanan darah, takikardia dan bahkan aritmia. Fentanyl adalah opioid yang umum digunakan tetapi dapat menyebabkan bradikardia, mual dan depresi pernafasan pasca operasi dalam prosedur bedah durasi pendek. Remifentanil adalah agonis opioid µ selektif dengan 2 kali lebih poten disbanding fentanil. Onset cepat dan durasi yang singkat menjadikan remifentanil pilihan yang berguna untuk intubasi pada pasien berisiko. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antara remifentanil dengan fentanyl dalam menurunkan respon perubahan hemodinamik pasca intubasi endotrakeal. Metoda: Dilakukan uji klinis acak tersamar terhadap 86 pasien di RSUP dr. Kariadi yang direncanakan intubasi endotrakeal serta memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 diberikan premidekasi remifentanil 1 µg/Kg BB IV bolus selama 1 menit dan kelompok II diberikan 2 µg/Kg BB IV 5 menit sebelum dilakukan laringoskopi dan intubasi endotrakeal. Pada menit 1, 3 dan ke 5 pasca laringoskopi dan intubasi endotrakeal dilakukan pencatatan tekanan sistolik, tekanan diastolic, tekanan arteri rerata dan nadi. Uji hipotesis menggunakan independent T-test dengan hasil sebaran data normal. Hasil: Remifentanil di banding dengan fentanyl dapat menurunkan perubahan hemodinamik (sistolik, diastolic, tekanan arteri rerata dan nadi) pasca intubasi endotrakeal secara signifikan pada menit 1, dan 3 namun tidak signifikan pada menit ke 5. Kesimpulan : Premidekasi remifentanil 1 µg/Kg BB IV terbukti lebih efektif menurunkan perubahan hemodinamik pasca intubasi endotrakeal baik nadi dan tekanan darah dibandingkan fentanyl 2 µg/Kg BB IV. Kata kunci: fentanil, intubasi, remifentanil, premedikasi

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Pengaruh penambahan Radial Shock Wave Therapy terhadap ketangkasan tangan (Studi pada penderita stroke kronik yang mendapatkan terapi Infrared dan latihan peregangan)
By Ramandhani Agustiawan ; Robby Tjandra ; Suhartono
-- Semarang : FK Undip, 2020

Tujuan : Membuktikan rerata penurunan skor ketangkasan tangan (Nine hole peg test) pada penderita stroke kronik yang mendapatkan penambahan radial shock wave therapy (RSWT) lebih besar dari kelompok control. Rancangan : Simple randomized controlled pre and post test experimental design. Subjek : 30 subjek penderita stroke kronik yang berusia 40-65 tahun. Tempat: Poliklinik Rawat Jalan Rehabilitasi Medik RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang. Waktu : November-Desember 2018. Metode : Tiga puluh subjek dikumpulkan dan dibagi menjadi kelompok perlakuan (n=15) mendapatkan intervensi RSWT pada muscle belly otot fleksor wrist pada ventral lengan bawah dan otot intrinsic tangan 1 kali per minggu, terapi infrared dan latihan peregangan pada ekstremitas atas 3 kali per minggu, selama 6 minggu berturut-turut; dan kelompok control (n=15) mendapatkan terapi infrared dan latihan peregangan pada ekstremitas atas 3 kali per minggu, selama 6 minggu berturut-turut. Hasil pengukuran utama : Ketangkasan tangan diukur dengan nilai nine hole peg test pada sebelum dan akhir minggu ke-6 intervensi. Hasil : Terdapat perbedan yang bermakan rerata skor nine hole peg test pada sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok control. Tidak terdapat perbedaan bermakna penurunan rerata skor nine hole peg test kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok control. Simpulan : Penambahan radial shock wave therapy tidak terbukti berpengaruh terhadap ketangkasan tangan. Kata kunci : radial shock wave therapy, stroke kronik, ketangkasan tangan, rehabilitasi

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Imuno-onkologi
By Siti Boedina Kresno
-- Jakarta : Sagung Seto, 2018

Buku ini terbagi atas 3 bagian, antara lain: Bagian 1 Konsep dasar imuno-onkologi Bab 1. Perkembangan kanker dalam konteks imunologi Bab 2. Immunosurveillance dan immunoediting Bab 3. Mekanisme efektor sistem imun terkait kanker Bab 4. Lingkungan mikro tumor (Tumor Microenvironment, TME) Bab 5. Defek sistem imun terkait kanker Bab 6. Rekayasa imunologik pada kanker Bagian 2 Imuno-onkologi klinik Bab 1. Prinsip dasar imunoterapi kanker Bab 2. Antibodi monoklonal Bab 3. " Immune chekpoint" sebagai sasaran terapi kanker Bab 4. Cell-based immunotherapy Bab 5. Immune-related respon criteria dan immune-related adverse events Bab 6. imunoterapi pada berbagai keganasan Bagian 3 Laboratorium imuno-onkologi klinik Bab 1. Uji kuantitas sel imun Bab 2. Uji fungsi/aktivitas sel imun Bab 3. Pemrosesan sel imun Bab 4. Praktek manufaktur yang baik dan praktik laboratorium yang baik

Ketersediaan3
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Pendekatan komprehensif demam tifoid, paratifoid dan infeksi salmonelosis lain
By Narain H. Punjabi ; Ravi NP
-- Jakarta : BP IDAI, 2018

Angka kejadian penyakit demam tifoid, di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, dari hasil penelitian penyakit ini lebih sering dijumpai pada kelompok umur anak-anak. Kejadian penyakit ini disebabkan oleh lokasi dengan sanitasi higiene dan sanitasi yang tidak memadai. Sedangkan untuk infeksi salmonelosis non tifoid, penyakit ini sering berkaitan dengan usaha produksi makanan skala besar yang rentan dengan pencemaran. Adapun materi yang dibahas pada buku ini adalah: Demam tifoid Sejarah demam tifoid Epidemologi Mikrobiologi salmonella Patologi demam tifoid Pemeriksaan laboratoris dan diagnosis demam tifoid Imunologi Patogenesis Manifestasi klinis Penyulit/komplikasi Diagnosa banding untuk penderita dengan dugaan demam tifoid (DT) Pengobatan demam tifoid Usaha pencegahan dan vaksin untuk demam tifoid Penyakit salmonellosis non tifoid yang lain /NTS

Ketersediaan3
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Pengaruh penambahan Threshold Inspiratory Muscle Training terhadap kekuatan otot inspirasi
By Guntur Wibowo ; Sri Wahyudati ; Suhartono
-- Semarang : FK Undip, 2020

Latar belakang: Penderita PPOK mengalami kelemahan otot pernapasan sehingga latihan yang bertujuan meningkatkan kekuatan otot napas merupakan upaya terapi yang rasional. Latihan pursed lip breathing (PLB) berperan pada pola pernapasan dengan memperpanjang ekspirasi, mengurangi kapasitas residu fungsional, dan meningkatkan efisiensi ventilasi. Namun latihan PLB tidak meningkatkan kekuatan otot napas secara signifikan sehingga membutuhkan terapi tambahan. Penambahan latihan otot inspirasi dengan Threshold IMT dapat meningkatkan kekuatan otot inspirasi pada penderita PPOK. Tujuan : Membuktikan pengaruh penambahan Threshold IMT terhadap kekuatan otot inspirasi pada penderita PPOK yang mendapat latihan PLB. Metoda: Penelitian ini merupakan true eksperimental randomized pre and post test group design. Sampel adalah 20 pasien PPOK yang berobat di poliklinik paru RSUD Tugurejo, Semarang dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok control (n=10) dan kelompok eksperimental (n=10) masing-masing melakukan latihan PLB, 2 kali sehari, tiap sesi berlangsung 2 menit, dilakukan 5 hari seminggu, selama 6 minggu. Pada kelompok eksperimental mendapatkan penambahan latihan Treshold IMT 2 kali sehari, tiap sesi berlangsung 15 menit, dilakukan 5 hari seminggu, selama 6 minggu. Kekuatan otot inspirasi diukur sebelum dan setelah perlakuan. Hasil: Perbedaan selisih kekuatan otot inspirasi antar kelompok eksperimental dan kelompok control menunjukkan perbedaan yang bermakna (p

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Perbandingan pengaruh latihan Deep Cervical Flexor dengan dan tanpa Pressure Biofeedback Unit terhadap Endurance otot leher (Studi pada kru Helikopter dengan nyeri leher mekanik)
By Tegar Harputra Raya ; Rudy Handoyo ; Suhartono
-- Semarang : FK Undip, 2020

Latar belakang: Nyeri leher mekanik terkait penerbangan sering dijumpai pada para pilot dan kru helicopter militer. Didefinisikan sebagai nyeri leher akibat disfungsi biomekanik di leher atau punggung atas, atau bersumber ke sendi, otot, ligament, diskus atau jaringan lunak lainnya di leher. Penelitian sebelumnya melaporkan 70% pasien dengan nyeri leher kronis menunjukkan terdapatnya penurunan kekuatan dan ketahanan dari otot-otot sternokleidomastoideus dan otot-otot deep cervical flexor. Pressure biofeedback unit adalah meliputi isolasi dan kontraksi dari otot-otot tertentu, seperti pada otot-otot deep cervical flexor. Tujuan : Membuktikan apakah latihan deep cervical flexor dengan pressure biofeedback unit lebih baik dibandingkan dengan latihan deep cervical flexor konvensional dalam meingkatkan endurance otot leher pada kru helicopter dengan nyeri leher mekanik. Metoda: Penelitian ini merupakan eksperimental randomized pre and post test group design. Sampel adalah 26 kru helicopter skadron-31/serbu dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok perlakuan (n=12, 1 droupout) mendapatkan latihan deep cervical flexor dalam dengan pressure biofeedback unit sebanyak 12 kali selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali setiap minggu. Kelompok control (n=12, 1 dropout) melakukan latihan deep cervical flexor konvensional. Skor endurance dinilai dengan cranio cervical flexion test. Hasil: Hasil analisis data menunjukkan adanya perbaikan skor endurance pada kedua kelompok dan dari hasil penelitian didapatkan perbaikan yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan (p

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Korelasi antara jumlah CD4 dengan Global Longitudinal Strain Atrium dan ventrikel kiri pada penderita Human Immunodeficiency Virus
By Ilham Uddin ; Muchlis Achsan Udji Sofro ; Baharudin ; Yanuar Surya Pratama
-- Semarang : FK Undip, 2020

Latar belakang: Risiko disfungsi diastolic dan sistolik pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin meningkat dan berhubungan dengan jumlah CD4 yang merupakan bagian dari system imunitas dan penanda progresifitas HIV. Global longitudinal strain (GLS) merupakan penanda sensitive yang dapat digunakan untuk menilai fungsi jantung subklinis. Hingga saat ini, pemeriksaan GLS belum rutin dilakukan pada penderita HIV dan penelitian mengenai korelasi antara jumlah CD4 dengan GLS pada HIV masih belum jelas. Tujuan : Mengetahui korelasi antara jumlah CD4 dengan Global Longitudinal Strain Atrium dan ventrikel kiri pada penderita Human Immunodeficiency Virus. Metoda: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode belah lintang. GLS atrium dan ventrikel kiri diperiksa menggunakan ekokardiografi dua dimensi. GLS atrium kiri dibagi menjadi reservoir, conduit dan atrial pump. Jumlah CD4 baseline dan nadir diperoleh dari rekam medis, sedangkan CD4 aktual dan CD4 percentage (CD4%) diperiksa pada saat penelitian. Hasil: Total 49 pasien HIV asimptomatik mengikuti penelitian dengan rerata umur 33,04±8,06 tahun, median lama diagnosis HIV dan terapi adalah 28 bulan. Median CD4 baseline, CD4 nadir dan CD actual adalah 168 sel/uL dan 392 sel/uL dengan rerata CD4 percetage adalah 18,12±9,42. Semua subyek penelitian memiliki fungsi diastolic dan sistolik normal. Rerata GLS ventrikel kiri adalah 16,93±0.69 dan GLS atrium kiri reservoir, conduit dan atrial pump masing-masing adalah 35,68±4,41, 20,86±3,74 dan 14,81±2,6. GLS ventrikel kiri berkorelasi positif dengan CD4 baseline (rs=0,313, p=0,029), CD4 nadir (rs=0,290, p=0,043), CD4 aktual (rs=0,487, p

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
cover
Uji efektivitas kefir terhadap Propionibacterium acnes pada akne vulgaris secara in vitro
By Milany Harirahmawati ; Puguh Riyanto ; Diah Adriani Malik
-- Semarang : FK Undip, 2020

Ketersediaan1
Tambahkan ke dalam keranjang
Unduh MARCSitasi
Hal. Awal Sebelumnya 16 17 18 19 20 Berikutnya Hal. Akhir
INTEGRATED LIBRARY
Universitas Diponegoro
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

As a complete Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System) has many features that will help libraries and librarians to do their job easily and quickly. Follow this link to show some features provided by SLiMS.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?