Latar belakang : Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi paru. Menurut Global TB Report World Health Organization (WHO) 2016 Indonesia merupakan negara kedua dengan kasus tuberkulosis paru di dunia dan jumlah kasus TB paru Multidrug Resistant sebanyak 12.000 kasus. RSUP Dr. Kariadi merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk MDR TB, tetapi belum pernah dilakukan analisis faktor risiko terhadap kejadian infeksi TB paru MDR. Tujuan : Mencari faktor risiko terjadinya infeksi TB paru MDR di RSUP Dr. Kariadi yang dapat digunakan untuk mengendalikan kasus infeksi TB paru MDR. Metode : Desain case control menggunakan data sekunder rekam medik pasien rawat jalan dan rawat inap dengan hasil pemeriksaan GeneXpert sputum adalah Mycobacterium tuberculosis periode 1 Januari – 31 Desember 2017. Analisis bivariat dengan chi square test atau fischer exact test, dan analisis multivariat dilakukan dengan regresi logistik multipel. Nilai p dianggap bermakna jika < 0,05, semua analisis adalah untuk 2-tailed. Hasil : Total 110 pasien dengan 55 sampel kasus dan 55 sampel kontrol, terdapat hubungan yang signifikan dengan infeksi TB paru MDR pada analisis bivariat antara lain : kebiasaan merokok OR = 3,1 (CI 95% 1,1-8,7), status gizi buruk OR=2,9 (CI 95% 1,3-6,3), riwayat kontak OR = 12,0 (CI 95% 1,5-97,3), riwayat pengobatan OR =81,7 (CI 95% 23,4-285,2) dan lama pengobatan sebelumnya ≥ 6 bulan OR = 94,5 (CI 95% 12,1-736,2). Faktor risiko yang bersama-sama cenderung menyebabkan infeksi TB paru MDR : riwayat kontak OR = 34,5 (CI 95% 2,6-464,5) dan riwayat pengobatan sebelumnya ORE = 39,4 (CI 95% 8,3-186,3) dan lama pengobatan ≥ 6 bulan OR = 12,4 (CI 95% 1,3-117,7). Simpulan : Faktor risiko kejadian infeksi TB paru MDR di RSUP Dr. Kariadi adalah riwayat kontak, riwayat pengobatan sebelumnya dan lama pengobatan sebelumnya ≥ 6 bulan. Kata kunci : faktor risiko, infeksi TB paru MDR, case control
Latar belakang : Fatigue pasca stroke memiliki pengaruh negatif pada perbaikan defisit neurologis, rehabilitasi, kualitas hidup dan kapasitas dalam bekerja. Lebih serius lagi fatigue pasca stroke meningkatkan risiko bunuh diri dan angka mortalitas. Konsekuensi dari fatigue pasca stroke tidak sepatutnya dipandang sebelah mata, banyak pasien stroke menganggapnya sebagai gejala yang paling menimbulkan masalah dan sulit untuk ditangani. Tujuan : Menganalisis keluaran fungsi sensorimotor pasien pasca stroke iskemik dengan dan tanpa fatigue. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional dengan analisis. Dilakukan di rawat inap dan rawat jalan RSUP dr. Kariadi dan RSUD dr. Adhyatma Tugurejo Semarang dari bulan Mei-Juli 2018. Analisis statistik dengan menggunakan uji t berpasangan dan dikatakan bermakna jika p
Latar belakang : Intelegensi merupakan kemampuan mental yang sangat penting dalam bertahan hidup dan bertahan dalam kondisi lingkungan. Di balik definisi intelegensi terdapat kompleksitas arsitektur kognitif yang memungkinkan seseorang untuk dapat beradaptasi secara efektif. Pelatihan musik diyakini dapat meningkatkan kecerdasan. Pelatihan gamelan seopra diasumsikan dapat meningkatkan intelegensi dikarenakan tangga nadanya diatonis dan jenis lagu yang dimainkan seperti halnya pada pelatihan musik klasik. Tujuan : Mengetahui hubungan pelatihan gamelan sopera dengan skor IQ pada remaja. Metode : Penelitian ini menganalisis hubungan antara pelatihan musik gamelan yang terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok gamelan standar (kelompok yang hanya berlatih gamelan selama 30 menit dalam seminggu selama 3 bulan) dan kelompok gamelan ekstra (kelompok yang berlatih gamelan selama 3 jam dalam seminggu selama 3 bulan, dari yang sebelumnya hanya berlatih 1,5 jam dalam seminggu) dengan perubahan skor IQ yang menggunakan metode observasional dengan desain kohort. Subyek penelitian adalah remaja usia 15-18 tahun yang berlatih gamelan di SMA Kolase Loyola Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2018. Data subjek penelitian diperoleh dengan wawancara, pengukuran IQ pretest, pengukuran IQ post test. Hasil Penelitian : Total 30 subyek responden, tidak terdapat hasil signifikan antara pelatihan gamelan antara kelompok gamelan standar dan ekstra terhadap perubahan skor IQ (p=0,094). Kesimpulan : Pelatihan gamelan tidak berkorelasi signifikan dengan perubahan skor IQ pada remaja. Kata kunci : gamelan, soepra loyola, intelegensia, tes IQ
LatarBelakang : Memiliki anggota keluarga yang menderita skizofrenia merupakan suatu stressor yang mengakibatkan stres yang bersifat kronik. Peristiwa kehidupan yang berlangsung lama atau stres kronik lebih banyak dihubungkan dengan depresi. Caregiver adalah seseorang yang memberikan perhatian untuk orang lain yang sakit atau orang yang tidak mampu. Keluarga akan melakukan mekanisme koping dalam mengatasi stressor tersebut yang terbagi atas problem focused coping dan emotion focused coping. Mekanisme koping memiliki peranan dalam interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi. Tujuan : Menganalisis hubungan mekanisme koping dan derajat depresi pada caregiver penderita skizofrenia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah caregiver penderita skizofrenia di unit rawat jalan RSJD Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dan memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Beck Depression Inventory (BDI) II dan kuesioner The Ways of Coping serta kuesioner karakteristik sosiodemografi. Analisis dengan program komputer. Hasil : 27 responden (46,6%) menggunakan emotional focused coping. 31 responden (53,4%) menggunakan problem focused coping. Kondisi depresi pada caregiver 43 responden (74,1%) normal, 12 responden (20,7%) depresi ringan, 2 responden (3,4%) depresi sedang dan 1 responden (1,7%) depresi berat. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan (α=0,05) diperoleh ρvalue > 0,05 (0,123>0,05) yang berarti depresi tidak disebabkan oleh penggunaan mekanisme koping. Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara mekanisme koping dengan derajat depresi pada caregiver pasien skizofrenia. Kata kunci : mekanisme koping, depresi, caregiver
LatarBelakang : Pasein depresi banyak terdapat pada populasi dalam masyarakat dan bila dibiarkan akan dapat menimbulkan berbagai macam kerugian sehingga harus cepat untuk diterapi. Terapi antidepresan memperbaiki klinis pasien, namun dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan disfungsi ereksi. Tujuan : Mengetahui perbedaan tingkat derajat ereksi pasien depresi dengan penggunaan antidepresan SSRI dan TCA. Metode : Penelitian ini merupakan penenlitian crossectional. Sampel adalah pasien depresi yang menjalani pengobatan dengan anti depressan SSRI dan Tca di poli rawat jalan RSJ Amino Gondohutomo dan memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pengambilan dengan metode consecutive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah International Index of Erectile Function-5. Analisis dengan program SPSS. Uji Analisa hubungan menggunakan uji chi-square. Hasil : Karakteristik demografi : Rerata usia adalah 38.20±7,45, responden memiliki tingkat pendidikan SMA 64,4% responden mempunyai jeis pekerjaan wiraswata 57,8% dan 68,9% responden yang mempunyai penghasilan 2-3 juta perbulan. Dengan penggunaan anti depresan SSRI dan TCA terdapat perbedaan yang bermakna pada penelitian dengan P=0,001. Simpulan : Terdapat perbedaan derajat disfungsi ereksi pasien depresi yang diterapi dengan antidepresan SSRI dan TCA. Kata kunci : disfungsi ereksi, depresi, antidepresan
Latar belakang IUD merupakan alat kontrasepsi pilihan terbaik untuk wanita postpartum. Namun, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) rata-rata penggunaan KB setelah persalinan dan keguguran hanya sebesar 5-10 %. Kualitas pelayanan keluarga berencana merupakan berperan penting meningkatkan penggunaan IUD jangka lama, dimana didalamnya terdapat elemen-elemen penting berupa informasi yang diberikan kepada akseptor, mekanisme follow up dan kontak kembali. IUD CuT-380A merupakan jenis IUD yang direkomendasikan oleh WHO dan BKKBN. Tujuan Mengetahui seberapa besar hubungan persepsi akseptor tentang kualitas konseling KB dengan kelangsungan penggunaan IUD CuT-380A pasca-plasenta. Metode Penelitian ini penelitian kohort prospektif dengan sampel penelitian perempuan yang mendapat pelayanan kontrasepsi IUD pasca plasenta di RSUP dr. Kariadi Semarang antara bulan November 2015 sampai Mei 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Hasil Dari 45 pasien akseptor, hubungan antara kualitas konseling terhadap kelangsungan penggunaan IUD CuT 380A pascaplasenta, secara statistik signifikan (p=0,012; RR 10) dan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan penggunaan IUD pascaplasenta (p= 0,026). Variabel paritas, usia, pendidikan, jenis persalinan, frekuensi kontrol, pekerjaan, efek samping, dan keinginan menambah anak tidak signifikan secara statistik (p > 0,05). Kesimpulan Didapatkan hubungan antara persepsi akseptor yang baik tentang kualitas konseling dengan kelangsungan penggunaan IUD CuT 380A pascaplasenta pada pemantauan 24 bulan. Faktor usia, pendidikan, pekerjaan, jenis persalinan, paritas, keinginan menambah anak dan kejadian efek samping tidak bermakna untuk mempengaruhi kelangsungan penggunaan IUD CuT 380A pascaplasenta pada pemantauan 24 bulan. Kata kunci IUD CuT 380A pascaplasenta- persepsi akseptor- konseling KB